Share

Bab 7 Rey

Pagi ini dimulai dengan pelajaran olahraga. Semua siswa berkumpul di lapangan. Dibawah terik matahari pagi yang cukup baik untuk kesehatan.

"Ayo barisnya yang rapi, kalian sudah SMA masa urusan baris berbaris saja kalah sama anak SD," Ujar pak Budi guru olahraga, saat melihat barisan kami yang belum rapi dan masih ada anak cewek yang asyik mengobrol sendiri.

Pelajaran dimulai dengan pemanasan di lanjut dengan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali. Dan itupun harus dengan benar-benar berlari. Bagi yang berjalan santai atau memotong jalur untuk memperpendek jarak maka akan ditambah 5 putaran lagi.

Pak Budi termasuk salah satu predator di SMA ini. Ooops ... Hehehe ...

ya, badannya kekar, dadanya bidang, dan tubuhnya bugar, suaranya lantang, dan setiap tindakannya selalu tegas, tak jarang para perusuh sekolah jadi sasaran ketegasan pak Budi. Tapi, beliau orang yang paling depan dalam berpartisipasi dalam setiap kegiatan sekolah, terutama dalam prestasi.

Pelajaran selesai, anak-anak beristirahat sebelum nantinya kembali berganti seragam putih abu-abu. Rann duduk di tepi lapangan melepas lelah setelah berolahraga, ditemani Alika. Sementara Tiara pergi ke kantin membeli minuman.

"Capek ya? Ini minum." Tiba-tiba seseorang memberikan sebotol air mineral dingin pada Rann.

"Rey ...." Rann yang terkejut langsung menoleh disusul Alika yang juga terkejut dengan kehadiran Rey.

"Kak Rey, Kok ada disini?" Alika heran dengan keberadaan seniornya itu.

"Iya kok Lo ada disini, bukannya ini masih jam Pelajaran ?" Rannpun sama halnya dengan Alika.

"tadinya saya mau ke kelas, terus lihat kamu kayaknya capek banget, jadi saya mampir ke kantin dulu, lalu kemari," jelas Rey.

"Alika, maaf saya cuma bawa satu botol minum," ucap Rey saat menyadari kalau selain Rann masih ada temannya yang lain juga ada disana.

"Gak papa kok kak, lagian Tiara juga lagi beli minum," jelas Alika yang tak mau membuat Rey merasa tidak enak.

Rey tersenyum kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan dua gadis itu yang masih duduk kelelahan di tepi lapangan. Rey melambaikan tangan dan berlalu.

"Rann, kayaknya suka tu si kakel sama lo," ledek Alika yang melihat sahabatnya itu masih memandangi punggung Rey hingga tak terlihat lagi.

"Sorry guys, gue telat," ucap Tiara dengan nafas tersengal.

"Gak juga, nih kita udah minum duluan," ucap Rann seraya menunjukkan botol air mineral pemberian Rey.

"Wahhh curang nih, gue capek-capek dari kantin berlari kesini, sampai-sampai gue sendiri belum minum, tapi lo berdua disini udah maen minum aja." Tiara mendengus kesal karena merasa dikerjai sahabatnya.

"Tapi, btw ini dari siapa?" Tiara mengambil botol air itu tangan Rann.

"Dari Rey," ucap Alika sekenanya.

"Rey ...?" Tiara terbelalak dan menyebutkan minumnya. Beruntung, Tiara tak menyembur wajah tanpa dosa kedua sahabatnya.

"Udahlah, lebih baik kita ganti baju, nanti ngobrolnya dilanjutkan dikantin saat istirahat." Rann berdiri lalu melangkah meninggalkan lapangan. Diikuti 2 sahabatnya yang berlari di belakangnya.

***** 

"Pak Budi, tegas boleh. Tapi jangan terlalu tegas dong ... Ish!" Tiara mendengus kesal.

Tiara masih memijat kakinya yang terasa pegal karena lari mengelilingi lapangan. Apalagi Tiara mendapat tambahan 5 putaran karena dia berjalan terlalu santai dan bukan berlari kencang.

"Kenapa lo Tia? Kayak emak-emak aja pijat kaki," ledek Mey saat tiba di kantin. 

"Iya, lo gak menempatkan, inikan tempat umum," sambung Anna yang melihat Tiara sedang duduk memanjangkan kaki diatas 3 kursi yang di jejer.

Tiara langsung menurunkan kakinya dari kursi saat geng perusuh datang dan menertawakannya. Sungguh malu Tiara yang terlihat seperti emak-emak kecapean. 

Geng perusuh itu bukan hanya dari kelas X atau XI saja tapi juga anak kelas XII yang sudah tinggal menunggu kelulusan saja masih terdaftar disana. Tempat mereka ada dipojok kantin dan biasanya duduk melingkar menyatukan beberapa meja. Kerja mereka selain jadi biang rusuh di kelas masing-masing, meminta uang jajan para si cupu sekolah juga jadi buronan para guru.

Hampir semua guru se-SMA ini pernah berhadapan dengan mereka semua.

Terutama Elang dan Ivan sang penerus.

Pembicaraan dikantin berakhir saat bel berbunyi. Dan dengan cepat semua anak yang ada di kantin bergegas ke kelas. Begitu juga dengan Rann dan kawan-kawannya yang berlari pergi dari kantin.

"Saf, cepetan!!" ucap Viona saat beranjak dari kursinya dan melihat sahabatnya masih menyeruput jusnya. Dan secepat kilat pula Safna berlari mengejar yang lainnya.

"Huh, hampir saja telat, mana gurunya monster lagi." Tiara mendengus.

Sesaat setelah memasuki kelas. Dengan nafas yang masih tak terkendali mereka duduk dengan rapi, seakan-akan kumpulan anak rajin yang selalu on time. Maklumlah, pelajaran matematika gurunya always on time.

Pelajaran berakhir, semua anak bersorak sesaat setelah guru keluar kelas. Kelas yang tadinya hening hanya terdengar suara guru menerangkan yang membuat mata berat untuk terbuka dan ingin rasanya terpejam, kini jadi gaduh seperti kapal pecah. Ditambah lagi dengan jam pelajaran yang kosong.

"Rajin banget sih lo, baca buku apa sih?" tanya Khan saat menghampiri Rann yang terlihat begitu serius dengan bukunya.

"Gak. Bukan buku apa-apa kok Khan." Rann menutup bukunya dan meletakkannya kembali ke tas.

Dia tidak ingin Khan tau kebiasaannya membaca buku-buku sejarah. Karena baginya itu hanya sekedar hobi. Ya, sekedar hobi belaka yang tak perlu diketahui orang banyak.

"Oh ya Khan,ada apa??" Rann berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gak, gue cuma mau ajak lo sama Tiara ke ruang musik, mumpung ada jamkos jadi kita bisa latihan lebih cepat dan pulangnya juga lebih cepat."

"Ok, tapi, Rey-nya gimana ...?"

"Tenang saja, kan bisa sama yang lain."

Rann mengangguk dan bergegas bersama ke ruang musik, bergabung dengan yang lainnya di sana.

Ketiganya sudah cukup lama berada di ruang musik dan memainkan beberapa tangga nada. Ruangan sudah mulai ramai karena mulai banyak anak yang berdatangan. Ditengah keasyikan mereka, tiba-tiba Rey datang dan memecahkan candaan mereka.

"Rey," ucap Rann saat melihat Rey mendekat.

"Bell, kalian? oh ya Bell, sorry ya hari ini saya ada rapat OSIS, jadi gak bisa kemari untuk berlatih. Saya kesini cuma untuk memberi tau itu takutnya nanti kamu nyariin," jelas Rey dan Rann hanya mengangguk dan tersenyum.

Sesaat kemudian Rey pergi meninggalkan ruang musik dan pergi ke ruang OSIS. Sedangkan dari kelas Rann, ada Alika dan Verdi yang bergabung dengan organisasi OSIS.

"Guys, gue pulang duluan ya," ucap Rann sembari beranjak dari kursinya dan mengambil tasnya.

Rann teringat kalau hari ini Ayahnya baru saja pulang dari luar kota. Setelah satu Minggu bertugas. Katanya sih urusan bisnis.

"Tapi Rann, gue-" Belum selesai Tiara berucap, Rann lebih dulu memotong ucapannya.

"Udah, tenang aja Tia, gue bisa pulang sendiri kok. Lagian tadi gue udah pesen taxi, udah lanjutin aja," jelas Rann.

"Tapi, hati-hati jangan berduaan nanti yang ketiga setan," ucap Rann saat berlari meninggalkan ruangan.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status