Seetidaknya dalam hidup ini harus ada sedikit hal kecil yang tak perlu orang banyak tau.
Rey R Lesmana
_________________
"ting-tong .... "
Suara bel rumah Rann berbunyi. Di sore itu, Rann tengah bersiap untuk menemani Rey pergi. Rann bergegas untuk membuka pintu dan terlihat seorang cowok yang tengah berdiri di depan pintu.
"Rey, Silahkan masuk." Rann mempersilahkan Rey memasuki rumahnya.
Rey hanya tersenyum dan melangkah memasuki rumah. Tiba-tiba dia mengulurkan sebuah paper bag pada Rann dan memberikan isyarat agar Rann memakainya.
Gadis itu menerima dan bersedia memakainya walaupun dia tidak mengerti apa maksud Rey karena Rey yang tanpa sepatah kata pun.
Tak lama setelah itu, Rann keluar dari kamar dengan jaket Hitam yang bermodel sama dengan yang Rey kenakan, dipadukan dengan jeans hitam panjang. Rey yang melihat tak bisa memalingkan pandangannya dari Rann.
"Rey, ada apa?" pertanyaan Rann sukses mengagetkan Rey dari lamunannya.
"Gak, gak pa pa kok, sudah siap kan, yuk pergi." Rey berusaha menutupi rasa malunya karena kepergok tengah memandang wajah cantik di depannya tanpa berkedip.
"Rey, kita naik motor?" tanya Rann saat melihat Rey menunggang motor sport hitamnya. Rey hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya Rann penasaran.
"Sudah, ikut saja, nanti juga tau."
Rann terdiam mendengar jawaban Rey.
Disepanjang jalan keduanya asyik mengobrol berbagai masalah hingga tak sadar kalau keduanya telah sampai tujuan.
Rann terkejut melihat tempat yang dia datangi. Rey mengajak Rann ke sirkuit untuk mengikuti lomba.
"Rey, lo-lo anak racing?" Rann setengah tak percaya dibuatnya.
"Hmmm .... " Rey hanya membalasnya dengan senyuman kecil.
"Lo kok gak pernah cerita sihh kalau lo anak racing," dengus Rann kesal.
"Untuk apa diceritakan, ini hanya hal kecil, ini hanya sekedar hobi belaka," jawab Rey.
"Tapi ini-" protes Rann namun tak sampai karena Rey memotong ucapannya.
"Sudah gak usah dibahas lagi, lebih baikk duduk sana saya mau siap-siap," ujar Rey menyuruh Rann ke barisan para penonton sementara dirinya berlalu untuk bersiap-siap dan bergabung dengan yang lainnya.
Rey melaju dengan kencang. Rann tak menyangka kalau Rey yang dia kenal tidak seperti Rey yang pernah dia kenal. Ada sisi yang berbeda yang baru dia temui sore ini.
Pertandingan berakhir dengan hasil yang memuaskan. Walau bukan kemenangan yang didapatkan Rey tapi pengalaman dan terkuaknya satu sisi dari Rey.
Rann menghampiri Rey yang terlihat lelah, kecewa, tapi ada kepuasan yang tergambar diwajahnya.
"Amazing!!!"
Terdengar suara gadis itu dari belakang Rey. Gadis itu berusaha menghibur Rey.
"Tidak juga, saya kalah jadi tidak ada yang waw," ujar Rey merendah.
"Tapi lo keren, gue gak nyangka loh," decak kagum Rann menilai penampilan Rey.
Tiba-tiba, ditengah obrolan mereka Seseorang datang menghampiri mereka. Dia salah satu peserta dilomba tersebut, bahkan dialah sang juara.
"Elang, ada apa?" tanya Rey dengan nada sinisnya.
"Rey, gue belum puas dengan-" ucap Elang namun tak sampai selesai.
"Maksud lo? Lo udah menang." Rey memotong ucapan elang.
"Ya, tapi gue belum puas." Elang mendengus.
"Terus mau lo apa?" tanya Rey dengan nada sedikit tinggi.
"Gue mau tanding ulang besok sore di tempat biasa, itupun kalau lo berani!" Elang menantang Rey di arena lainnya.p
Emosi Rey mulai terpancing dengan ucapan elang. Namun dengan sigap Rann menenangkannya. Rann mengajak Rey pergi dari tempat itu. Dengan kecewa Rey menuruti Rann dan meninggalkan sirkuit.
*****
Disepanjang jalan hanya ada keheningan yang mencekam. Sejujurnya Rann benci dengan keadaan seperti ini baik dengan siapapun.
"Bell, kamu saya ajak makan dulu boleh?" pertanyaan Rey memecahkan keheningan.
"Boleh ...." Rann memperhatikan Rey dari kaca spion motor yang memantulkan wajah Rey.
Keduanya turun tepat diparkiran sebuah kafe di tepi jalan. Rann berjalan dibelakang Rey yang berjalan menuju satu meja yang kosong.
Keduanya duduk kemudian membuka buku menu di berikan. Rann tidak tau menu apa yang harus dipilihnya. Rann hanya berdoa semoga Rey yang bertanya bukan sang pelayan, maka Rann akan meminta untuk disamakan dengannya. Dan benar...
"Bell, mau makan apa?" pertanyaan yang sejak tadi diharapkan Bella oops Rann maksudnya, dan secepat kilat Rann menjawab
"Samain aja deh."
Setelah mengatakan menu yang dipesan suasana kembali hening. Keduanya sama-sama tidak tau apa yang harus diucapkan untuk memecahkan keheningan ini.
Walaupun keduanya sudah sama-sama merasa saling nyaman, namun masih saja ada kecanggungan.
"Rey, sejak kapan lo jadi anak racing?"
Rann memberanikan diri untuk membuka percakapan. Menanyakan pertanyaan yang sedari tadi bersarang di otak cerdasnya.
"Mmm, sudah lumayan lama, sejak kelas 9 SMP. Tapi keluarga saya tidak ada yang tau kalau saya anak racing," Rey menjawab dengan tenang seakan hanya hal kecil saja.
"Gak ada yang tau?" Rann terbelalak mendengarnya.
Siapa yang tak terkejut mendengarnya. Sudah hampir 4 tahun jadi anak racing tapi keluarga gak ada yang tau. Kalo Rann sendiri sih pasti sudah kecium gelagatnya oleh sang papa.
Tapi wajar sih, mungkin Rey menutupinya dengan prestasi yang lainnya. ya, Rey anak yang tergolong cerdas. Karena setiap tahunnya Rey selalu masuk 5 besar dikelasnya. Dan Rey juga salah satu pengurus OSIS, bahkan sang wakil ketua OSIS.
Rann merasa senang karena bisa kenal dengan Rey walaupun banyak hal yang tidak Rann ketahui, tapi Rann percaya, lambat laun waktu akan menjawab pertanyaan Rann.
Tak perlu menunggu lama, pesanan keduanya pun datang. Keduanya menikmati makanan sambil berbincang-bincang banyak hal.
Perlahan Rann mulai terbuka dengan kehidupannya. Begitu juga sebaliknya, Rey mulai terbuka dengan kehidupan jalannya. Mulai dari awal dia menginjakkan kakinya di dunia jalanan hingga dia bisa pada titik ini.
Bahkan perjalanan persembunyiannya pun di ceritakan pada Rann. Obrolan mereka di temani dengan detingan suara sendok yang beradu dengan piring.
Suasana senja pun sunnguh mendukung momen langka itu. Jiak boleh, bisakah semesta mengabadikannya dan mengulangnya di kala hati di Landa gundah gulana.
Keadaan kafe yang ramai pun tak membuat waktu keduanya berubah. Semua tetap sama seakan dunia hanya milik berdua. Tak seorangpun bisa mengusik keberadaan Keduanya.
Waktu tak ada yang tau, bisa jadi hari ini seperti ini dan hari esok akan berubah lebih jauh lagi. Bagi mereka para muda mudi yang dilanda asmara, berteguh bahwa, ini waktu kita dan ini kesempatan kita. Lepas semua masalah dan nikmati momen ini.
Setelah selesai keduanya beranjak dari kursi dan kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing.
*****
"Assalamualaikum."Terdengar salam dari lantai bawah, dan tak lama setelah itu terdengar percakapan beberapa orang. Rann yang penasaran pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi."Kak, siapa di bawah?" tanya Rann saat berpapasan dengan David di tangga, rupanya David juga penasaran."Kayaknya, Mama, Papa.""Sayang ...," teriak Nia saat melihat keduanya menuruni tangga."Mama ..,." pekik Rann seraya mengbambur kedalam pelukannya, tak lupa pula mencium takdim punggung tangan kedua orang tuanya."Oleh-olehnya mana??" tanya Rann dengan nada manjanya."Kamu ini," ucap Krishna yang gemas dengan putrinya.Untuk kesekian kalinya Krishna bisa melihat tingkah manja putrinya itu setelah kejadian beberapa waktu lalu.Nia mengeluarkan semua bar
Uap bakso masih nengepul menandakan betapa panasnya makanan tersebut. Kini Rann dan Samudra tengah duduk di sebuah kedai dengan semangkuk bakso yang membuat perut tambah konser."Gue kira, lo anak kafean atau restoran mahal," ujar Samudra yang masih mengaduk baksonya, menunggu sedikit lebih dingin agar bisa di makan."Enak aja, emang tampang gue anak orang kaya yang kayak gitu apa?" elak Rann tak terima. Rann menatap tajam ke arah Samudra."Ya, kan. Gue cuma mengira," ujar Samudra lagi."Kelihatan, ya?" Rann refleks menegakan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Samudra.Samudra sedikit terkejut dengan kelakuan cewek di depannya. Cewek yang waktu pertama bertemu terlihat begitu dingin, cuek. Tapi kini dengan cepat keduanya akrab.Dalam waktu makan siang ini keduanya saling berbincang tentang banyak hal. Mulai dari p
"Hai, Baby." Awan yang baru saja datang, langsung menyapa Mey.Kehadiran Awan tak kalah Mengejutkan dari Rann dan Samudra, di tambah lagi dengan seseorang di belakangnya."Eh, sayang ... tumben banget kamu nyamperin aku disini? " ujar Mey seraya meraih tangan Awan agar duduk. Mey merasa ada yang aneh pada pacarnya itu.Bagaimana tidak, karena selama setahun pacaran, Awan sangat sulit untuk di ajak ke kantin.Ada saja ribuan alasan untuk menolak, terutama dengan banyaknya pandang mata yang menatapnya risih.Tapi jangan salah, karena setelah penolakan itu, Awan akan menggantinya dengan kencan romantis."Lo bawa siapa, Wan?" tanya Anna yang merasa tak asing dengan orang di belakang Awan."Sohib," jawab Awan singkat tanpa berniat memperpanjang."Beb, kemarin malam kamu di telpon ngomong apa sih
Pagi ini Rann bangun seperti biasanya, kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Karena di hari senin dia harus berangkat lebih pagi dari hari biasanya.Rann keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Ada pemandangan berbeda pagi ini. David sudah siap menyantap makanannya dengan pakaian yang sudah rapi."Tumben banget, Kakak udah rapi sepagi ini? Biasanya juga, Issabell yang tarik Kakak dari kamar, kalau hari senin," ucap Rann heran dengan penampilan David."Ya, kan berubah dong, Bell," jawab David tak mau kalah."Ah, paling kebetulan aja, tadi ba'da subuh gak tidur lagi," elak Rann, seraya mendudukkan dirinya."Tau aja, Bell, jangan buka kartu dong." David hanya cengengesan menanggapi tuduhan sepupunya itu.Keduanya menikmati sarapan dengan lahap kemudian bersiap
David terbangun dari mimpi indahnya setelah bunyi nyaring alarmnya mengejutkannya. Waktu menunjukan pukul 04.05 WIB. David bergegas mengambil air wudhu kemudian mendirikan sholat tahajud.Malam ini terasa begitu cepat karena dia baru menyelesaikan tugasnya tepat pukul 00.05 WIB.Dibantu dengan Dafa dan Dimas yang menginap di sana, dengan maksud awal untuk menemaninya dan Rann. Karena ini adalah malam kedua mereka bermalam di rumah baru. Apalagi, kini mereka hanya tinggal berdua.David beranjak dari mihrabnya, bergerak menuju kamar Rann. Perlahan, tangannya mulai membuka pintu dan berhasil menampakan seorang gadis cantik dengan balutan kain putih panjang yang menambah keanggunannya.Gadis itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat David di ambang pintu."Kakak kira, belum bangun, Bell," ucap David padanya.David tau, tadi malam R
Benar, hidup memang akan selalu beriringan dengan kejujuran dan tantangan. Nayla kharisma. _______________ Viona mulai memutar botol kembali, kini botol itu berhenti tepat di depan Tiara. "Turut or dare?" dengan cepat pula Viona bertanya. "Dare deh," jawab Tiara ragu. "Suapin kak David satu potong martabak." Ucapan Rann sukses mengejutkan semua yang ada. Tak ada yang menyangka kegilaan yang dilakukan Rann. "Gila lo! Mau bunuh gue lo!" Bantah Tiara. "Eits ...bitu dare buat lo," timpal Anna tersenyum smirk. "Ayolah Tiara," lirih Alika dengan senyum simpulnya. "Ok, fine!" Tiara pasrah dan mulai beranjak untuk mendatangi kamar David. Tiara berjalan pelan dan sesekali menengok ke belakang.