Share

8. Katakan Iya

"Itu sangat membantu, aku bisa dengan cepat menyalurkan hasratku."

Tapi, bukan itu yang keluar dari mulut Greed

"Tidak perlu!" tolak Greed sopan, padahal ia sangat ingin berada di kamar Charity. Hanya saja, ia takut hasrat gilanya tiba-tiba naik.

"Halo Mr. Ardour," sapa 2 orang, yang satunya wanita dengan dress selutut yang melekat pada tubuhnya. Dan satunya bocah lelaki berjas yang menatap kagum Greed. Mereka mengambil kursi di depan dan tak lupa mereka berebutan untuk duduk berhadapan dengan Greed.

"Jadi ada kepentingan apa Mr. Ardo—"

"Cukup Greed!" pintanya pada salah satu dari mereka. Ia tidak tahu nama mereka, soalnya mereka belum memperkenalkan diri secara resmi.

"Ngomong-ngomong ... perkenalkan dia Honest dan satunya Prob," ucap Mr. Magnanime memperkenalkannya anak-anaknya yang saat disebut namanya. Mereka tersenyum pada Greed, Greed mengangguk tanda mengerti.

"Baiklah ... ada apa seorang Greed hendak ke sini? Yang aku tahu, kau tidak mungkin punya banyak waktu, bukan?" tanya Honest.

"Mengajak seseorang dari keluarga Magnanime untuk menjalani hubungan yang serius. Dia—"

"Prob, panggil Charity. Masakan telah selesai," ucapan Greed terpotong oleh teriakan Bianca—istri Mr. Magnanime—

"Kenapa bukan Honest? Charity pasti akan memakiku, Ma'am!" risik Prob, namun dia tetap berdiri menaiki tangga menuju kamar Charity.

"Kau ingin menjalani hubungan serius dengan salah satu dri kami?" tanya Honest penuh harap.

"Hmm. Iya!" jawab Greed kecil, sementara Greg dan Bianca menatapny tak percaya.

"Charity sialan!" maki seseorang yang kini telah bergabung dengan mereka.

"Ada apa lagi?" tanya melani malas.

"Adikmu yang satu itu tidak waras, bagaimana bisa dia melemparku dengan jam weker miliknya, beruntung itu hanya mengenai dinding ... bagaimana jika aku? Bahkan dia, bilang, jika aku mengganggunya lagi. Ia akan memotong juniorku, masa depanku sampai habis," jawab Prob menggebu mengeluarkan kekesalannya.

"Kau sungguh berisik, Prob!" ucap seseorang dengan suara parau, jantung Greed langsung berdetak cepat dan sesuatu di bawahnya tiba-tiba sedikit bangun. Sialan.

Charity berjalan dengan rambut singanya. Sampai menghempaskan bokongnya di samping Greed. Greed bertaruh bahwa Charity tidak menyadari bila musuhnya ada di sampingnya. Dia masih menguap lebar .

"Charity. Cuci wajahmu dulu!"

"Hm." Charity segera bangit dan menuju wastafel dan mencuci wajahnya. Charity berjalan dan duduk di samping Greed, dia masih tidak menyadari kalau ada Greed di sana.

"Setelah makan. Ada yang ingin Greed sampaikan!" ucap Mr. Magnanime. Dalam hitungan detik, Charity menoleh ke samping dan Greed yang sedari tadi memandang Charity hanya tersenyum lebar, saat dua mata itu bertemu.

"PULANG!" teriak Charity cepat membuat Greed hampir terjatuh, ia masa bodoh dan mulai memasukkan makanan yang sudah diletakkan di piringnya oleh Mrs. Magnanime. yang dimakannya dengan lahap. Menulikan telinga saat Charity berteriak.

"Charity, jangan berteriak di meja makan!" ingat Mr. Magnanime yang akhirnya, mungkin tergangu dengan teriakan dan umpatan kasar Charity.

"Shit! Aku akan pulang," ucap Charity bangkit, tapi Greed dengan cepat menarik tangannya kuat hingga dia duduk kembali.

"Fu—"

"Sudah terlalu banyak umpatan, Charity. Apa kau ingin Papa lempar ke Zimbabwe besok?" ancam Mr. Magnanime membuat Charity diam dan melanjutkan makannya.

"Harusnya Papa benar-benar membuangnya ke Zimbabwe," dengus Prob menyetujui.

"Ya ... atau tidak, ke tempat yang sedang berperang. Itu sangat berguna untuknya dari pada di sini," sambung Honest.

"Terserah 2 si bodoh saja!" balas Charity datar, mereka menggeram marah sementara Mr. dan Mrs. Magnanime terkekeh kecil.

Setelah perdebatan-perdebatan kecil, akhirnya makan malam selesai, jantung Greed kembali berdetak kencang. Ia takut jika Charity menolaknya ... maksudnya keluarga Charity yang menolaknya.

Sekarang mereka semua pindah ke ruang keluarga, kecuali Charity. Ia selesai makan langsung menuju kamarnya.

"Hah ... saya ke sini bermaksud untuk menjadikan em ...." Greed mendengar suara seseorang menuruni tangga, ia cukup yakin itu Charity. Tangan Greed sudah dingin. Diliriknya Honest yang tersemyum kecil dan Prob yang ber-wah ria, Honest pasti memikirkan, Greed memilihnya.

"Hmm saya disini untuk meminta izin menjadikan.. Hmm menjadikan Charity sebagai pacar dan calon tunangan saya," ucap Greed lambat membuat Honest dan Prob melotot dan langkah seseorang yang juga berhenti.

"Oh yes ... fuc—ho ... oh God!" pekik Honest nyaring. Prob menganga, kemudian mengikuti ekspresi Honest.

"Greed, Charity itu tidak pernah menerima pri—"

"Si sialan yang benar-benar merusak hidupku, enyah kau dari dunia ini," ucap Charity memotong ucapan Mrs. Magnanime, Charity berdiri di hadapan Greed dan menatapnya datar. Tak berapa lama dia pergi dari hadapannya ... ralat dari rumah tersebut. Greed mengigit bibirnya, melirik Mrs. Magnanime yang memejamkan matanya.

"Jika dia setuju, aku akan menyetujuinya Greed, kau benar-benar berbahaya untuk ditolak," ucapnya tersenyum kecil.

Greed menghela nafas lega setidaknya ia tidak ditolak, Honest dan Prob terlihat sedih.

"Kenapa Charity selalu begini? Aku pikir cukup mantan pacarku saja yang menyukainya!" ucap Honest sedih. Dari ucapannya ia percaya bahwa Charity pernah disukai pria dewasa lain selain dirinya.

"Si sialan yang beruntung. Tapi Honest, jika dipikir-pikir itu akan terlihat cute, bukan?" ucap Prob. Mereka berdua menatap Greed dengan senyum kecil.

"Buat adikku agar dia bisa memilikimu, Greed," mantap mereka membuat Greed bergidik ngeri, pasalnya senyum mereka terlihat mengerikan.

"Terima kasih, setidaknya aku tidak ditolak. Aku pamit dulu, aku ingin menemui Charity," pamitnya dan setelahnya pergi meninggalkan pekarangan keluarga Mr. Magnanime. Ia meraih ponsel dan menghubungi Thrift.

[Kirimi aku alamat apartemen Charity, dan mintai kunci apartemennya. Jika mereka tidak mau memberikanya. Ancam mereka, kalau perlu beli apartemen itu, sekarang juga!]

Klik.

Setelah memerintahkan Thrift, Greed segera mengirimi anak buahnya pesan untuk menutup semua club yang mungkin akan dikunjungi Charity.

Greed mengetikkan text untuk dikirim ke Thrift

Greed : Bagaimanapun Charity harus pulang apartemennya!

Setelah itu, ia membawa mobil dengan kecepatan sedang menuju apartemen Charity. Hampir 1 jam akhirnya ia sampai di bangunan besar yang Greed yakini tempat Charity tinggal. Setelah memarkirkan mobil di basement, ia segera menuju resepsionis untuk meminta card milik Charity.

"Charity ... Charity Magnanime," ucap Greed.

"Maaf Tuan tap—"

"Jika besok gedung ini sudah kubeli, ucapkan selamat tinggal pada pekerjaanmu!" Greed memotong dengam dingin.

"Maaf, tapi Tuan—"

"Sudah Tiara—nama resepsionis—berikan saja kunci kamar Charity pada Si Bodoh ini." Seseorang memotong ucapan Tiara, Greed menatap siapa yang berani mengatakannya, 'Bodoh' dan benar saja, Julien sahabatnya berdiri dengan cengiran bodohnya.

"Sialan sekali kau Julien, tapi terima kasih atas bantuannya. Ngomong-ngomong passwordnya?" tanya Greed.

"Aku akan mengirimimu pesan Greed, ini cardnya." Julien memberikan keycard apartemen Charity padanya dan Greed segera mengambilnya. Sebelum sampai di depan apartemen Charity, pesan masuk ke ponselnya. Greed membalas pesan Juliem, mengucapkan terima kasih. Ingatkan ia untuk menanam saham di gedung milik Julien ini.

Sampai di depan pintu yang ia yakini tempat Charity, Greed menggesek keycardnya dan memasukkan password yang Julien kirim. Apartemen masih dalam keadaan gelap, itu artinya Charity belum pulang. Greed duduk di sofa dengan keadaan gelap menunggu Charity.

Hampir 3 jam ia menungu, barulah ia mendengar suara seseorang yang hendak masuk.

Segera Greed berlari menuju depan pintu.

Cklek.

Pintu terbuka dan tepat saat itu, Grees menghidupkan lampu. Charity terlihat kaget sebentar lalu matanya menatap Greed datar. Tanpa bicara Charity menarik tangan Greed agar keluar, namun Greed menahannya.

"Tidak semudah itu," ucap Greed pelan dan mendorong tubuh Charity ke didinding.

"Ke ... lu ... ar," ucapnya pelan.

"Jika kau bersikap seperti ini. Jangan salahkan aku untuk menidurimu sekarang juga," bisik Greed di telinga Charity.

"Lepas sial—"

Tanpa menunggu lanjutannya, Greed mengecup bibir Charity yang sering tidak sopan padanya, Charity meronta namun ia tidak peduli. Ini bagian dari rencananya. Setelah merasa kehabisan nafas, Greed beralih pada leher Charity, ia bermain pelan di sana dan meninggalkan bekas. Greed melakukannya berulang kali lalu beralih lagi pada bibirnya yang terbuka. Memasukkan lidah ke dalam mulut Charity. Bisa Greed rasakan ada yang menekannya di bagian bawah.

"Katakan iya. Katakan kau akan bertunangan denganku," ucap Greed membelai wajahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status