Share

Bab 6

Penulis: Neyta
Mendengarkan saran dari Whitney, Luna mencari seorang guru untuk dirinya sendiri. Saran Whitney memang terdengar agak gila, tetapi terbukti paling cepat berhasil.

Dia benar-benar menemukan seorang mahasiswa jurusan bahasa yang sedang mencari pekerjaan paruh waktu. Kemampuan profesionalnya luar biasa, punya latar belakang studi luar negeri, hanya saja kondisi keluarganya sedang terpuruk dan dia sangat membutuhkan uang.

Ditambah dengan ketekunan Luna sendiri, kemampuan berbicaranya meningkat pesat. Dengan begitu, kehidupan di luar negeri pun bukan lagi masalah.

Selama sebulan, Luna fokus belajar. Selain Whitney, dia tidak berhubungan dengan siapa pun. Bros berlian merah muda itu pun berhasil dijual sesuai harapannya.

Sebagai pembeli, Luna sangat puas dengan Ronan. Dia menawar dengan harga pas dan membayar dengan cepat tanpa basa-basi.

Namun, Luna menyadari bahwa Ronan sepertinya punya maksud lain di balik itu. Jadi, sejak saat itu dia tidak lagi membalas pesannya.

Yang tak disangka justru Yosep yang tiba-tiba mulai mengirim banyak pesan. Dulu, Luna sering mengirimkan pesan panjang, bahkan seperti esai, tetapi tidak pernah mendapat balasan.

Kini, Yosep bahkan merendah

[ Luna, hari itu memang aku salah. Setelah Ruha sembuh, aku akan datang menemuimu. ]

Menemuinya? Kalau memang ingin menemuinya, seharusnya sudah sejak lama. Dengan kemampuan Yosep, mencari seseorang di kota ini bukanlah hal yang sulit.

Kalau dulu, Luna pasti langsung bahagia dan buru-buru mengalah. Namun sekarang, dia bahkan tak merasakan sedikit pun emosi dalam hatinya.

Yosep tahu Luna sedang marah, tetapi dia enggan menurunkan gengsi untuk membujuknya. Dalam pandangannya, Luna tidak akan pernah bisa meninggalkan Keluarga Djohar, apalagi dirinya.

Ditambah urusan perusahaan yang sedang menumpuk, Yosep merasa dibujuk cepat atau lambat, hasilnya tetap sama. Luna tak akan lari ke mana pun.

Hanya saja, kali ini reaksinya terlalu besar. Apa dia sudah terlalu memanjakan Luna? Luna yang dulu tak berani membangkang. Yosep tak bisa menjelaskan perasaan aneh dalam hatinya, tetapi begitu menerima telepon dari Ruha, semua pikiran itu langsung menguap.

Saat menerima visa, Luna membeli tiket pesawat. Dia tidak kembali ke Vila Luxe milik Yosep karena tak ada satu pun yang benar-benar miliknya di sana. Dia bukan orang serakah. Uang hasil penjualan bros itu saja sudah cukup baginya.

Mengenakan kemeja putih dan celana jeans sederhana, Luna kembali ke rumah lama Keluarga Djohar. Dia ingin mengucapkan salam perpisahan kepada Santos, orang yang pernah membantunya di masa sulit.

Tak disangka, dia justru bertemu dengan Maia.

"Hei, Tuli, ternyata kamu masih tahu diri juga. Hubungan kakakku dengan Kak Ruha sekarang makin mesra. Saranku, cepat batalkan pertunangan kalian!"

Kalau dulu, Luna pasti tak terima dan akan melawan balik. Namun, sekarang dia akan pergi. Tak perlu membuang energi.

Dia memilih mengabaikannya dan melanjutkan langkahnya. Namun, semakin diabaikan, Maia malah semakin menjadi-jadi.

Maia menarik tangan Luna, lalu berkata, "Kamu tahu nggak, kenapa dulu kakakku mau tunangan sama kamu? Kamu pikir karena kamu menyelamatkan nyawanya? Salah. Itu semua karena saat itu Kak Ruha mau menikah! Kakakku cuma ingin bikin Kak Ruha cemburu!"

"Dan alasan kenapa dia masih mempertahankan pertunangan karena dia sudah putus asa. Karena Kak Ruha nggak bisa dinikahi, jadi nikah sama siapa pun sama saja! Paham?"

Luna tersenyum pada Maia dan menjawab, "Aku tahu kok."

Dia memang tahu. Dia melemparkan surat pembatalan pertunangan ke Maia. "Kasih ini ke mereka. Aku nggak ada urusan lagi dengan Keluarga Djohar."

Barulah saat itu Maia menyadari, Luna tidak mengenakan alat bantu dengarnya. Namun, dia bisa mendengar?

"Kamu ... nggak tuli lagi? Sejak kapan sembuh?"

"Bukan urusanmu lagi."

Bukan urusan kalian semua lagi.

Maia masih berusaha mengejek, "Berhenti pura-pura! Kamu cuma modal akting manis, rayu Kakek, pasang wajah penuh cinta sampai kakakku nggak bisa lepas darimu. Itu semua nggak mempan sama aku! Mau pergi? Kamu yakin bisa rela meninggalkan semua kemewahan keluarga kami?"

Luna malas menanggapi. Dia melangkah keluar dari rumah Keluarga Djohar, seolah-olah baru terbebas dari beban berat. Dengarlah, angin menerpa dedaunan. Itu adalah suara kebebasan.

Yang tertinggal hanya Maia yang ternganga, berdiri terpaku di tempat. Wanita itu benar-benar pergi begitu saja?

Maia memang membenci Luna. Seorang gadis tuli, bagaimana bisa bermimpi masuk ke keluarga mereka?

Namun, selama bertahun-tahun, segala cara sudah dicoba. Menghina fisiknya, menyerang harga dirinya, menekan dengan keras maupun halus. Semuanya tak menggoyahkan Luna. Karena cintanya untuk Yosep begitu dalam.

Namun sekarang ... dia benar-benar pergi?

Di bandara, Luna menelepon Santos untuk terakhir kalinya. Setelah itu, dia tak menjawab satu pun panggilan masuk lagi. Inilah hal terakhir yang dia lakukan. Mulai sekarang, mereka tak akan bertemu lagi.

Panggilan keberangkatan terdengar dari ruang tunggu. Menghadapi deretan panggilan dari mantan tunangannya, Yosep, Luna tak ragu sedikit pun.

Dia membuang kartu SIM-nya ke tempat sampah untuk memutus semua hubungan dengan kota ini. Setelah itu, dia menarik koper, melangkah cepat ke pesawat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 22

    Ruha menjerit ketakutan saat melihat Yosep jatuh dari lantai atas.Luna dan Ronan segera berlari menuruni tangga untuk memeriksa keadaannya. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Yosep menatap Luna dan berkata dengan penuh penyesalan, "Aku ... maaf, anggap saja ini sebagai penebusan dosaku ...."Saat ini, suara sirene polisi terdengar dari luar.Di depan ruang ICU, Luna memandang ke arah dalam dengan tatapan hampa. Dokter memintanya untuk menjalani pemeriksaan menyeluruh, tetapi dia tak memberi respons.Ronan sudah membujuknya berkali-kali agar mau diobati, tetapi Luna tetap bergeming. Hingga akhirnya, Ronan sendiri yang turun tangan mengurus luka-lukanya.Karena kelelahan, Luna bersandar di pelukan Ronan. Dia terus berdoa agar Yosep bisa selamat.Ronan terus menenangkannya, "Dia akan baik-baik saja ... pasti akan baik-baik saja ...."Hingga akhirnya dokter keluar dan mengumumkan hasil penanganan. Yosep berhasil diselamatkan, tetapi dia menjadi cacat seumur hidup.Saat Luna masuk, Yosep

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 21

    Mendapati kesimpulan itu, Ronan mulai panik. Pikirannya mulai mengingat-ingat siapa saja musuh yang mungkin pernah dikenali ke Luna.Yosep juga menggunakan koneksinya, tetapi satu-satunya yang ditemukan adalah mobil hitam terakhir yang menghilang di jembatan layang pinggiran selatan. Setelah itu, tak lagi ditemukan jejaknya.Ronan langsung membuka laptopnya dan mengaktifkan pelacak. Yosep mencibir melihatnya. "Kamu bahkan memasang pelacak di tubuhnya? Ini yang kamu sebut memberikan dia kebebasan untuk memilih?""Kami pernah liburan bersama sebelumnya. Kamu nggak tahu 'kan kalau Luna itu buta arah, nggak bisa membedakan timur, barat, utara, dan selatan. Jadi, aku pasang pelacak untuk berjaga-jaga kalau dia tersesat di luar negeri. Lagi pula, pelacak ini hanya aktif kalau Luna sendiri yang menyalakannya."Sayangnya, saat laptop dibuka, pelacak itu sama sekali tidak menunjukkan sinyal. Seketika, sebuah pemikiran terlintas di kepala Ronan. Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Luna nggak pun

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 20

    Hari lamaran akhirnya tiba. Hari itu adalah hari balapan mobil di Pegunungan Oyama dan Ronan sudah janjian ikut serta bersama teman-temannya. Luna menonton dari pinggir lintasan sekaligus memberi semangat untuk Ronan.Dia bukan tidak paham dunia balap. Dulu dia pernah menemani Yosep bermain balap mobil. Saat itu, Yosep sedang terpuruk dan mencari sensasi, bahkan mengabaikan nyawanya sendiri, membuat Luna ikut terseret dalam kekacauan itu.Teman-teman Ronan sangat ramah. Meskipun penasaran pada Luna, mereka tetap menjaga batas dan hanya terus memanggilnya "Kakak Ipar".Sebelum pertandingan dimulai, Ronan bersumpah dengan penuh semangat, "Hari ini aku akan jadi juara buat kamu, Luna!"Luna sendiri tidak terlalu peduli soal menang atau kalah. Dia hanya memberi semangat dari pinggir. Namun, saat data peserta direkam, tiba-tiba muncul satu nama yang sangat familier, yaitu Yosep.Yosep juga sudah bersiap dengan perlengkapan lengkap dan sedang menatap tajam ke arah mereka, jelas ingin menanta

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 19

    Ayah Ruha terdiam, sementara Ruha mulai panik. "Ayah, tega membuangku ke luar negeri? Rela memisahkanku darimu?"Melihat setumpuk bukti di tangan Yosep, ayah Ruha pun menghela napas dan akhirnya menyerah. "Baiklah, aku setuju.""Anakku, kamu nggak ingin melihat ayahmu kehilangan segalanya di masa tua, 'kan? Sesuatu yang bukan milikmu, jangan terlalu dipaksakan. Ayolah, cepat minta maaf pada Bu Luna!"Namun, Ruha menggeleng kuat-kuat, menatap Luna dengan tajam. "Aku nggak sudi! Sekalipun aku mati! Luna, jangan harap!"Ayah Ruha yang melihat tingkah anaknya itu hanya bisa merendahkan diri. "Bu Luna, ini salahku dalam mendidik anak. Mohon maafkan anakku yang keras kepala ini."Setelah itu, dia berdiri dan membungkuk dalam-dalam. Luna bisa melihat bagaimana ayah Ruha mengkhawatirkan anaknya dan hatinya pun sedikit tersentuh.Sebaliknya, Ruha tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah tersingkir dan tetap menolak meminta maaf.Kasus plagiarisme pun akhirnya selesai. Yosep berjalan ke

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 18

    "Dua tahun lalu, aku pernah menjadi desainer sukarela dalam proyek sosial di Krosa. Proyek hotel yang kalian sebut-sebut sebagai hasil jiplakan itu, arsiteknya bernama Cathy. Itu adalah nama yang kugunakan saat pertama kali tiba di luar negeri.""Dokumen yang kupegang saat ini adalah surat pernyataan resmi dari pihak hotel Krosa, menyatakan bahwa akulah perancangnya. Surat ini sudah dipublikasikan di situs resmi Grup Djohar. Semua orang bisa mengeceknya sendiri."Begitu Luna selesai berbicara, ruangan langsung gempar. Media tentu saja selalu haus berita yang menarik perhatian. Kalau tidak ada skandal plagiarisme, mereka tidak akan pulang dengan tangan kosong.Melihat Luna dan Yosep duduk berdampingan, para wartawan mulai bergosip."Pak Yosep, ada kabar bahwa Bu Luna dulu pernah menjadi tunangan Anda. Apakah pemilihan desainnya ada unsur pribadi?""Pak Yosep, benar atau nggak bahwa Anda sudah diam-diam menikah dengan Bu Ruha? Bu Ruha bahkan hadir di pemakaman Pak Santos. Apakah dia hadi

  • Sakit Sesaat Demi Kebahagian Masa Depan   Bab 17

    [ Proyek Vila Pemandian Air Panas Grup Djohar Diduga Menjiplak Proyek Krosa! ]Begitu berita ini tersebar, harga saham Grup Djohar langsung anjlok. Para pemegang saham pun mendesak agar diadakan rapat.Di luar vila, puluhan lampu kilat kamera menyala, mengarah pada Ronan dan Luna yang baru saja keluar. Tak ada yang tahu dari mana media-media itu mendapatkan alamat mereka, tetapi sekarang semuanya sudah mengepung di halaman depan.Ronan segera melindungi Luna di belakangnya. Dalam kerumunan yang saling mendorong, mereka berdua akhirnya masuk ke mobil dengan susah payah.Whitney menelepon Luna, memberi kabar soal kekacauan di dalam perusahaan, lalu menyarankan Luna untuk menghindar sejenak.Namun, Luna tahu bersembunyi tidak akan menyelesaikan masalah.Di ruang rapat pemegang saham, Yosep tengah menjadi sasaran kemarahan ayah Ruha yang memimpin penyerangan terhadapnya. Dia menuntut Yosep untuk segera mengakhiri kerja sama dengan tim John, menahan pelunasan pembayaran terakhir, bahkan ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status