Share

Bab 3 Rasa

Gak tau kenapa dia bisa terbesit begitu saja tanpa adanya undangan.

Mutiara Khasan.

__________

Kegiatan MOS telah berlalu, Beberapa Minggu terakhir pelajaran sudah dimulai.

"Al, menurut lo gimana kalau gue ikut ekskul musik?" tanya Tiara pada Alika yang tengah asyik mengobrol dikantin.

"Bagus tuh, katanya Rann juga pengin ikutan," sahut Alika seraya menyeruput jusnya.

"Yang benerr? kalo gitu sih gue jadi ada temennya dong, lo sendiri Al, gimana..?"

"Gue gak tertarik." Alika memang si kutu buku.

"Iya dehhh lo kan lebih tertarik keperpus daripada keruang musik," ledek Tiara.

Alika dan Tiara sibuk membahas rencana keduanya setelah melepaskan diri dari kegiatan MOS beberapa Minggu lalu. keduanya asyik mengobrol dikantin sembari menyantap satu mangkok bakso dan es teh manis saat jam istirahat.

"Ok deh Al, siang ini juga gue bakal daftarin diri," ujar Tiara.

"Bagus tuh lebih cepat lebih baik," timpal Alika.

Bel berdering, seluruh siswa keluar dari kelas masing-masing begitu juga dengan Tiara. Dia bergegas menuju ruang musik.

"Tiara ...."

Terdengar suara seseorang memanggilnya. Tiarapun menolehkan badannya mencari yg memanggilnya diantara puluhan siswa yang sedang berlalu lalang di koridor.

"Rann, ada apa?" tanya Tiara setelah mendapati Rann di depannya.

"Tia lo mau kemana? Kok buru-buru banget?" tanya Rann dengan nafas terengah-engah karena berlari mengejar Tiara yang lebih dulu meninggalkan kelas sesaat setelah bel berbunyi.

"Gue mau keruang ekskul, lo mau ikut?" ujar Tiara mensejajarkan diri dengan Rann.

"Boleh, yuk gue juga pengen belajar gitar nihh," Rann begitu antusias menjawab seraya menarik tangan sahabatnya itu.

Keduanya sampai diruang ekskul dan terlihat Khan sedang berada di sana. Mereka tidak tau kalau Khan juga ikut aktif dalam ekskul musik.

"Khan, lo disini?" Rann bingung dengan adanya Khan di sana.

"Rann, iya nih gue ekskul juga disini," jawab Khan seadanya.

Rann dan khan asyik mengobrol membuat Tiara seakan tersisihkan. Tiara pergi meninggalkan Khan dan Rannia begitu saja. Melihatnya membuat keduanya saling bertukar pandang, ada apakah dengan Tiara.

Khan, Rann dan Tiara adalah teman satu kelas, karenanya mudah bagi mereka untuk mengakrabkan diri satu sama lain. Walaupun pada awalnya sikap Tiara pada Khan terlalu dingin,  namun tak butuh waktu lama, Khan bisa mencairkan suasana diantara keduanya.

Rann yang berminat pada alat musik gitar tak menyangka kalau yang akan mengajarinya adalah Rey. Orang yang pernah membuat kedua pipinya memerah merona karena malu beberapa Minggu yang lalu.

Rann begitu terkejut mengetahuinya dan seketika dia ingin mengundurkan diri, namun hasratnya untuk belajar musik dan jiwa keseniannya mencegahnya hingga dia memilih untuk mencoba bertahan.

*****

Hari-haripun berlalu, kedekatan Khan dan Tiara semakin terlihat. Tak jarang keduanya terlihat sedang duduk santai berduaan diruang ekskul. 

Suatu perasaan telah terbesit dihati keduanya. Rasa dimana keduanya merasakan kenyamanan jika sedang bersama dan kehilangan jika sedang jauh.

Begitu juga dengan Rann dan Rey, keduanya mulai saling memahami satu sama lain. Rann mulai merasa nyaman dengan sikap Rey.

Terkadang Rey menyanyikan lagu romantis untuk Rann. Sampai suatu ketika Rey pernah memprotes pada Rann. well, bukan protes tapi lebih kearah meminta agar Rey boleh memanggil Rann dengan panggilan Bella, nama belakang Rann. 

ya, Rannia Krishna Isabella. Cuma pengin beda aja sih katanya ...

"Bell, sore ini kamu ada acara?" tanya Rey.

"Kayaknya gak ada, kenapa?" tanya Rann balik.

"Kamu ikut saya ya." Rey menatap Rann, berharap Rann bersedia.

Logat Rey bukan Lo gue tapi saya kamu.

"Kemana?" tanya Rann tak mengerti.

"Saya ada acara kumpul bareng temen, tapi saya malas kalau datang sendirian, kamu ikut ya." Rey masih menatap manik indah itu.

"Ok, kalau lo jemput gue ikut," jawab Rann dengan senyum simpulnya.

Rey memang menggunakan saya kamu tapi Rann tetap dengan logat lo gue nya.

Percakapan diruang ekskul itu mengakhiri pertemuan mereka disiang ini. Rann pergi meninggalkan Rey yang masih berdiri terpaku disana. Rann pergi menemui Tiara yang masih duduk bersama Khan.

"Tiara pulang yuk, dah siang nih," ajak Rann pada Tiara yang masih saja duduk.

"Siappp bos," jawab Tiara dengan nada meledek dengan tangan diangkat memberi hormat.

"Khan pulang duluan yahh." Rann melambaikan tangan sambil berlalu.

"Hati-hati dijalan." Khan melepaskan Tiara pulang dengan Rann walaupun hatinya masih ingin menghabiskan waktu bersama.

Dalam lamunannya terdengar suara.

"Khan ... makasih atas waktunya." yg mengagetkannya. 

khan Sadar kalau suatu rasa telah singgah di hatinya dan tak dapat ia pungkiri kalau dia merasa nyaman dengan kehadiran Tiara.

Disepanjang jalan, Tiara tersenyum-senyum sendiri. Melihatnya membuat Rann penasaran dan Rann tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan apakah yang terjadi pada sahabat karibnya itu. Tiara yang merasa malu terus saja mengelak, namun akhirnya Tiara menyerah juga dan menceritakan tentang semua perasaan yang dimilikinya untuk Khan.

"Napa lo senyum-senyum sendiri?" Rann penasaran dengan tingkah temannya itu.

"Gak ada," jawab Tiara mengelak.

"Mau lo sembunyiin dimana lagi tuh kebenaran?" Rann tidak yakin dengan jawaban Tiara.

"Apaan sih Rann, jangan gitu deh," protes Tiara.

"Elehhh masih ngelak aja lo," decak Rann.

"Serius Rann," elak Tiara yang gemas karena Rann masih saja tak percaya dengannya.

"Udah ada gambaran tuh di muka lo," ucap Rann asal.

"Gambaran?? Serius lo??" Tiara refleks menyentuh kedua pipinya.

"Ck, gak percaya lo? Liat aja tuh di wajah lo penuh dengan bunga-bunga bermekaran setiap lo lagi mikirin Khan," ujar Rann datar.

Tiara yang asalnya serius kini hanya berdecak kesal karena berhasil di kerjai satu temannya itu.

"Ck, bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu Rann," decak Tiara yang kesal dengan ke usilan Rann.

Sementara Rann hanya memasang wajah datar.

Seperti biasanya, Rann dan Tiara akan pulang naik bus, baik Rann maupun Tiara memang tergolong dari keluarga berada, tapi keduanya Tetap memilih transportasi umum dengan alasan malas mengemudi sendiri.

Kan bisa pakai supir atuh neng, hehe.

Selain itu juga karena dengan transportasi umum terkadang bisa mendapatkan banyak teman mengobrol walaupun awalnya tidak saling kenal. Jangan salah, bahkan banyak loh yang awalnya cuma teman ngobrol di angkot bisa jadi teman kencan romantis. Eaaa. 

Rumah Rann dan Tiara satu arah walaupun berbeda kompleks perumahannya. Dan itu juga yang mempermudah keduanya untuk pulang pergi sekolah bersama.

Sejak dari SMP keduanya sudah sama-sama bergabung di kumpulan anak Somplak. Kumpulan anak-anak dengan berbagai karakter itu mampu membuat anggotanya nyaman.

Tepat di halte depan komplek Tiara turun menyisakan Rann yang masih harus menuju halte berikutnya. 

                               *****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status