Share

Murid baru

“Rindu, nanti sepulang sekolah main ke rumah aku yuk! Aku punya kabar gembira buat kalian berdua,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.

“Memangnya gak bisa dibicarakan di sini, sehingga kami harus datang ke rumahmu?” balas Bulan pada Bintang.

Rindu tak berkomentar apa pun, ia hanya mengganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan sahabatnya itu. Baginya kedua sahabatnya adalah tempat mengadu paling nyaman ketika dia ada masalah. Akan tetapi kali ini gadis cantik itu enggan untuk menceritakan apa yang sedang ia rasa.

Hiruk-pikuk di dalam kelas seketika berubah menjadi hening dengan kedatangan guru yang akan mengajar di dalam kelas itu dan diikuti oleh seorang murid lelaki yang baru saja datang ke sana.

“Pagi, semuanya! Ibu harap kalian dalam keadaan sehat dan selalu bahagia. Hari ini ibu membawa seorang teman baru untuk kalian semua, tolong perkenalkan dirimu, Nak!” ujar guru itu pada murid lelaki yang ia bawa.

“Perkenalkan nama saya Devan Reinaldi, kalian bisa panggil saya Devan. Sekian terima kasih,” ucap lelaki itu singkat di depan kelas.

“Baik, Devan. Sekarang kamu bisa duduk di dekat Rindu, karena hanya itu bangku kosong untuk saat ini,” ujar guru itu pada Devan.

Devan melangkah menuju tempat duduknya yang berada di dekat Rindu. Semua murid perempuan yang ada di dalam kelas, tidak sedetik pun matanya berkedip karena terpesona oleh ketampanan dari murid baru itu. Dengan berbagai komentar yang mereka lontarkan, tetapi Devan tidak menghiraukan hal tersebut karena itu sudah biasa baginya.

Lelaki tampan itu langsung duduk di dekat Rindu. Gadis cantik itu tidak menoleh padanya dan asyik dengan kesibukannya sendiri. Rindu juga merasa tidak perlu tahu banyak tentang lelaki yang duduk di sampingnya, karena ia bukan wanita yang terlalu urus terhadap kehidupan orang lain.

Bulan dan Bintang yang duduk di depan Rindu, seketika berbalik ke belakang untuk berkenalan langsung dengan Devan. Mereka berdua hanya ingin menambah teman, dan sangat beruntung jika memiliki teman lelaki yang tampan.

“Hai, Devan! Aku Bintang, senang kenalan sama kamu. Nanti kita makan bersama pas istirahat ya!” sapa Bintang pada lelaki tampan itu.

“Aku juga mau kenalan, dong! Panggil saja aku Bulan, semoga kita menjadi teman yang baik ya!” timpal Bulan.

“Seperti yang kalian dengar, aku tadi sudah memberitahu namaku. Jadi aku tidak ingin mengulang lagi,” tukas Devan sembari menutup wajahnya dengan buku yang ada di atas meja.

“Kasar banget sih! mentang-mentang murid baru, seharusnyakan dia lebih sopan agar mendapat banyak teman,” lirih Rindu yang sedang sibuk dengan buku yang ada di tangannya.

Pelajaran dimulai dan berlangsung dengan begitu tenang. Semua siswa dan siswi mengikuti proses belajar dengan sangat baik, karena sebentar lagi mereka akan ujian akhir yang akan menentukan kelulusan. Sehingga seluruh siswa dan siswi harus bekerja keras dalam belajar agar mendapat nilai yang memuaskan.

Bel berbunyi tanda waktu istirahat telah tiba. Seluruh siswa dan siswi berhamburan keluar kelas, menuju kantin yang sebentar lagi akan penuh, sehingga tidak ada tempat bagi mereka yang terlambat. Rindu dan kedua sahabatnya beranjak dari tempat duduk dan keluar dari kelas. Sementara Devan masih menikmati tidurnya yang sangat lelap, sehingga tiga gadis cantik itu enggan untuk membangunkannya.

“Rindu, ngomong-ngomong murid baru itu berasal dari mana sih? penampilannya keren benget kaya orang luar negeri gitu,” ujar Bulan pada sahabatnya.

“Mana aku tau, Bulan. Aku kan gak terlalu urus dengan kehidupannya, siapa bapaknya aku juga gak mau tau,” balas Rindu dengan sopan pada Bulan.

“Udah lah, nggak usah dipikirin. Lagian murid baru itu terlihat sedikit sombong dan dingin, males temenan sama dia,” timpal Bintang pada kedua sahabatnya.

Tiga gadis cantik itu menuju kantin yang hampir penuh dengan siswa dan siswi yang ada dalam sekolah itu. Rindu menuntun kedua sahabatnya unttuk duduk di tempat biasa yang mereka punya sejak lama, sehingga tidak seorang pun yang berani untuk mengambil tempat itu.

“Hai, nona cantik! Hari ini kalian mau pesan apa? saya siap melayani dengan penuh semangat!” ujar pelayan kantin kepada mereka bertiga.

“Kami pesan yang biasa aja, Kak. Soalnya cuaca agak mendung juga, jadikan enak kalau makan yang panas-panas kayak mie rebus gitu,” ujar Bulan pada pelayan itu.

“Oke, kak Tiamu ini telah menerima pesanan dari nona cantik seperti kalian, mohon di tunggu ya!” balas pelayan itu yang bernama Tia.

Rindu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tia yang membuat mereka spesial di antara para pengunjung. Tentu saja hal itu Tia lakukan, pasalanya Rindu dan kedua sahabatnya adalah pelanggan tetap di sana sejak kantin di dirikan pertama kali.

Tak lama kemudian, makanan mereka datang. Dengan sopan dan ramah Tia menghidangkan makanan itu, setelah selesai pelayan cantik itu bergegas menuju meja lain.

“Katanya mau makan bareng, taunya pergi sendiri!” tegur seseorang yang baru datang di meja Rindu dan kedua sahabatnya.

Bintang seketika menghentikan kegiatan makannya dan menoleh ke sumber suara. Matanya membulat melihat kehadiran Devan yang tidak disangka-sangka. Sedangkan Rindu dan Bulan tidak terpengaruh dengan kedatangan murid baru itu, mereka tetap saja melanjutkan makan siangnya.

“Maaf, Devan. Aku takut bangunin kamu tadi di kelas, soalnya kamu tidur nyenyak banget!” lirih Bintang pada lelaki tampan itu.

“Nggak apa-apa. Lain kali kamu boleh kok bangunin aku, aku menunggunya,” ujar Devan mengelus rambut Bintang dengan lembut.

Lelaki tampan itu pun pergi setelah membuat wajah Bintang merah merona. Seakan gadis cantik itu menemukan seseorang yang selama ini ia cari, tak ingin membuat sahabatnya terlena Rindu menampar wajah Bintang dengan lembut.

“Bintang, mie kamu udah kembang tuh! Makanya jangan mengkhayal mulu, itu cuma imajinasi semata,” ucap Rindu.

“Nggak apa-apa kalau itu hanya imajinasi, yang penting aku bahagia. Kalian gak lihat, sikapnya yang lembut dan wajahnya yang begitu bersinar. Membuat aku ingin jatuh saja dari langit untuk mengejar dirinya,” balas Bintang dengan sedikit puitis.

Tiga gadis cantik itu selesai dengan kegiatan makan siangnya. Mereka kembali ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

***

Di sebuah universitas terkenal di kota itu, seorang mahasiswi sedang mengikuti perkuliahan dengan sangat tenang di dalam kelasnya. Ia sangat antusias mendengar setiap penjelasan dosen yang memberi beberapa ilmu yang bermanfaat baginya.

“Rinjani, nanti kamu pulang sama siapa?” tanya seorang lelaki yang ada di samping Rinjani.

“Aku pulang sendiri aja, memangnya kenapa? Kamu mau bareng sama aku? terus terang aja langsung aku tolak,” balas Rinjani tegas pada lelaki itu.

Lelaki yang ada di samping Rinjani, menundukkan wajahnya. Ia merasa sedikit kecewa atas penolakan gadis cantik itu, sehingga ia tidak berani berkomentar lagi.

Waktu istirahat telah tiba, Rinjani melangkah keluar dari kelasnya menuju kantin yang biasa ia kunjungi. Gadis cantik itu sudah terbiasa sendiri karena sikapnya yang dingin dan sedikit cuek. Sehingga setiap mahasiswa dan mahasiswi yang ingin mendekatinya berpikir lebih dulu.

“Heh! Anak janda. Masih gak malu kuliah disini, kamu sama aja sama wanita itu, gak tau malu,” ketus seorang mahasiswi pada Rinjani.

“Maaf, nona Clara yang cantik membahana! Tapi anda tidak punya hak untuk mengurusi hidup saya,” balas Rinjani dengan sopan.

Rinjani memang terkenal dingin dan cuek, tetapi ia tidak pernah mau melakukan kesalahan sekecil apa pun di kampus yang dapat mempengaruhi nilainya. Mahasiswi cantik itu lebih memilih diam ketikah hanya mulut orang lain yang berujar pada dirinya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status