Kau menyukai keindahannya, tapi keindahannya itu jahat, dia bisa melukaimu.
Reyhan R Lesmana.
___________________
Mereka pergi tanpa tau tujuan. Rann memegang erat pinggang Rey yang mengendarai motornya. Ketegangan tergambar jelas di wajah Rann.
Untuk pertama kalinya Rann mengalami kejadian seperti ini, Rey bingung akan kemanakah mereka pergi.
"Rey, mampir dulu yuk kerumah Allah, waktu Dzuhur sudah hampir habis nih," ucap Rann saat melihat bangunan indah bernuansa islami di tepi jalan.
Mendengar hal itu membuat Rey terkejut. Rey tak menyangka dengan ucapan Rann. Rey sadar, sudah berapa lama dia melalaikan sang pencipta. Rey merasa seakan akan dirinya telah terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam dan di pertemukan dengan cahaya yang menunjukkan kejalan yang lurus dengan hadirnya Rann.
Walaupun jabatannya wakil ketua OSIS dan mengetuai beberapa organisasi disekolah, tetapi tetap saja Rey masih sering melalaikan sang pencipta karena baginya semua gelarnya hanyalah cap semata.
"Rey, sholat dulu ya, Dzuhur udah hampir habis, sekalian ashar soalnya tanggung." Rann melangkah mendekati masjid di tepi jalan.
Rey hanya mengangguk tak percaya dengan apa yang terjadi. Rey kira Rann sama seperticl cewek-cewek lain yang pernah ia kenal.
Setelah keduanya selesai mendirikan shalat. Keduanya kembali melanjutkan perjalanan. Ditengah-tengah perjalanan, hujan turun rintik-rintik yang semakin lama semakin deras.
"Rey, berteduh dulu yuk disana." Rann menunjuk sebuah kedai kopi di pinggir jalan.
"Baiklah, tapi kamu gak papa kalau telat pulang? Nanti kamu kena marah," ujar Rey.
"Udahh, itu sih pikir keri, yang penting sekarang kita berteduh dulu yuk." Rann kekeuh untuk berteduh.
Akhirnya keduanya memutuskan untuk berteduh di kedai kopi di tepi jalan. Keduanya duduk dengan suguhan secangkir kopi hitam yang menemani dalam kedinginan. Dalam keheningan itu Rann mengulurkan sebuah buku cantik berwarna merah.
"Apa ini?" tanya Rey bingung.
"Buka aja ntar lo tau sendiri maksudnya apa?" Dengan santainya Rann menjawab.
Perlahan Rey mulai membukanya. Ada bait kalimat yang tertulis rapi.
"Lagu...??" Rey masih kelihatan bingung.
Rupanya Rey masih belum ingat kejadian di ruang musik tempo hari. Rey mengamati setiap katanya.
"Tamia...?" gumam Rey.
"Iya, gue suka sama isi lagunya.'' Rann menyesap pelan kopinya yang masih mengepulkan asap.
Tiba-tiba Rey mengambil gitarnya yang dia bawa dari sekolah, bahkan ketika Rey berduel dengan Elang, Rann yang menjaga gitar kesayangannya itu. Perlahan-lahan jari jemari Rey bergerak memetik senar gitarnya dan suaranya yang merdu mulai terdengar.
All hear is raindrops
Falling on the rooftop
Oh baby, tell me why'd you have to go
Cause this pain i feel it won't go away
And today i'm officially missing you
I thought that from this hearcache ,
I could escape
But i've fronted long anough to know
There ain't no way
And today i'm officially missing you.
Dalam keheningan ditemani secangkir kopi hangat, Rann larut dalam khayalannya. Hingga tanpa disadari lagu yang Rey bawakan telah selesai.
"Woyy ...!" Rey mengejutkan Rann dari khayalannya.
Dan sukses membuat Rann malu setengah mati. Wajahnya merah merona dengan balutan hawa dingin.
"Kok hujannya tambah deras yah?"
Rey berusaha mencairkan suasana karena dia sadar yang dia lakukan tadi telah membuat Rann tersipu malu. Namun Rann hanya terdiam tanpa kata.
"Woii ... jangan ngelamun."
"Gak, siapa yang ngelamun! Gue cuma ... gue cuma ... mmm tau ah." Rann yang tersipu malu jadi salah tingkah.
Semakin lama hujan semakin deras. Udara semakin dingin dan suasana semakin hening. Rann tak bisa menahan diri lagi melihat tetesan air hujan yang begitu indah, Rann melepaskan jaket dan tasnya dan berlari mendekati tetesan air hujan yang deras. Meninggalkan Rey yang kembali memainkan gitarnya dikedai kopi.
Tak perlu menunggu lama, sekujur tubuh Rann sudah basah kuyup. Rann begitu menikmati setiap tetesan air hujan yang turun membasahi tubuhnya.
"Rey!! Lo tau gak, hari ini gue seneng banget, hujan turun dengan indahnya."
Dibawah derasnya air hujan Rann berteriak pada Rey yang masih duduk manis di kedai kopi dengan gitarnya dan masih mengulang-ulang lagu tersebut.
Hari semakin sore, hujan semakin deras, dan Rann masih berada di bawah tetesan air hujan. Kedinginan telah menyelimuti tubuhnya. Wajahnya sudah mulai membiru menahan dingin.
Tiba-tiba Rey berjalan menghampiri Rann dan berusaha menutupi kepala Rann dengan jaket yang dikenakannya. Dan seketika membuat Rann terkejut. Rann tak menyangka dengan apa yang dilakukan Rey, karena sejak pertama Rann bermain dengan hujan Rey hanya asyik dengan gitarnya dan lagunya.
"Nona sudah puas ...?" kalimat yang pertama kali Rey ucapkan, Rann hanya bisa memandang kedua mata Rey yang berbinar tanpa sepatah kata pun.
"Kok bengong? apakah nona sudah puas? Kalau sudah mari kita kembali." Rey mengajak Rann kembali ke kedai kopi dan menyuruhnya duduk, serta menghidangkan secangkir kopi hitam yang hangat.
"Sudah cukup nona, permainan mu sudah selesai, kau menyukai keindahannya tapi keindahannya itu bisa menyakiti mu," ucap Rey sembari meletakkan secangkir kopi hitamnya di meja.
"Tapi gue su-suka hujan," ucap Rann yang masih kedinginan.
"Ok, saya tau kamu suka, tapi kamu sudah terlalu lama berada di bawah derasnya air hujan, sekarang lebih baik kamu minum dulu kopinya, kemudian pakai jaketmu dan kita akan bergegas pulang." Rey menyodorkan secangkir kopi di depan Rann.
"Baiklah ...." Rann pasrah.
Rann menghabiskan secangkir kopinya kemudian mengenakan jaketnya dan bergegas.
"Jangan lupa bukunya Rann!" Rey mengingatkan Rann yang hampir saja meninggalkan bukunya.
Dibawah rintik-rintik air hujan yang masih menetes, mereka memaksakan diri untuk pulang. Rey mencemaskan apa yang akan terjadi pada Rann karena mereka pulang terlalu sore dan Rann dalam keadaan basah kuyup.
"Stop Rey, sampai di sini aja, gue turun di sini." Mendadak Rann menghentikan Rey.
"Di sini ...? Tapi rumah kamu -" sebelum Rey selesai berucap, dengan cepat Rann memotong ucapan Rey.
"iya gueu tau, rumah gue masih agak jauh sedikit, tapi lo cukup sampai disini saja, gue takut kalau lo antar gue sampai rumah dan mama lihat gue kayak gini ntar lo yang kena marah lagi."
"Baiklah, jaga diri yahh." Rey pasrah dengan ucapan Rann.
Rann memutuskan untuk turun di gang kompleks dekat rumahnya. Rann tak berani membiarkan Rey mengantarnya sampai rumah. Dia takut kalau mamanya melihat Rey, apalagi Rann telat pulang dan dalam keadaan basah kuyup.
Mereka berpisah, dan Rey kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri jalanan kota dibawah rintik-rintik air hujan dan Rann pulang dengan jalan kaki melewati gang kompleks menuju rumah.
*****
"Assalamualaikum."Terdengar salam dari lantai bawah, dan tak lama setelah itu terdengar percakapan beberapa orang. Rann yang penasaran pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi."Kak, siapa di bawah?" tanya Rann saat berpapasan dengan David di tangga, rupanya David juga penasaran."Kayaknya, Mama, Papa.""Sayang ...," teriak Nia saat melihat keduanya menuruni tangga."Mama ..,." pekik Rann seraya mengbambur kedalam pelukannya, tak lupa pula mencium takdim punggung tangan kedua orang tuanya."Oleh-olehnya mana??" tanya Rann dengan nada manjanya."Kamu ini," ucap Krishna yang gemas dengan putrinya.Untuk kesekian kalinya Krishna bisa melihat tingkah manja putrinya itu setelah kejadian beberapa waktu lalu.Nia mengeluarkan semua bar
Uap bakso masih nengepul menandakan betapa panasnya makanan tersebut. Kini Rann dan Samudra tengah duduk di sebuah kedai dengan semangkuk bakso yang membuat perut tambah konser."Gue kira, lo anak kafean atau restoran mahal," ujar Samudra yang masih mengaduk baksonya, menunggu sedikit lebih dingin agar bisa di makan."Enak aja, emang tampang gue anak orang kaya yang kayak gitu apa?" elak Rann tak terima. Rann menatap tajam ke arah Samudra."Ya, kan. Gue cuma mengira," ujar Samudra lagi."Kelihatan, ya?" Rann refleks menegakan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya pada Samudra.Samudra sedikit terkejut dengan kelakuan cewek di depannya. Cewek yang waktu pertama bertemu terlihat begitu dingin, cuek. Tapi kini dengan cepat keduanya akrab.Dalam waktu makan siang ini keduanya saling berbincang tentang banyak hal. Mulai dari p
"Hai, Baby." Awan yang baru saja datang, langsung menyapa Mey.Kehadiran Awan tak kalah Mengejutkan dari Rann dan Samudra, di tambah lagi dengan seseorang di belakangnya."Eh, sayang ... tumben banget kamu nyamperin aku disini? " ujar Mey seraya meraih tangan Awan agar duduk. Mey merasa ada yang aneh pada pacarnya itu.Bagaimana tidak, karena selama setahun pacaran, Awan sangat sulit untuk di ajak ke kantin.Ada saja ribuan alasan untuk menolak, terutama dengan banyaknya pandang mata yang menatapnya risih.Tapi jangan salah, karena setelah penolakan itu, Awan akan menggantinya dengan kencan romantis."Lo bawa siapa, Wan?" tanya Anna yang merasa tak asing dengan orang di belakang Awan."Sohib," jawab Awan singkat tanpa berniat memperpanjang."Beb, kemarin malam kamu di telpon ngomong apa sih
Pagi ini Rann bangun seperti biasanya, kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah. Karena di hari senin dia harus berangkat lebih pagi dari hari biasanya.Rann keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Ada pemandangan berbeda pagi ini. David sudah siap menyantap makanannya dengan pakaian yang sudah rapi."Tumben banget, Kakak udah rapi sepagi ini? Biasanya juga, Issabell yang tarik Kakak dari kamar, kalau hari senin," ucap Rann heran dengan penampilan David."Ya, kan berubah dong, Bell," jawab David tak mau kalah."Ah, paling kebetulan aja, tadi ba'da subuh gak tidur lagi," elak Rann, seraya mendudukkan dirinya."Tau aja, Bell, jangan buka kartu dong." David hanya cengengesan menanggapi tuduhan sepupunya itu.Keduanya menikmati sarapan dengan lahap kemudian bersiap
David terbangun dari mimpi indahnya setelah bunyi nyaring alarmnya mengejutkannya. Waktu menunjukan pukul 04.05 WIB. David bergegas mengambil air wudhu kemudian mendirikan sholat tahajud.Malam ini terasa begitu cepat karena dia baru menyelesaikan tugasnya tepat pukul 00.05 WIB.Dibantu dengan Dafa dan Dimas yang menginap di sana, dengan maksud awal untuk menemaninya dan Rann. Karena ini adalah malam kedua mereka bermalam di rumah baru. Apalagi, kini mereka hanya tinggal berdua.David beranjak dari mihrabnya, bergerak menuju kamar Rann. Perlahan, tangannya mulai membuka pintu dan berhasil menampakan seorang gadis cantik dengan balutan kain putih panjang yang menambah keanggunannya.Gadis itu mengembangkan sudut bibirnya saat melihat David di ambang pintu."Kakak kira, belum bangun, Bell," ucap David padanya.David tau, tadi malam R
Benar, hidup memang akan selalu beriringan dengan kejujuran dan tantangan. Nayla kharisma. _______________ Viona mulai memutar botol kembali, kini botol itu berhenti tepat di depan Tiara. "Turut or dare?" dengan cepat pula Viona bertanya. "Dare deh," jawab Tiara ragu. "Suapin kak David satu potong martabak." Ucapan Rann sukses mengejutkan semua yang ada. Tak ada yang menyangka kegilaan yang dilakukan Rann. "Gila lo! Mau bunuh gue lo!" Bantah Tiara. "Eits ...bitu dare buat lo," timpal Anna tersenyum smirk. "Ayolah Tiara," lirih Alika dengan senyum simpulnya. "Ok, fine!" Tiara pasrah dan mulai beranjak untuk mendatangi kamar David. Tiara berjalan pelan dan sesekali menengok ke belakang.