Max melihat Vanessa berdiri di dekat kopor-kopornya. Wanita itu terlihat begitu anggun dengan baju terusan yang menunjukkan lekuk tubuh. Penampilannya selalu sama seperti dulu, menawan dan menggoda.
“Max, kau datang tepat waktu!” serunya pada pengawal muda ini.
“Saya Nyonya, apakah Anda membutuhkan sesuatu?” tanya Max sopan.
Ia sudah tahu apa yang akan dilakukan Vanessa kali ini. Mantan istrinya itu tentu saja ingin pergi bersenang-senang. Kopor itu biasa ia gunakan saat hendak memanjakan dirinya ke suatu tempat, dan saat kembali pasti akan bertambah satu kopor lagi.
Sejenak ia membandingkan Vanessa dan Jade, mereka berdua memiliki kepribadian yang sangat berbeda, termasuk dalam membelanjakan uang. Jade lebih memilih untuk membelanjakan sedikit uang untuk kesenangannya. Bagi Jade yang terpenting adalah fungsi dan kenyamanan bukan kemewahan.
“Aku akan
Max memberanikan diri menatap mata indah Vanessa dengan tatapan yang tajam pada Vanessa yang kini berdiri dengan angkuhnya. Tatapan itu berangsur-angsur berubah teduh, dan lambat laun membuat jantung Vanessa kembali berdegup kencang. Wanita ini merasa tatapan Max membuatnya seperti gadis yang bertemu dengan lelaki yang ia puja.Melihat reaksi Vanessa yang seperti ini, Max pun langsung mengambil kesempatan, membuat dirinya sedikit terlena oleh tampilannya. Max mulai mendekatkan wajahnya pada Vanessa seperti hendak mencium Vanessa, dan membuat dadanya semakin berdebar-debar. Bahkan hidung Max hampir saja bersentuhan dengan Vanessa.“A … a,—” Vanessa tak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya, ia seperti sudah terbius oleh Max.“Maaf Nyonya, ada serangga yang hendak mendekati rambut Anda,” kata Max tiba-tiba sambil menangkap sesuatu dari samping telinga Vanessa.Wanita
Restoran antares tampak terang dan mewah di depan, tapi tidak ketika Tuan Ramford mengajak Max ke dalam. Semuanya terlihat sedikit suram, tirai yang menghiasi jendela didominasi warna gelap, sementara pencahayaan didominasi lampu kuning yang redup.Sejak dulu restoran Antares memang didekor seperti ini, entah apa penyebabnya. Yang jelas banyak pertemua rahasia terjadi di tempat ini, entah itu pertemuan pejabat dengan penjahat, atau pasangan yang ingin mencari suasana romantis.Ernest sendiri pernah mengunjungi tempat ini saat ia diundang oleh salah seorang rekan bisnisnya beberapa saat sebelum ia mulai mengkonsimsi arsenik secara rutin dengan terpaksa. Pertemuan yang dilakukan Ernest saat itu bukanlah hal yang terlarang, tapi rekannya memang tidak bisa terlalu banyak mendapatkan sinar matahari. Kulit rekannya akan melepuh ketika terkena sinar matahari langsung.Ernest menawarkan bertemu di malam hari, tapi sayang pria it
Max langsung menatap ke arah Tuan Ramford yang baru saja melayangkan tamparan. Ia sama sekali tak merasakan panas pada kulit pipinya yang halus, alih-alih lelaki kurus itu justru menyunggingkan senyum misterius pada bos nya.“Apa-apaan kau? Baru sekali kuajak bertandang menemui klienku, kau justru membuatku malu!” seru Tuan Ramford yang merasa sangat tidak enak dengan Tuan Wolfgang.Tampaknya kekasih Vanesssa ini tengah berusaha keras untuk memberikan kesan pada rekan bisnisnya sekarang. Sepertinya ada sebuah proyek bernilai besar yang harus ia dapatkan dari kliennya kali ini.Entah transaksi apa yang tengah mereka bicarakan, mungkin transaksi wanita di bawah umur atau bisa jadi obat-obatan terlarang. Max tak tahu akan hal itu, dan tak berusaha untuk mencari tahu. Pikir Max ini bukan sesuatu yang harus diurus olehnya, dan tak ada keuntungan yang akan didapat jika mengurus hal ini.Max lal
Brak!Pria bertubuh pendek nan tambun itu langsung menggebrak meja begitu melihat anak buah rekan bisnisnya yang kurang ajar.“Kurang ajar kau! Berani benar mengguruiku ha?” maki Tuan Wolfgang pada Max.Max hanya terkekeh. Ia berdiri sambil melipat kedua tangannya.“Memangnya kenapa? Apa Anda sama sekali tidak berani untuk melakukannya? Atau jangan-jangan Anda mungkin benar-benar mencoba untuk meracuni Tuan Ramford bukan?” seru Max menantang.Semakin lama lelaki muda itu semakin membuat Tuan Wolfgang naik darah. Mata lelaki itu semakin membulat, dan pipinya tampak kembang kempis, persis seperti seekor katak yang tengah menggelembung.“Bedebah!” maki Tuan Wolfgang.Sementara Tuan Ramford sendiri hanya menoleh ke kanan dan kiri. Pria itu tampak kebingungan dalam menentukan sikap, sekaligus ketakutan. Ia t
“Tunggu apalagi! Apa kalian hanya punya satu buah peluru saja. Yang baru saja dilakukan olehnya hanyalah sebuah kebetulan semata, jangan lengah!” perintah Tuan Wolfgang pada anak buahnya.Pria bertubuh pendek ini jelas tak dapat menahan amarahnya kembali. Apa yang baru saja terjadi pada anak buahnya benar-benar menyinggung harga dirinya.Tak pernah ia mengira sebelumnya, kalau pengawal pribadi rekannya mampu membuat suatu gebrakan yang tak disangka-sangka. Apa yang dilakukan oleh Max benar-benar diluar perhitungan mereka.Saat peluru itu dilesatkan dari selongsongnya, dengan cekatan Max langsung mengambil piring dengan satu tangan. Membiarkan timah panas itu menembus piring porselen yang diangkat oleh Max. Semua terjadi dengan begitu cepat, tanpa ada yang menduganya sama sekali.Kembali anak buah Tuan Wolfgang menarik pelatuk revolvernya dan bersiap untuk menembak Max dan juga Tuan Ramfor
Leon Ramford secara tiba-tiba berubah menjadi seorang pria yang bernyali. Padahal beberapa saat sebelumnya pria ini seperti seekor anak kucing yang baru terpisah dari induknya. Ketakutan dan meringkuk seorang diri di pojokan.Max yang masih menggenggam senjata api itu pun mendongakkah kepalanya. Sekejap saja ia melirik ke arah Tuan Ramford sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia tahu kalau bos nya kali ini sangat berhutang budi padanya.“Tuan, apakah Anda ingin saya memecahkan kepala mereka dengan peluru yang telah mereka siapkan?” tanya Max dengan percaya diri.Mendengar ucapan Max, dua pengawal Tuan Wolfgang yang beberapa saat lalu bergetar kakinya karena ketakutan pun akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh kaki Max. Kedua lelaki itu sepertinya ingin meminta ampun pada lelaki kurus itu. Mereka tentu saja tak ingin nyawa mereka harus berakhir di tangan Max yang dinilai berbahaya.
“Aku tak menyangka kau bisa melakukan itu? Bagaiamana kau bisa menebak kalau minuman yang disajikan untukku itu beracun?” tanya Leon Ramford pada Max yang masih berada di depan kemudi.Kejadian hari ini benar-benar membuatnya terkejut. Hubungan baik yang selama ini dibina dengan Tuan Wolfgang harus berakhir oleh keserakahan. Sebenarnya hal seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi dunia hitam yang digelutinya.Hanya ada dua hal yang berlaku dalam dunia hitam. Anda dibunuh atau membunuh. Kali ini Tuan Wolfgang berencana untuk membunuh, tapi sayang rencana busuk itu tercium oleh Max.Max sendiri memang berencana untuk merebut hati Leon Ramford dan membuat pria itu begitu percaya kepadanya.“Bukankah itu sudah menjadi kewajiban saya untuk menjaga keselamatan Anda Tuan?” balas Max yang tetap fokus mengemudi.Leon Ramford tampak mengangguk-angguk mendengar ja
Jade tengah membantu menyiapkan makan malam untuk Olive dan Daniel ketika Max datang ke rumah keluarga McCall. Kedua anak kecil itu sepertinya sudah mulai beradaptasi dengan kehadiran Jade yang berperan sebagai pengasuh mereka sementara.Saat itulah Daniel menoleh dan mendapati dirinya melangkah ke arah ruang makan. Entah apa yang membuat anak lelaki kecil itu, ia langsung berlari menuju Max dan melompat ke dalam pelukan pengawal kurus itu.“Paman Max!” panggilnya seolah enggan lepas dari pelukan pengawal baru itu.Max yang sebenarnya adalah Ernest tentu saja tak mampu menyembunyikan nalurinya sebagai orang tua. Ia begitu merindukan sosok kedua anak itu, dan ia menggendong Daniel lalu memutar tubuhnya seperti yang selalu dilakukannya setiap pulang kerja.Daniel yang telah lama tak mendapatkan kasih sayang orang tua secara utuh pun sangat bahagia mendapatkan perlakukan seperti itu.