Share

Bab 2 ReyRann

Kalau gak ada pertemuan lalu kapan adanya perpisahan.

Rannia Krishna

__________

Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib. Waktu yang sudah cukup sore bagi Rann karena dia belum juga menyelesaikan hukumannya. Rasa takut mulai menguasai pikirannya.

"Huh, kenapa juga gue yang harus kebagian nyari kak Reyhan sendirian gak ada temannya," gumam Rann yang terus berjalan melewati koridor kelas dengan kepala menunduk menatap bukunya tanpa memperhatikan jalan.

"Brakk!!"

Tiba-tiba seorang menabraknya dan berhasil menjatuhkannya ke sesuatu yang begitu nyaman. Seorang cowok telah menabraknya secara tidak sengaja. Rann mendongak melihat wajah cowok itu. Kedua matanya berpapasan dengan netra coklat cowok itu. Untuk beberapa saat keduanya saling bertatapan dan tidak sadar posisi satu sama lain.

"Ehmm!!"

Deheman cowok itu menyadarkan Rann dan membuatnya bergegas membenarkan posisi. Sekaligus menyadarkannya kalau bukunya sudah tidak lagi di tangannya, sudah tergeletak dilantai.

Rann menunduk hendak mengambilnya. Saat tangan Rann menyentuh buku tersebut terlihat tangan seseorang berada pada bagian yang lain.

"Sorry, saya tidak sengaja," ucap cowok itu.

"Gak pa pa, saya yang salah karena tidak memperhatikan jalan," jawab Rann dengan muka yang memerah karena rasa malunya.

"Kamu murid baru? Kenalin saya Reyhan, panggil aja Rey, nama kamu ...?" Rey memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya.

mendengarnya membuat Rann terbelalak tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Orang yang dari tadi dicari cari ada di hadapannya.

"Mmm ...." Rann salah tingkah dibuatnya dan jawabannya pun ngelantur kemana-mana.

"Rannia, nama yang bagus, kamu ngapain disini?" Pertanyaan Rey membuat Rann semakin gugup.

"Nyariin kakak." 

Dengan keluguan dan kepolosannya Rann menjawab tanpa fikir panjang karena dia sendiri juga tidak sadar dengan ucapannya.

"Aduhh bodoh lo Rann." Rann mendengus menyadari ucapannya,  dengan wajah merona semerah menahan malu Rann semakin menunduk.

"Nyariin saya??" Rey berujar dengan senyum simpul karena melihat wajah Rann yang setengah mati menahan malu.

Sungguh menggemaskan, Pikir Rey.

"Maaf kak, maksudnya nyariin kakak untuk minta tanda tangan kakak dan menyelesaikan hukuman," jelas Rann setelah berusaha mengkondisikan mukanya.

"Ohh, boleh," ucap Rey seraya mengambil buku dan pulpen yang dari tadi di sodorkan Rann.

Cowok berseragam kepengurusan OSIS itu mulai menggerakkan tangannya menanda tangani buku tersebut kemudian mengembalikannya pada Rann.

"Thanks kak," ucap Rann girang.

"sama sama, o ya, cara jalan kamu tadi itu bisa membayakan, hati hati siapa tau nabrak lagi, untung tadi nabraknya pangeran coba kalau yang lain," ujar Rey yang dengan Pd-nya menyebut dirinya pangeran dan berhasil membuat warna merah di pipi Rann semakin jelas.

"Sudahkan, saya boleh pergi?"

Rann hanya mengangguk kecil karena tidak bisa berkata-kata lagi dihadapan seorang Reyhan R Lesmana. ya itulah nama yang tertera di nametag di dada bidangnya.

  

                            *****

"Rann gimana?" tanya Safna memecahkan keheningan.

"Hmmm sukses." Rann menyodorkan bukunya.

"Benarkah?!" serentak ke-7 temannya terbelalak melihat buku tersebut.

Ya, hanya 7 orang, karena Willia sedang memesan makanan. Karena hanya Willia yang peka terhadap teman-temannya. 

maklum,  dari segi usia dia yang paling dewasa sedangkan Tiara adalah sibontotnya.

"Rann, dia seperti apa?" Anna mengangkat sebelah alisnya meledek Rann.

"Apaan sih Na," jawab Rann malu-malu. Dan rona merah tergambar jelas di pipinya.

"Ya, Rann dia kayak apa? Ganteng ya? Kayak apa? Kayak Justin Bieber, Shah Rukh Khan, atau Aliando?" Safna yang asalnya duduk dihadapan Rann kini beralih keatas meja dan menatap Rann.

"Apaan sih Saf, dia ya kayak dia mau kayak siapa lagi?"

Safna kembali pada posisinya dan Willia yang dari tadi memesan makanan telah kembali duduk dengan membawa makanan kami. 

Mereka duduk dengan membuat lingkaran, menyatukan dua meja bahkan mengambil satu kursi dari meja lain karena jumlah kami 9 orang sedangkan di kantin 1 mejanya di kelilingi 4 kursi.

                                   *****

Pagi itu sesuai dengan ketentuan, hukuman bagi junior harus dikumpulkan saat itu juga.

Rann menatap puas bukunya karena dalam sejarah Rann tidak pernah gagal dalam sebuah urusan.

Rann berjalan kedepan dan meletakkan bukunya di meja yang telah di siapkan panitia. Sesaat setelah Rann meletakkan bukunya, terdengar suara seseorang berdehem, membuat Rann refleks dan mendongak.

Dilihatnya Rey berada lurus tepat dihadapannya dengan jarak kurang dari satu meter dari meja. Dan seketika membuat muka Rann merah menahan malu. Menyadari hal itu, Sintia yang berada disamping Rey memperhatikan keduanya.

Seluruh junior dipersilahkan untuk bubar dan mempersiapkan diri untuk kegiatan berikutnya. Sementara itu senior dibagi menjadi dua, sebagian ada yang mengurusi kegiatan berikutnya dan ada juga yang membereskan hasil dari hukuman para junior.

Rey kebagian untuk membereskan hasil hukuman. Begitu juga dengan sahabat karibnya, Sintia. karena kebetulan Sintia-lah yang mengusulkan hukuman ini. Jadi dia yang harus menyelesaikannya.

"Rey, lo suka sama dia ...?" Sintia sangat menyadari ada yang beda dari tatapan Rey tadi pada gadis itu. well, bukan berarti Sintia cemburu atau apalah karena Sintia sendiri juga sudah punya pacar.

Dimas, ya sang ketua OSIS itulah pacar Sintia. Sintia hanya sekedar memastikan rasa ingin tahunya. Karena Sintia tau, Rey adalah cowok yang sulit untuk menyatakan telah jatuh cinta. Apalagi bilang cinta, bilang suka sama cewek aja bisa dihitung berapa. entah karena Rey yang terlalu tertutup atau ... apalah.

"Gak, gue cuma tertarik aja, merasa penasaran sama tuh cewek," jawab Rey sadar dengan pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya.

tidak heran jika Sintia menanyakan hal itu karena Rey jarang membicarakan cewek dengan teman-temannya. Mungkin hanya dengan Sintia saja Rey sedikit terbuka soal asmara.

Cewek terakhir yang jadi bahan omongan Rey dengan Sintia adalah Akira. Teman sepupunya yang waktu liburan semester kemarin main kerumahnya ngintilin sepupunya, Dea yang lagi liburan ke Jakarta.

Dea dan Akira memilih Jakarta karena katanya sih pengin lihat Monas secara live. bahkan keduanya sempat menginap dirumahnya Rey selama 1 Minggu.

Setelah Akira kembali ke Bandung, keduanya melanjutkan komunikasi lewat ponsel. Tapi itu tak bertahan lama dan setelah 2 bulan kemudian Akira memberi kabar kalau seseorang telah menjadikannya sebagai pacar. Bahkan akhir-akhir ini katanya telah bertunangan.

Hal itu membuat Rey hancur. ya, walaupun tidak hancur-hancu banget karena Rey belum sampai mencintai hanya sekedar mengaguminya. Walau begitu tetap saja Rey merasa sakit hati.

Dan untuk kali ini, Sintia sangat berharap jika Rey mau untuk membuka hati kemabali. Keluar dari keterpurukan sesaat dan kembali melangkah mencari kebahagiaan yang sesungguhnya dengan cinta yang baru.

"Gue harap lo mau buka hati lo buat dia Rey, karena gue yakin dia menarik di mata lo tapi lo gak nyadar, Atau mungkin lo justru menyangkalnya?" batin Sintia.

                           *****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status