Home / Lainnya / Salah Sebut Nama Panggilan / Salah Sebut Nama Panggilan

Share

Salah Sebut Nama Panggilan
Salah Sebut Nama Panggilan
Author: Nisa Noor

Salah Sebut Nama Panggilan

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2021-11-22 04:36:30

“Bun, Bunda … kaos kaki Ayah di mana, ya?”

Nirmala yang sedang menyuapi anaknya tiba-tiba terdiam mendengar suaminya, Heru menyebut panggilan yang bukan biasa diucapkan untuknya. Dahinya mengernyit karena heran. Ia mencoba mendengarkan dengan saksama. Ditaruhnya mangkok itu, lalu berjalan menuju kamar di mana suaminya berada.

“Bun .…” Suara Heru terhenti ketika yang muncul adalah Nirmala. Wajahnya mendadak pucat pasi seperti teringat pada sesuatu.

Nirmala semakin menaruh curiga. “Panggil siapa, Pa?” tanya Nirmala. Pertanyaannya membuat Heru gelagapan. Nirmala pun memandang suaminya dengan lekat.

“Panggil Mamalah, siapa lagi?" ujar Heru mencoba menutupi rasa geroginya karena kepergok salah menyebut nama panggilan.

Nirmala semakin bergelut dengan rasa curiga. Ia menelisik ada sesuatu yang aneh dalam diri suaminya itu. “Tapi tadi .…” Nirmala menghentikan kalimatnya. Ia merasa perlu berhati-hati dalam menghadapi persoalan ini. Instingnya merasa ... suaminya sudah tak setia, panggilan itu jelas bukan untuknya.

“Papa cari apa tadi?” tanya Nirmala

“Kaos kaki yang hitam, Ma,” jawab Heru.

“Oh, itu ... biar Mama bantu mencarikan. Papa sarapan dulu aja, ya.”

“Oke deh, Papa sarapan dulu ya.” Tidak mau kehilangan kesempatan untuk melarikan diri dari kecanggungan, Heru pun bergegas meninggalkan Nirmala. Dikecupnya pucuk kepala Nirmala sesaat sebelum ia keluar.

Nirmala tersenyum malas. Ia sudah tak merasakan kehangatan dari kecupan itu. Ada aroma perselingkuhan yang ia rasakan.

Nirmala mencari kaos kaki Heru, tetapi ia hentikan ketika mendengar ponsel suaminya berbunyi. Ia melangkahkan kaki menghampiri ponsel suaminya yang tergeletak di atas nakas.

"Bunda Alea?" Nirmala mengernyitkan dahi melihat nama kontak yang memanggil suaminya itu. Dadanya semakin berdetak kencang. Firasatnya semakin menajam. Tanpa berpikir panjang ia segera mengangkat panggilan itu.

“Hallo, Ayah. Jangan lupa mampir untuk bawa bekal makan siang, ya!” Sebuah suara manja terdengar dari balik telepon.

Nirmala terpaku. Nyaris ponsel yang dipegangnya terjatuh ketika mendengar suara di ujung sana. Suara seorang perempuan dengan panggilan 'ayah' pada suaminya. Perempuan itu terus memanggil nama 'ayah' pada suaminya.

Nirmala menutup panggilan itu dengan segera dan menyimpan kembali ponsel suaminya. Ia mencoba menenangkan hatinya yang sudah berkecamuk dengan kemarahan yang ia pendam.

Nirmala pun menyusul suaminya di meja makan. Ia mencoba mengulas senyum di hadapan suami dan anaknya yang baru berusia 3 tahun itu.

“Ada, Ma?” tanya Heru.

“Ada dong, Papa. Kayaknya Papa bukan lagi nyari kaos kaki, tapi lagi nyari istri muda,” celetuk Nirmala.

Sontak Heru mendadak batuk karena tersedak makanan yang tengah ia kunyah. Sikapnya menjadi kikuk dan tak dapat menyembunyikan perasaan ketakutan akan terbongkarnya apa yang ia lakukan di belakang istrinya.

“Eh, iya Pa. Mama buatin bekal ya, kok kayaknya Mama kangen bikinin bekal buat makan siang Papa,” timpal Nirmala.

Kali ini Heru dibuat kelimpungan dengan sikap istrinya. Ia semakin merasa tak enak dengan sikap Nirmala yang membuatnya terpojok.

Memang sejak satu tahun terakhir Nirmala jarang membuatkan bekal untuk suaminya. Awalnya hanya mencoba memberikan keleluasan pada suaminya untuk membeli makanan, merasakan makanan lain selain masakannya. Akan tetapi, Nirmala kebablasan. Ia keenakan tidak menyiapkan bekal. Hal ini membuat Nirmala terperangkap dalam situasi di mana ternyata ada perempuan lain yang membuatkan bekal untuk suaminya.

“Wah, boleh banget tuh, Ma. Papa juga kangen makan siang masakan Mama, bosen makan makanan kantin terus,” ujar Heru.

Apa dia bilang? Kantin? Nirmala tersenyum sinis. Ia membaca wajah suaminya tengah berpura-pura menyembunyikan semua yang sebenarnya terjadi.

Dalam diam Nirmala berkata, 'Baiklah Pa, jika kamu mau bermain api denganku jangan salahkan aku jika kamu lebih terbakar dariku.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ending

    Suasana sudah begitu ramai, Bu Wati senang akhirnya Sarah akan segera resmi menikah kembali dengan Heru, perjalanan panjang dan tak mudah sudah dilewati Sarah. Penantian dan kesabaran Sarah akhirnya berbuah manis, sempat ragu tapi akhirnya Sarah mantap kembali menerima Heru dalam hidupnya. Rasanya merasa bersalah telah membuat Heru menunggu padahal mereka bisa segera menikah kembali, tapi perlu waktu untuk Sarah menerima Heru, ketakutan akan masa lalu selalu membayanginya. Bagaimanapun Heru pernah membuatnya kecewa dengan meninggalkan Sarah seorang diri di rumah sakit lalu pergi entah kemana hingga Sarah harus tinggal di panti ini. Kebahagiaan itupun hadir dalam hati Nirmala, perempuan yang dulu pernah disakiti oleh Satah tapi mampu memaafkan dan berbesar hati menerima kehadiran Sarah dalam hidupnya bahkan mereka jadi sangat akrab sejak Sarah berhijrah menjadi lebih baik, tak ada yang tak memuji Nirmala yang bisa menerima mantan madunya bahkan mantan istri simpanan suaminya dulu, ba

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Sebuah Permintaan

    "Kenapa harus menepi sejenak?" tanya Heru di ujung sana. "Mas, aku mohon. Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya, aku harus memutuskan semua dengan segala pertimbangan, aku gak mau gegabah soal ini. Ini menyangkut kehidupanku selanjutnya. Aku mohon Mas Heru mengerti." "Berapa lama?" "Tiga hari saja mas, tolong jangan kirim aku pesan atau apapun. Kita nanti akan tahu seberapa rindu hati kita jika tak melakukan itu, jika dalam waktu tiga hari itu aku ternyata tak bisa hidup tanpamu maka aku yang menghubungimu duluan, begitupun sebaliknya."Heru terdengar menghela napas berat, ia tak menyangka sesulit itu kembali pada Sarah padahal ia pikir bisa dengan mudah karena Sarah terlihat sangat mencintainya terbukti dari kebiasaannya mengantar makanan saat di penjara. Tapi itu saja tak cukup membuat Heru yakin akan mudah mendapatkan Sarah, dia harus berusaha lebih keras lagi. "Baiklah, aku turuti." Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibir Heru membuat Sarah bernapas lega."Terima kasih

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Mimpi

    "Apa?" Heru terkejut mendengar ucapan Sarah, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Terus kamu jawab apa?" Sarah terdiam, Heru menunggu jawaban Sarah dengan hati tak karuan."Aku belum menjawabnya, mas. Aku bercerita tentang semua itu pada Mbak Nirmala, dia memintaku untuk beristikharah. Saat ini jujur aku gamang, aku gak tahu bisa percaya sama kamu sepenuhnya atau nggak, aku ini pernah menjadi istri kedua secara sembunyi-sembunyi, menyakiti perempuan lain bahkan kini perempuan itu seolah tak pernah merasa disakiti olehku, dia sangat baik. Tetap saja justru dengan begitu rasa bersalahku kian besar, aku takut mas." "Apa yang kamu takutkan?" Sarah menatap lelaki itu, keduanya saling menatap penuh arti. "Aku takut kamu mengkhianatiku seperti kamu mengkhianati Mbak Nirmala." Heru menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. "Sarah, aku rela mengkhianati Nirmala karena apa?" tanya Heru menatap perempuan di depannya. Sarah menunduk, memang ia rasakan semua yang ter

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Permintaan Lelaki Lain

    "Mas, aku mau kita sah dulu secara agama dan negara. Tujuh tahun tanpa nafkah batin bukan waktu yang sebentar, aku tak mau melakukan ini dengan gegabah. Mungkin tak pernah ada kata talak darimu tapi saat keluar penjara kamu memilih menghampiri Mbak Nirmala dan mengacuhkanku itu pertanda kamu tak menginginkan aku lagi, mas.""Sudah aku bilang, aku menemui Kania bukan Nirmala. Menemui anakku," sanggah Heru. "Tapi kamu kecewa kan mendengar Mbak Nirmala sudah menikah lagi bahkan hidup bahagia sekarang?" Heru terdiam, Sarah menghela napas. Ia sangat takut, Heru membawanya ke sebuah villa yang cukup sepi, dia meminta untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Tapi Sarah menolak dengan alasan telah hilang haknya untuk itu, karena sepengetahuannya. Enam bulan saja tanpa nafkah batin maupun lahir maka sudah bisa jatuh talak jika istri tak ridho. Ini tujuh tahun selama di penjara, meski selama itu Sarah masih mengunjungi Heru, mereka masih bertemu tapi Sarah tak melihat bias cinta saat it

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Ujian Kebersamaan

    "Assalamualaikum, mas. Ada apa?""Waalaikumsalam, dimana kamu dek?""Di rumah mbak Nirmala, mas. Kenapa?" "Siapa lelaki itu?" TegSarah terdiam, mendadak wajahnya memerah entah pertanda apa. Nirmala mengamati wajah bingung Sarah. Apa yang dilihat Heru hingga dia marah seperti itu. "Lelaki mana mas?" "Jangan pura-pura, jelas sekali aku melihat kamu dengan seorang lelaki." Sarah menghela nafas, apa yang ditakutkannya terjadi. Sejak dulu, ia tahu sikap Heru yang gampang marah, Heru tak pernah bisa bersikap dingin terlebih jika sudah menyangkut dirinya. Nirmala mencoba menenangkan meski dia tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, hanya saja melihat raut wajah Sarah membuat Nirmana merasa mereka sedang tak baik-baik saja. Enggan ikut campur, Nirmala memilih meninggalkan Sarah seorang diri, membiarkan Sarah menyelesaikan semuanya. "Mas, jangan dulu berpikir aneh. Dia temanku, dulu kami pernah satu panti. Lalu terpisah dan kembali dipertemukan." "Teman atau teman?" Lagi, Sarah me

  • Salah Sebut Nama Panggilan   Heru Meradang

    "Maksud kamu?" tanya Sarah.Jaka gelagapan, ia mencari paduan kata yang tepat untuk menutup sikapnya yang mendadak serba salah karena ucapannya tadi."Apakah aku tak perlu menghiraukannya lagi?" tanya Sarah kembali."Eh, tidak. Bukan begitu," ucap Jaka menjeda kalimatnya. "Gini, pernikahan itu untuk membuat kita bahagia ya setidaknya itu yang aku pegang selama ini, aku sampai sekarang belum menikah karena aku gak yakin bisa bahagia dengan perempuan lain. Kebahagiaanku ada pada seseorang yang hadir sejak dulu, seseorang yang setiap malam aku sebut namanya berharap bisa dipertemukan dengannya yang entah dimana. Aku menunggunya, karena aku yakin dia tercipta untukku. Meski nantinya akan terluka setidaknya aku tak menikah hanya karena untuk membohongi hati ini dan menyakiti perempuan lain yang jadi istriku. Jadi, menurutku ambil keputusan sesuai keyakinan hatimu," ucap Jaka.Sarah terdiam, dia seolah merasa perempuan yang ditunggu Jaka adala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status