Share

Bab 284.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-22 11:45:36

"Ahh. Mas Elang. Perjalananmu sungguh menyenangkan. Kau selalu dikelilingi oleh orang-orang baik.

Dan Nanako adalah salah satunya. Sebagai wanita aku bisa merasakan, Nanako sebenarnya sudah jatuh cinta padamu Mas Elang', bisik bathin Nadya.

Nadya merasa agak 'rikuh' sekaligus respek menghadapi kedewasaan sikap Nanako, yang mengakui keunggulan dirinya di hati Elang.

"Entah bagaimana nasibnya kini, Nanako. Aku sangat mencemaskannya. Kau juga pasti mencemaskannya bukan..?" tanya Nadya dengan mata mulai beriak basah, teringat nasib Elang yang lenyap begitu saja.

"Tentu saja aku selalu mencemaskan dia Nadya. Dia adalah pria terbaik yang pernah aku kenal.

Karena dialah 'keluargaku' bisa selamat dari ancaman kemusnahan. Dan karena dialah aku mengenal rasa .....

Ahh, dia memang terlalu baik untuk 'pergi' secepat ini Nadya," dalam hanyutnya Nanako oleh rasa kesedihan. Hampir saja dia 'kelepasan' berkata jujur, soal perasaannya di depan Nadya.

Tentu saja Nadya 'menangkap' kata yang tak j
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 416.

    "Apakah Paman tak mau meminta ganti rugi, atas semua kerusakan ini pada mereka..?" tanya Elang heran. Sementara sang pelayan rumah makan terkesan hanya membiarkan, para pemuda begajulan itu pergi begitu saja. "Mana bisa begitu Tuan Pendekar. Mereka adalah murid-murid dari 'Padepokkan Awan Merah', dari lereng Malika yang terkenal. Kami juga cemas para senior-senior mereka akan datang ke sini tak lama lagi Tuan," sahut sang pemilik rumah makan. Rupanya dia datang menghampiri Elang dan pelayannya diam-diam. "Ohh begitu rupanya. Baiklah, kalau begitu terimalah ini Paman," ucap Elang seraya membuka kantung uangnya, dan memberikan dua keping emas pada pemilik rumah makan itu. "Wahh..! I-ini terlalu banyak Tuan!" seru sang pemilik rumah makan terkejut, melihat dua keping emas di tangannya. "Tak apa Paman. Anggap saja itu uang untuk bayar pesanan saya, dan mengganti kerusakkan di rumah makan ini. Jika lebih, jadikan saja modal untuk memperbesar dan memperlengkap rumah makan ini," ucap

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 415.

    "Hahahaa..! Pesanan yang sesuai dengan umurnya, karena sudah tak memiliki 'bumbu' kehidupan lagi..!" seru seorang pemuda berbaju merah terbahak mengejek sepuh itu. "Hahahaa..!!" dua temannya pun ikut terbahak keras, mendengar ejekkan teman mereka pada si orangtua itu. Namun si orangtua tetap tenang. Dia sama sekali tak menghiraukan ucapan brengsek, dari pemuda berbaju merah itu. 'Dasar para pemuda kurang ajar. !' maki Elang dalam hatinya, seraya terus menikmati pesanannya yang tinggal separuhnya itu. Tak lama masuklah dua wanita cantik ke dalam rumah makan itu. Aroma melati segera menguar di dalam rumah makan itu. Nampak kedua wanita cantik itu langsung duduk, di meja depan rumah makan itu. 'Ahh, kedua wanita semalam', bathin Elang, teringat pada kedua wanita cantik yang baru masuk itu. "Nahh..! Ini baru pemandangan indah..! Semoga harga mereka tak terlalu mahal..! Hahahaa..!" seru seorang, di antara tiga pemuda berbaju merah itu. "Cocok..!" seru kedua temannya. Nampak sekal

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 414.

    "Ahh! Itu pakaian kita!" Seth! Jadalpa berseru melihat pakaiannya teronggok di tepi jalan, dia pun segera melesat menyambar pakaiannya. Seth! Balongga ikut melesat menyusul temannya menyambar pakaiannya. "Larii..! Mereka mau mengamuk!" teriak anak-anak, yang sejak tadi bersorak mengiringi di belakang keduanya. Sontak mereka semua lari tunggang langgang, saat melihat dua serigala polos itu melesat. Balongga dan Jadalpa segera keluar dari desa tersebut, dengan wajah merah padam menahan rasa malu dan juga dendam pada Elang. Ya, setelah sadar. Rupanya mereka kini bisa mengingat kembali sosok Elang, dalam benak mereka. *** Padepokan Awan Merah berdiri megah di lereng bukit Malika, tak jauh dari desa Kemitir. Padepokan ini dipimpin oleh seorang tokoh sepuh bernama Ki Bangun Tapa, yang di dunia persilatan berjuluk 'Pendekar Walet Merah'. Setelah puluhan tahun malang melintang, di dunia persilatan tlatah Palapa. Akhirnya Ki Bangun Tapa pun mendirikan Padepokkan Awan Merah, di leren

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 413.

    Brugh..! Brughh..! Balongga dan Jadalpa yang sedang melesat ke arah Elang, keduanya tiba-tiba saja jatuh deras ke bumi. Golok mereka pun ikut terlepas dari tangan."Auunn..ngg..! ... Auunnkkk..!!"Dan keanehan pun terjadi, keduanya langsung mengaung layaknya serigala kelaparan. "BUKA BAJU KALIAN..! DAN MERANGKAKLAH SAMBIL MERAUNG KE DESA TERDEKAT..!" seru Elang lagi. Spontan mereka berdua langsung membuka baju, hingga tubuh mereka polos sepolos-polosnya. Namun mereka tetap meraung bak serigala. Lalu keduanya pun merangkak, sambil meraung dalam keadaan polos. Beriringan mereka merangkak menuju ke desa terdekat. "Auuunnggg..! ... Auuunnggg..!!" Elang hanya terkekeh dalam hati, melihat hasil perbuatannya pada dua lelaki kasar itu. Kedua begal itu memang lebih mirip begal hutan ketimbang pendekar. "Hahh..!! Hihihiii! ... Hihihii..!" Kedua wanita tersebut awalnya terkaget bukan kepalang, melihat kemampuan Elang. Lalu keduanya tertawa geli tak henti pada akhirnya. Saat melihat dua

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 412.

    Seth..! Seth..!Nampak kelebatan dua sosok bayangan melesat saling berkejaran, menuju ke arah tepi pantai Larungraga. Samar namun jelas, hidung Elang mengendus aroma bunga melati yang menguar, berasal dari salah satu sosok yang tadi berkelebat di bawah pohon. Agak lama Elang tercenung, dia sedang berpikir hendak mengikuti dua sosok itu atau tidak. Sesungguhnya Elang malas, untuk mencampuri urusan kedua sosok yang melesat dibawahnya tadi. Namun entah kenapa, dorongan hati membuat Elang akhirnya beranjak, dari posisinya bersandar di batang pohon itu. Slaph..! Elang pun melesat, menyusul ke arah dua sosok yang berkelebat tadi. Tiba dipinggiran hutan, yang tak jauh dari tepian sungai perbatasan itu. Elang menyaksikan suatu hal yang mengejutkan. Nampak olehnya kini dua sosok wanita muda, yang sedang duduk bersila di tepi pantai dalam keadaan tanpa busana. Posisi wanita yang sama-sama 'polos' itu saling berhadapan, dengan kedua tangan menyilang di depan dada. 'Ahh..! Model apa lagi i

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 411. MENGHUBUNGI PERMADI

    "Aku disini Elang," ucap pelan seseorang, yang terdengar sangat berwibawa. Elang segera menoleh ke arah suara itu, di sebelah kanannya. Dan Elang pun seketika terkesiap. Karena sosok yang dilihatnya adalah seorang yang sudah sepuh, dengan posisi bersila namun melayang diatas tanah. Dan yang lebih membuat sukma Elang tergetar, adalah tatapan sepasang mata lelaki sepuh itu. Tatapan itu begitu teduh, namun terasa menembus tersinari cahaya rembulan. Hal lain yang juga mengagetkan Elang, adalah saat dia melihat sosok itu bagai hilang dan muncul bergantian. Namun sosok sepuh itu tetap diam di tempatnya. Firasatnya langsung mengatakan, jika kemampuan lelaki sepuh itu berada di atas Eyang Guruchakra. "Maaf Eyang Sepuh. Siapakah Eyang sesungguhnya..? Darimana Eyang tahu nama Elang..?" tanya Elang sopan, seraya menundukkan kepala hormat. "Elang, selalu ada tanya yang tak mampu terjawab. Aku hanyalah seorang pinggiran, yang tak berada dikiri ataupun kanan, di depan ataupun di belakang, da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status