Share

Salahkah Aku Mencintaimu?
Salahkah Aku Mencintaimu?
Penulis: Jezlyn

Bab 1 - Akibat Pergaulan Bebas

Kedua tangan itu bergetar sangat hebat saat melihat benda yang tengah dipegangnya. Matanya membola begitu sempurna hingga nyaris keluar. Tenggorokannya bahkan terasa tercekat hingga membuat saluran pernapasannya terganggu.

Sebuah benda pipih panjang yang menunjukkan dua garis merah di sana membuat seorang perempuan bernama Anindya Kemala ini nyaris terjatuh di depan wastafel toilet kampus.

“Enggak mungkin aku hamil,” gumamnya lirih.

Tak terasa cairan Kristal itu mengalir begitu deras melewati pipinya yang mulus. Perempuan berusia dua puluh tahun ini masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Ia mulai mengingat-ingat melakukan hal itu terakhir kali bersama Rayyan sekitar sebulan yang lalu, dan pria itu menggunakan pengaman. Entah kenapa hal yang tidak diharapkan justru terjadi seperti ini? Lalu apa yang akan ia katakan nanti kepada kedua orang tuanya? Terlebih kedua orangtuanya kini tengah mencalonkan diri sebagai salah satu pemimpin daerah di pulau Jawa. Perempuan yang biasa disapa Anin ini mulai merasakan pusing juga sakit kepala memikirkan hal-hal yang tidak diinginkan justru kini kian terjadi.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Anin langsung memasukkan alat tes kehamilan itu ke dalam tas. Anin membasuh wajah kuyu-nya agar tidak terlihat acak-acakan.

Selesai menyamarkan penampilan wajahnya, Anin langsung keluar toilet dan buru-buru bergegas menuju ke fakultas Tehnik di mana Rayyan—kekasihnya—berkuliah di sana.

Melihat postur tubuh kekasihnya yang sedang bersenda gurau dengan mahasiswa lain membuat Anin mempercepat laju jalannya agar kekasihnya itu tidak lagi menghindar seperti sebulan belakangan ini. Anin merasakan seperti dighosting setelah mereka melakukan hubungan intim yang terakhir kalinya. Ia merasakan dicampakkan dan seperti jalang yang sudah tidak lagi dibutuhkan kehadirannya. Bahkan seorang jalang saja masih mendapatkan bayaran yang setimpal. Lain hal dengan harga dirinya yang seperti buah tebu. Habis manis sepah dibuang.

“Rayyan.”

Pria itu menoleh sambil tersenyum tipis. Bahkan para teman-temannya langsung pamit pergi yang kini hanya meninggalkan Anin dan Rayyan saja di depan kelas.

“Ada apa?” tanya pria itu malas.

“Aku mau bicara sesuatu sama kamu.”

Pria itu masih tampak menunjukkan wajah malasnya, namun tetap berjalan mendekati posisi Anin berdiri. “Ngomong aja di sini.”

“Enggak bisa. Aku butuh tempat yang tenang karena—“

“Cih! Emang apa, sih, yang ingin kamu bicarakan sampai harus mencari tempat yang tenang begitu? Di sini, kan, juga bisa?” Rayyan mengangkat kedua alisnya—menunjukkan kalau dia tidak suka dengan usulan perempuan itu.

“Masalahnya ini soal ….”

“Soal apa, hm?” potong Rayyan sambil menyenggih bibirnya.                          

Ada rasa khawatir yang dialami oleh perempuan itu. Rasa ketakutan yang menjalari keseluruh tubuhnya jika Rayyan tahu dan pria itu menolak untuk bertanggung jawab atas perbuatan hina yang telah mereka berdua lakukan bersama.

Rasanya kerongkongan Anin saat ini terasa kering mendadak. Perempuan itu mencoba membasahinya dengan menelan ludahnya sendiri dengan susah payah.

“Mau ngomong apa, sih? Aku tidak punya banyak waktu!”

Mendengar suara Rayyan yang sudah meninggi membuat Anin mencoba membuka mulutnya. Mengucapkan sesuatu hal dengan suara tercekat-cekat dan keringat dingin yang mendadak keluar begitu saja. “A-a-aku ha-hamil.”

Tentu saja mata Rayyan langsung melotot tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pria itu masih saja menyenggih jika Anin tengah mengerjainya saat ini.

“Enggak usah ikutan youtuber yang suka ngeprank-ngeprank deh. Enggak lucu tahu.”

Anin langsung membuka mulutnya tidak percaya dengan respon Rayyan barusan. Ia mengatakan hal yang benar adanya. Kenapa kekasihnya itu tidak percaya. “Aku serius,” sahutnya, lirih.

Melihat air muka Anin yang serius membuat Rayyan langsung gusar sendiri. Pria itu langsung menoleh kanan kiri untuk memastikan keadaan sekitar jika ucapan Anin barusan tidak ada yang mendengar kecuali dirinya sendiri.

Dengan gerakan cepat, Rayyan langsung menarik lengan tangan Anin—menyeret ke arah parkiran dengan cengkeraman yang sangat kencang—hingga membuat Anin meronta-ronta kesakitan.

Sesampainya di parkiran, Rayyan segera membanting perempuan itu di dalam mobilnya. Menutup pintu mobil dengan perasaan yang tidak bisa diuraikan saat ini. Rayyan sendiri langsung memasuki pintu kemudi dan menjalankan mobil itu untuk melesat pergi jauh dari area kampus.

Merasakan jika cara mengemudi Rayyan tidak seperti biasanya membuat Anin ketakutan. Perempuan itu segera menarik seatbelt dan menggunakan dengan cepat. Tak lupa juga kepalanya menoleh ke arah Rayyan yang masih menunjukkan ekspresi kekesalan. Bahkan rahangnya sangat begitu mengeras hingga membuat Anin menelan ludahnya susah payah karena takut jika pria itu akan berbuat nekat.

“Rayyan, kita mau ke mana?”

Tidak ada respon yang Anin dapatkan atas pertanyaannya barusan. Justru ia hanya mendengar suara gemeletukan gigi dari mulut pria itu. Anin merasakan takut luar biasa. Jujur saja ia tidak ingin mati muda saat ini.

“Rayyan, please … jangan ngebut seperti ini. Aku takut,” pinta Anin, memelas.

Merasa tidak siap dengan berita kehamilan Anin membuat Rayyan kebingungan sendiri. Dia belum siap menikah apalagi jadi bapak. Diliputi rasa emosi membuat dirinya tidak terkontrol saat ini hingga mengakibatkan dia hilang kendali saat menyetir.

“Rayyan, awas!” pekik Anin, menjerit kencang.

Ckiiiitttttt.

BRAK!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
RF Riani
Lagian Anin baru pacaran aja mau ngelakuin hubungan intim,,,,yg rugi cewek kan mau kasihan tapiiiii ...........jadi geregetan hahahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status