Setelah perjalanan berapa menit Natha dan Kenzie sampai di rumah makan sederhana. Suasana menjadi canggung saat Natha duduk tepat di hadapan Kenzie.
"Mau pesan apa?" Tanya Kenzie. "Samain aja." "Jadi mau pesan apa Mas?" Tanya pelayan wanita mengenakan seragam berwarna hitam dengan memberikan senyuman yang dibuat semanis mungkin. "Ayam bakar sama air jeruk hangat saja Mba." Kata Kenzie."Baiklah, jadi dua porsi ayam bakar dan dua air jeruk hangat ya Mas?" Kata pelayan itu mengulangi perkataannya. "Bisa cepetang nggak sih Mbak?" Natha mengatakan sambil memberikan tatapan tajam kepada pelayan itu. "Ma-af Mba," pelayan itu nampak ketakutan lalu pergi meninggalkan meja Natha. "Kamu bisa nggak sih, nggak usah buat masalah sekali ... aja?" Kata Kenzie.
"Langsung pada intinya aja deh, tadi lo kan bilang kalo mau bikin kesepakatan." Natha nampaknya sudah tidak sabar dengan yang akan disampaikan oleh Kenzie. "Kita makan dulu ya, nanti dibicarakan di hotel aja. Nggak enak kalo didengar orang disini." Kenzie berusaha menjelaskan agar Natha mengerti situasinya saat ini."Ck, terserah lo deh kalo gitu." Kata Natha mulai menampilkan wajah jengkelnya. Natha bukanlah orang yang suka bertele-tele dalam melakukan sesuatu. Dia juga bukan gadis yang lembut seperti gadis pada umumnya. Mungkin karena dia adalah anak kedua dan Kakaknya juga seorang laki-laki. Kepribadiannya bahkan sama seperti laki-laki yang menyukai style tomboy dan sikapnya juga seperti lelaki jika diperhatikan. Bahkan cara dia duduk saat ini sangat tidak mencerminkan sikap seorang gadis.
Akhirnya makanan yang di pesan oleh Kenzie datang. "Silahkan Mas." Kata pelayan wanita tadi.
"Makasih Mba." Kata Kenzie dengan ramah. "Em, saya bisa minta no ponselnya nggak ya Mas?" Kata pelayan itu sebelum pergi, dia berusaha memberanikan diri untuk mengatakannya. "Maaf mba saya sudah punya Istri. Itu." Kenzie menunjuk Natha. "Uhuk!" Natha tiba-tiba tersedak mendengar perkataan Kenzie. "Pelan-pelan dong sayang, ini minum dulu!" Kenzie memberikan gelas kepada Natha sambil mengedipkan sebelah matanya. Namun Natha malah memberikan tatapan tajamnya kepada Kenzie. "Maaf ya Mas, Mba, saya tidak tahu. Saya kira Mbaknya tadi adiknya Mas ini soalnya mirip. Kalo begitu saya permisi dulu, maaf sudah menganggu." Kata pelayan itu. Kenzie hanya mengangguk sambil tersenyum."Apaan sih, pakek ngomong kayak gitu segala? Kalo ngomong itu di filter dulu kenapa sih?" Natha menampilkan wajah tidak suka dengan yang dilakukan Kenzie. Namun bukannya menjawab Kenzie malah melanjutkan kegiatan makan yang tertunda. Kenzie kembali cuek dan dingin terhadap Natha. "Ini orang maunya apa sih?" Gumam Natha namun masih bisa di dengar oleh Kenzie. Kenzie tetap dengan posisi santai dan tenangnya. Merasa diabaikan Natha kembali melanjutkan makannya dengan cepat, bahkan Natha lebih dahulu selesai memakan makanannya lalu pergi meninggalkan Kenzie yang masih makan.
Melihat Natha pergi meninggalkannya, Kenzie kemudian pergi ke kasir lalu membayar bill makanan itu. Matanya mengedar ke segala arah mencari keberadaan Natha dan berhenti di parkiran. Ternyata Natha masih menunggu Kenzie.
"Kok udahan?" Tanya Natha kepada Kenzie yang datang menghampirinya."Nggak enak makan sendiri, udah ayo balik." Kenzie berjalan mendahului Natha. Langkah Natha berusaha mengimbangi langkah kaki Kenzie yang panjang. Natha memang bukan gadis yang memiliki postur tubuh tinggi. Tingginya hanya sekitar 158, sedangkan Kenzie yang memiliki tinggi 182 terlihat berbeda jauh dengan Natha. Natha nampak berlari kecil mengimbangi langkah kaki Kenzie yang cukup lebar. Setelah sampai di Hotel Natha malah pergi masuk terlebih dahulu. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore waktu setempat. Perasaan Natha saat ini begitu penat karena masalah yang dia alami hari ini. Melihat tingkah Natha yang seperti anak kecil membuat Kenzie hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
Natha langsung memasuki kamar hotel milik Kenzie lalu memgambil barangnya dan pergi menuju kamarnya yang sesungguhnya. "Mau kemana?" Tanya Kenzie. "Ke kamar gue lah, kan emang bukan ini kan kamar gue." Natha bertemu Kenzie di depan pintu saat Kenzie hendak memasuki kamarnya. "Katanya mau diskusi?" Entah apa yang tengah difikirkan Kenzie tapi rasanya dia tidak ingin jauh-jauh dari Natha saat ini.
"Nanti gue balik lagi, sayang udah gue bayar. Rugi kalo nggak ada yang nempati kan? Sekalian mau mandi." Natha pergi begitu saja. Kenzie langsung memasuki kamarnya kemudian membersihkan dirinya. ***Tok! Tok!Terdengar ketukan Pintu Kamar Kenzie, dia yang tengah duduk diatas tempat tidurnya kemudian menuju ke arah pintu lalu membukakan pintu untuk Natha.
"Masuk."
Natha melangkahkan kakinya masuk lalu duduk di sofa yang ada di kamar itu."Jadi, kita mulai dari mana dulu?" Tanya Natha.
"Kamu lapar nggak?" Tanya Kenzie.
"Jangan ngalihin pembicaraan deh." Natha nampak jengah.
"Ok, jelasin detail tentang diri kamu dan juga kebiasaan kamu." Kata Kenzie yang duduk di hadapan Natha sembari melipat kedua tangannya.
Natha nampak berfikir, dia tengah merancang sesuatu agar nanti tidak salah dalam berbicara. "Gue kuliah di salah satu Uni yang ada di Surabaya, ambil jurusan seni. Kalo lo, apa pekerjaan dan kebiasann lo?" Natha bertanya kembali kepada Kenzie.
"Tidak ada, hanya travelling dan bermain game saja. Oh iya, ini kartu yang jadi mas kawin tadi masih sama aku." Kenzie menyerahkan kartu sakti miliknya kepada Natha.
"Beneran buat gue? Lo nggak takut gue habisin isinya?" Natha nampak antusias menerimanya.
"Terserah kamu aja, toh sekarang kamu istri Aku. Mau kamu habisin juga nggak apa-apa, nanti aku isi lagi. Inget baik-baik ya Nath. Bagi aku menikah itu sekali seumur hidup. Jadi terima atau tidak, kamu akan menemani aku sampai maut yang akan memisahkan."
Gleg! Natha nampak kesulitan menelan salivanya, mendengar penuturan Kenzie kepadanya.
"Tap-pi kan, gue masih mau senang-senang dan bebas, Ken?"
"Aku bebasin apapun itu asal jangan hal negatif. Tapi ... "
"Apa?"
"Kamu juga harus bebasin apapun yang akan aku lakuin."
"Tunggu dulu. Kata lo tadi kan cuma travelling dan main game, dari mana loe dapet duit dan bisa bikin kartu kayak gini, ngepet? setauku kartu ini kan susah didapat. Kartunya orang tajir lah istilahnya." Kata Natha yang masih penasaran.
"Lo nggak buat hal aneh kan?" Tanya Natha menyelidik.
"Enak aja kamu kalo ngomong. Semua uang itu halal ya. don't judge people by the cover (jangan menilai orang dari sampulnya)." Kata Kenzie sambil tersenyum.
"Iya maaf, gue percaya aja deh! terus apa yang lo bilang sama Papa. Aneh loh biasanya kalo aku bikin masalah Papa tuh selalu hubungi aku terus. Ini nggak ada sama sekali, apa Papa udah nggak anggap aku anaknya ya?" Wajah Natha mulai berubah sedih saat mengatakan itu.
"Kamu tenang aja, semua sudah aku urus kok."
"Siapa sebenarnya elo? Bukan orang jahat kan?" Tanya Natha, dia mulai merasa was-was kepada Kenzie.
"Aku Kenzie, suamimu kan? Kalo aku jahat, aku nggak bakal mau nikah sama kamu. Fikir baik-baik, buat apa aku kasih black card sebagai mas kawin sama orang yang nggak aku kenal, kalo emang aku jahat." Bahkan Kenzie menanggapi perkataan Natha dengan santai. "Kapan kamu mau balik ke Surabaya?" Tanya Kenzie lagi.
"Entahlah, aku berencana liburan 4 hari disini. Tapi malah berantakan."
"Ok, jadi kalo aku bawa kamu liburan ke beberapa tempat kamu mau?" Tanya Kenzie.
"Boleh, lumayan ada teman dan nggak sendiri. Ngomong-ngomong umur loe berapa?" Tanya Natha.
"27 tahun, nanti kalo balik ke Surabaya bantuin Jelasin sama Mama aku ya, kalo kita sudah menikah."
"Aduh kenapa nggak kepikiran sih? Kalo bakal ada mertua. Semoga saja mertua gue nggak ganas." Kata Natha di dalam hatinya.
"Nath? Kamu melamun lagi?" Tanya Kenzie.
"Eh, apa tadi?"
"Nggak ada, sudah ya aku ngentuk. Kamu mau tidur disini atau balik ke kamar?" Tanya Kenzie kepada Natha.
Mendengar akan hal itu Natha langsung berdiri. "Gue cabut dulu ya, bye." Dengan gerakan yang sigap Kenzie menghadang Natha di depan pintu.
"Eiits, mau kemana kamu? Bukannya ini adalah malam pertama kita Baby? Kenapa? Kamu malu?Bukankah tadi aku sudah melihat semuannya?" Kata Kenzie sambil mengedipkan sebelah matanya."Eh, coba lihat disana ada cicak kepala buntung!" Natha berseru di hadapan Kenzie. Sedangkan Kenzie yang sama sekali tidak merasa dibohongi oleh Natha, ikut memutar kepalanya.
Dengan jurus Ninja seribu bayangan Natha segera menghilang dibalik pintu. Mendengar perkataan Kenzie saja membuat Natha bergidik ngeri dibuatnya.
Menyadari bahwa dia dibohongi, Kenzie hanya tersenyum tipis. "Dasar aneh. Emang aku bakal apa-apain dia? Takut juga kamu sama laki-laki hahaha" Kata Kenzie sambil tersenyum melihat kelakuan Natha saat ini.
"Sepertinya kamu gadis yang unik dan tidak mudah diluluhkan ya Nath." Kenzie kembali menghubungi Kevin dan menanyakan perkembangan pertemuan dengan orang tua Natha.
Bersambung...Natha menoleh ke arah Jenny. Seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Yakali, videonya sampai kesebar gitu. Malu banget dong.“Ah, nggak ... Nggak mungkin, yang bener aja lo, Jen.” Natha menggelengkan kepalanya tak percaya.“Lo ke mana selama beberapa hari ini? Jawab jujur, Nath? Lo nggak buat masalah gede, kan? Gue trauma sama masalah-masalah elo, Nath," lanjut Jenny sembari mengusap kedua lengannya terlihat bergidik ngeri menatap ke arah Nata. Dia menggeleng seakan tak mau tahu dengan masalah baru Natha kali ini. Sahabatnya itu memang terkenal sebagai biang kerok ahlinya para ahli masalah di kehidupannya. Yah, bisa mendapatkan penghargaan Miss biang masalah sih kalo ada.Mengingat kelakuan aneh Natha saja, Jenny sering ikut migrain. Dia sempat melihat dari salah satu video yang di share di grup kelas oleh anak-anak. Jelas jika wajah wanita yang di grebek di sebuah hotel itu sangat familiar baginya. Natha-lah pemilik wajah itu.“Ah, lo jangan ngadi-ngadi ya,
“Sepertinya ada darah tarzan yang mengalir di tubuh istriku,” ujar Kenzie.“Apa kamu bilang?”Deg.Kenzie segera menoleh ke arah suara itu.“Eh Pa,” jawab Kenzie dengan senyum sedikit kikuk. Bagaimana tidak dirinya membicarakan keburukan istrinya tepat di depan mertuanya.Kenzie segera menghampiri Anantha lalu menyalami tangan papa mertuanya. Yang langsung di sambut hangat oleh Anantha.“Kamu yang sabar ya, maklum istri kamu itu setengah laki-laki, nggak tahu dulu sepertinya dia ingin lahir menjadi lelaki. Tapi pas pembagian kelamin dia nggak datang. Nah makanya kan jadi nggak songkron sifat sama sama gender,” kelakar AnanthaKegugupan Kenzie mendadak sirna mendengar ucapan mertuanya saat ini.Ternyata Papa mertuanya tidak segarang yang dia bayangkan.“He ... He iya Pa, Mama di mana kok dari tadi saya nggak lihat,” tanya Kenzie. Dia berusaha mengalihkan pe
"Whitney!" Seru Kenzie. Seekor angsa berwarna putih muncul dengan anggunnya."Soang!" Jerit Natha, dirinya langsung melompat ke dalam pelukan Kenzie."Kamu kenapa?" Kenzie terlihat keheranan, ketika melihat wajah yang berada di hadapannya menjadi putih memucat dalam seketika."I-itu jauhain Soangnya." Natha mengeratkan pelukan tangan dan kakinya ke dalam pelukan Kenzie."Iya-iya ... tapi turun dulu! Nanti kita bisa jatuh berdua," ujar Kenzie."Nggak mau, pokoknya nggak mau itu nanti kepalaku di petok. Aku nggak mau," jerit Natha.Sesekali Natha melihat angsa yang ada di bawah kaki Kenzie, lalu membenamkan kembali wajahnya di dalam ceruk leher Kenzie."Kenapa sih, dia nggak bakal metok orang Nath, aku udah pelihara dia dari dia masih kecil," ujar Kenzie meyakinkan istrinya itu.Natha masih tetap dalam posisinya. Memeluk Kenzie dengan eratnya, tubuhnya sekarang menjadi bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi Natha.M
"Gimana? Emang kamu nggak sakit?" Kenzie menaikkan sebelah alisnya."Udah dong Ken, itu terus di bahas." Natha tersipu malu."Ya 'kan kamu yang mulai. Gimana sih Nath?" Kenzie mencubit gemas pipi Natha.Lalu mengecup bibirnya sekilas."Kebiasaan deh, udah aku mau mandi." Natha menarik selimut yang menutupi keduanya.Sementara Kenzie terkesiap, karena ulah Natha. Pasalnya keduanya memang benar-benar naked selama tidur.Dengan cepat Kenzie menutupi barang berharganya dengan bantal. Ingin sekali dirinya menerjang istrinya namun nyalinya ciut menyadari dirinya akan kalah beradu jotos dengan istrinya yang unik itu."Nggak gitu juga caranya dong, Natha!" Cicit Kenzie."Lah ... kenapa musti malu coba, bukankah semalam aku udahblihat semua ... udah lupain aja deh kalo gitu." Ujar Natha sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Telihat wajah kesal Natha terpampang dengan jelas."Bukannya malu, tapi ini dingin." Ujar Kenzie kemudia
Cup.Bibir keduanya saling bertautan, netra Natha dan Kenzie membulat dengan sempurna.Natha hendak mendorong dada Kenzie. Namun, dengan cepat Kenzie menggenggam tangan milik istrinya itu.Kenzie memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengunci pergelangan tangan Natha. Perlahan-lahan Kenzie melumat bibir Natha tanpa mendapatkan balasan darinya.Natha yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami itupun, masih bergeming diposisi awal dengan mulut yang masih mengatup rapat.Kenzie 'pun dengan cepat mengigit bibir bawah Natha, ketika dirinya menyadari Natha tak membalas apa yang tengah dia lakukannya saat ini."Akh ...."Kenzie yang mendapatkan celah, mulai melancarkan aksinya dengan segera memperdalam ciumannya dengan begitu lembut. Hingga bibir keduanya saling bertaut, intim. Bergerak seirama menikmati gairah yang mulai menyulut mereka berdua. Meskipun Natha masih bagitu kaku, karena itu memang adalah pengalama
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma