Share

Part 22

Dwayne hanya diam saat mendengar teriakan Boz. Ia masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia alami.

Max sendiri melirik jam pada pergelangan tangannya, dan mengangguk, tak lama lagi waktunya kedua anak kecil itu pulang, dan seharusnya ia berada tepat di depan gerbang. Ini adalah kebiasaan saat ia masih hidup sebagai seorang Ernest. Setiap kali menjemput kedua putra putrinya, ia selalu ingin berada di barisan terdepan, dan membuat mereka berpikir kalau ayahnya selalu ada untuk mereka.

Kebiasaan ini tak pernah ditinggalkan oleh Ernest, ia rela menunda meeting, dan mengosongkan agenda di saat jam pulang sekolah kedua anaknya, dan ia sendiri yang menyetir mobilnya. Setelah selesai mereka akan mampir ke Cafe Sera untuk menikmati kudapan.

“Dwyane, apalagi yang kau tunggu. Jangan biarkan ia menuju gerbang sekolah dan membuat martabat kita hancur!” teriak Boz sekali lagi.

Dwayne tak menya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status