MasukAlih-alih membalas apa yang kedua pemuda katakan, Elliot justru mengabaikan ejekan mereka sepenuhnya.Pria muda yang masih berusia 17 tahun itu malah mulai melemparkan bola-bola kecil miliknya itu dengan cara yang tak pernah terpikirkan oleh semua orang. Dia sungguh-sungguh menggunakan bola-bola kecil yang terbuat dari daun itu sebagai senjata.Bahkan, empat bola kecil yang dia gunakan berhasil mengenai dua bagian tubuh Jimmy dan Leo.“Sial!” umpat Jimmy yang terkena di bagian bibirnya hingga bibirnya berdarah.Selain bibir, jarinya pun juga terkena bola kecil itu hingga dia merasa salah satu jarinya patah.Sedangkan Leo terbelalak lebar saat merasa dagunya seperti patah. Di samping itu, dia pun juga merasakan nyeri di bagian lutut kanannya.“Kau ….” Leo refleks memegang dagu dan juga lututnya sekaligus.Pria muda itu bahkan telah jatuh terduduk di samping Jimmy yang sedang membersihkan bibirnya yang berdarah cukup banyak. Sementara itu, di bagian belakang Elliot, ada Jonas dan Kay
Elliot tidak langsung menjawab tapi malah melihat secara teliti ke arah sekeliling mereka sebelum kemudian berkata, “Ini memang sebuah kota yang dikosongkan.”Jonas langsung menanggapi dengan dahi mengerut, “Sebentar. Aku masih agak bingung.”“Apa yang membuatmu bingung?” Kay yang malah membalas bertanya kepadanya. Jonas melihat kakinya yang diperban oleh Elliot lalu berujar, “Orang-orang yang menyerang kita sebelumnya. Bagaimana bisa mereka mendapatkan pisau?”Jelas sekali luka sabetan di kakinya yang hampir membuatnya putus itu berasal dari pisau.Dia tidak mungkin salah. Pisau itu bukan pisau besar tapi bisa kecil yang digunakan oleh sang penyerang dengan begitu sangat cepat sampai-sampai dia tak sadar kakinya telah dilukai dengan begitu parah.“Bukankah setiap peserta tidak diizinkan membawa senjata? Sedangkan kotak-kotak kita semuanya itu masih bisa disegel dan kuncinya ada di tangan para staf penyelenggara. Lantas, di mana mereka bisa mendapatkan senjata itu?” ucap Jonas sembar
Kharel terdiam sejenak, terlihat menimbang-nimbang perkataan Richard.Tapi, Richard tidak membiarkan pemuda itu berpikir terlalu lama karena didesak oleh waktu.Maka alih-alih memberikan banyak waktu bagi Kharel untuk berpikir, Richard berkata dengan cepat, “Jangan terlalu banyak membuang waktu untuk berpikir!”“Mereka … mungkin sedang menunggu bantuan,” Richard menambahkan.Kharel dengan sangat terpaksa mengangguk lalu menanggapi, “Baiklah. Kalau begitu kuserahkan keselamatan mereka padamu.”Richard membalasnya dengan sebuah anggukan kecil. “Jangan khawatir! Kau … urus mereka yang ada di sini.”Kharel mengangguk sekali lagi dan kemudian dia melihat Richard pergi dari area itu.Begitu Richard De Kruk pergi, Calvin Reid dengan segera berdiri dan berjalan mendekati Kharel, “Ke mana dia pergi?”“Untuk mencari teman-teman kita yang lain,” Kharel menjawab masih tanpa menoleh ke arah Calvin.Niall yang juga mendengarkan percakapan itu pun menanggapi, “Kenapa dia tidak membawa salah satu dar
Bukan First Kiansa yang menanggapi tapi justru Calvin Reid yang pertama kali berbicara, “Apa katamu? Menyerahkan barang-barang yang kami dapatkan kepadamu? Kau pikir kami ini pekerja sosial?”Calvin mendecakkan lidah dengan ekspresi malas.“Aku tidak sedang bicara denganmu, aku sedang berbicara dengan pangeran yang paling dihormati di Kerajaan Kiansa,” kata Kyland masih tersenyum sembari menatap ke arah First. Pemuda itu mengabaikan Calvin sepenuhnya.First Kiansa pun akhirnya menanggapi dengan tatapan dingin, “Kami tidak akan menyerahkan barang-barang kami kepada siapapun.”Senyuman di wajah Kyland pun seketika menghilang. “Yang Mulia, saya sudah meminta semuanya dengan cara yang baik. Jika Anda tetap keras kepala dan tidak mau menyerahkan barang-barang itu, jangan salahkan saya jika saya-”“Kau terlalu banyak bicara!” ucap Kharel yang sudah tidak sabar.Putra Mahkota Kerajaan Ans De Lou itu pun langsung menggunakan papan yang baru saja digunakannya untuk menghalau serangan dari Kyl
Seorang staf penyelenggara laki-laki yang masih begitu sangat muda berkata, “Aduh, itu sungguh tidak diperlukan.”“Hah? Apa maksudmu?” balas temannya dengan alis kiri terangkat.Pemuda itu menyeringai, “Karena sudah pasti tebakan kita akan sama.”Dia lalu mengangkat bahu dan menambahkan, “Paling-paling yang lolos dari fase ini tidak lebih dari 10 orang seperti periode kompetisi yang lalu.”Seorang staf wanita berambut pirang tertawa nyaring, “Kau benar. Periode yang lalu hanya ada 10 peserta yang lolos fase pertama. Dan melihat bagaimana mereka dengan mudahnya terpecah belah, kupikir kali ini bahkan lebih sedikit yang akan lolos.”Staf wanita lain yang sedang membawa daftar peserta pun mendecakkan lidah, “Ah, sungguh sangat disayangkan! Empat kerajaan itu akan kehilangan para putra mahkota mereka.”“Oh, benar. Padahal mereka sangat tampan, terutama Jimmy Sealand,” sahut temannya yang melihat foto Jimmy Sealand di layar monitor.“Hah? Putra Mahkota Kerajaan Sealand yang hanya bisa meng
Tujuh belas peserta yang ditanya oleh Richard De Kruk itu tentu saja mengangguk tanpa ragu. Tidak ada satupun dari mereka yang tampak ingin membantah. Para peserta yang terdiri dari tujuh kerajaan yang berbeda itu rupanya benar-benar sudah menjadi satu suara. Richard De Kruk yang telah memastikan tidak ada yang memprotes peraturan itu pun segera menoleh ke arah Kharel Mackenzie yang terlihat menatap serius ke arahnya. Hanya dalam satu anggukan dari Richard, Kharel mengambil alih untuk berbicara, “Untuk menghindari kecurigaan, kita tidak boleh terlalu mencolok saat saling membantu mendapatkan barang-barang itu.” “Kami mengerti,” kata Kay Viar, salah seorang peserta dari Kerajaan Wilhelm. “Tapi … apa itu artinya kita harus pergi secara terpisah?” Keen Ordanta berkata dengan nada khawatir. Gale More yang memahami kecemasan pria itu pun menanggapi dengan cepat, “Kita tetap pergi secara berkelompok tapi … sepertinya kita harus membagi kelompok kita ke dalam beberapa regu.” Drew Mo







