Beranda / Romansa / Sang Penggoda / Perkenalan Diri

Share

Sang Penggoda
Sang Penggoda
Penulis: Ayunda1903

Perkenalan Diri

Penulis: Ayunda1903
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-01 18:10:45

Rindu adalah seorang wanita berumur sembilan belas tahun dan berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas. Ia merupakan putri kedua dari orangtua yang bernama Linda dan Jordi. Gadis cantik ini memiliki seorang kakak yang bernama Rinjani, yang menempuh pendidikan di salah satu universitas yang ada di kota tempat ia tinggal.

Memiliki keluarga yang masih utuh bukanlah suatu kebahagiaan untuk Rindu. Percuma saja ia memiliki keluarga yang utuh, tetapi tidak pernah merasakan ketenangan di dalamnya. Kedua orang tua yang sangat ia cintai tidak jarang bertengkar di depannya, karena masalah sepele. Masalah ekonomi merupakan hal yang paling mendasar dalam keluarganya, dan di tambah dengan masalah-masalah lainnya.

Dalam pertengkaran kedua orangtuanya, seringkali seluruh barang yang ada dalm rumah itu berhamburan entah ke mana. Rindu sendiri selalu menutup diri dan berusaha tidak ikut campur dalam urusan kedua orangtuanya, ia selalu memilih pergi ketika hal itu terjadi.

Bahtera rumah tangga yang Linda dan Jordi jalani tidak mengalami perkembangan yang baik, sehingga ayah dari Rindu dan Rinjani memutuskan pergi begitu saja tanpa memastikan status istrinya terlbih dahulu. Sejak kepergian suaminya, Linda harus banting tulang untuk mencari nafkah agar kedua putrinya tetap hidup dan tidak memiliki kekurangan apa pun.

Pagi yang indah untuk jiwa yang sepi, begitulah yang Rindu rasakan ketika keluarganya berkumpul untuk sarapan pagi tanpa seorang ayah yang biasanya duduk bersama dengannya. Hidangan yang ada di atas meja hanya di pandangi begitu saja tanpa tersentuh, Rindu masih enggan untuk mengambil makanan yang ada di sana.

“Rindu, kamu kenapa, Nak? Kok makannya gak di sentuh, malah dibiarin gitu aja?” ucap bu Linda pada putri bungsunya.

“Aku gak nafsu makan, Bu. Rasanya perutku kenyang gitu aja, lebih baik aku berangkat ke sekolah aja deh!” balas Rindu pada ibunya.

“Rindu! Kamu gak boleh bersikap begitu, setidaknya sedikit saja makanan itu masukkan ke dalam mulutmu,” bentak Rinjani pada adiknya.

Rinjani memang terkesan kasar dan memilki sikap tidak perduli pada keluarganya, akan tetapi itu sebelum kepergian sang ayah dari rumah. Ketika keluarganya masih utuh walaupun sering kali tidak damai, ia adalah sosok wanita yang riang serta baik hati pada siapa pun. Namun, saat ini ia sudah berubah menjadi sedikit kasar.

“Kakak kok maksa sih! aku kan udah bilang kalau aku gak lapar, kalau kamu mau makan aja sana!” ketus Rindu seraya keluar dari rumah meninggalkan  kedua wanita yang masih menikmati makanan yang tersedia.

Rinjani menghentakkan tangannya di atas meja, sehingga piring yang ada di dekatnya langsung terjatuh ke lantai, kemudian gadis cantik itu meraih tasnya dan menyusul langkah Rindu. Setelah kepergian Rindu dan Rinjani, Linda membereskan sisa makanan yang ada di atas meja makan dan membersihkan seluruh peralatan makan yang ada di sana.

Tanpa ia sadari, buliran hangat jatuh menetes dari matanya yang indah membasahi wajahnya yang masih terlihat cantik dan segar. Sebagai seorang ibu, ia sangat bersedih hati ketika kedua putrinya tidak akur dan saling membenci satu sama lain, akan tetapi ia tidak ingin ikut campur terlalu jauh pada hubungan Rindu dan Rinjani. Karena ia harus fokus mencari biaya untuk menunjang kehidupan kedua putrinya.

Dua bulan sudah Jordi menghilang tanpa kabar dan menggantung status Linda sebagai istri. Wanita paruh baya itu sedikit pun tidak mempermasalahkan jika ayah dari kedua putrinya harus pergi, tetapi setidaknya Jordi memberikan suatu kepastian kepada dirinya.

setelah selesai membersihkan seluruh bagian dari rumahnya yang terlihat begitu sederhana, Linda memutuskan untuk keluar rumah. Sebagaimanan biasanya, wanita paruh baya itu selalu memoleskan make up pada wajahnya agar terlihat lebih cantik dan rapi dan tidak memiliki maksud lain.

Linda berjalan dengan langkahnya yang sangat anggun dan terlihat sangat menawan, sehingga para lelaki yang melihatnya akan langsung tergoda, barangkali yang baru pertama bertemu dengannya akan berpikir jika dirinya masih seorang gadis.

“Pagi, semua! Kalian hari ini pada belanja apa?” sapa Linda pada ibu-ibu yang sedang berkumpul di tempat penjual dagang harian yang selalu nongkrong di lingkungan itu setiap paginya.

“Biasa, bu Linda. Cuma bahan masakan aja, soalnya suami mepet banget buat makan. Jadi harus belanja di sini dulu,” balas salah satu ibu yang ada di sana.

“Linda, kok kamu dandanan kayak gini sih? suami kamu kan lagi kerja, kamu mau memnggoda laki-laki lain?” timpal ibu yang lainnya pada Linda.

“Aduh! saya kan selalu berdandan seperti ini, Bu. Sekali pun suami saya ada atau tidak di sini, lagian saya tidak akan menggoda laki-laki yang lain kok,” ujar Linda sambil tersenyum pada ibu itu.

Percakapan di antara mereka terus berlanjut dengan berbagai topik, maklum sajalah karena yang sedang berbincang adalah para wanita-wanita rempong yang selalu saja ingin tahu urusan orang lain tanpa memperhatikan urusannya sendiri.

***

Di sebuah halte, Rindu sedang menunggu bus untuk mengantarnya ke sekolah. Ia sudah biasa dengan hal itu, dan tetap semangat dalam menimba ilmu yang akan bermanfaat bagi dirinya kelak. Tidak lama kemudian, Rinjani berdiri di sampingnya dan menatap tajam pada gadis cantik itu.

“Rindu, kamu punya masalah apa sih, sehingga gak mau sarapan segala?” tanya Rinjani pada adiknya.

“Aku gak punya masalah apa-apa, Kak. Kenapa harus di permasalahin sih?” gerutu gadis cantik itu pada kakaknya.

“Kalau gak punya masalah, seharusnya kamu hargai usaha ibu yang sudah bersusah payah biayain kita. Jangan kayak anak kecil dong!” ucap Rinjani dengan nada tinggi.

Rindu hanya terdiam dan enggan untuk berkomentar, ia tidak ingin menyulut amarah sang kakak yang sangat susah untuk dikendalikan. Gadis cantik itu memlih masuk ke dalam bus yang berhenti di depannya tanpa pamit terlebih dahulu kepada kakaknya.

Rinjani tidak begitu perduli apa yang dilakukan adiknya, ia hanya sedikit kesal dengan sikap Rindu yang tidak ingin sarapan. Wanita cantik ini memang sangat suka mempermasalahkan hal-hal kecil, terutama yang mengusik hati dan pikirannya. Sehingga ia rela menjumpai Rindu terlebih dahulu untuk mengeluarkan kekesalan dalam dirinya.

Di dalam bus yang di tumpangi Rindu, gadis cantik itu sedang mengusap air mata yang membasahi wajahnya. Ada sesuatu yang sakit di dalam sana dan menyebabkan dadanya terasa sesak, ucapan yang di lontarkan oleh Rinjani padanya bagai sembilu berbisa bagi gadis cantik itu. Tidak biasanya sang kakak mengatakan hal itu padanya, sekalipun mereka bertengkar hebat.

Rindu beranjak dari tempat duduknya, ketika bus telah sampai di sekolah. Gadis cantik itu segera keluar dan masuk ke dalam lingkungan sekolah. Ia segera berlari menuju kelasnya agar tidak terlambat untuk masuk, dan terhindar dari hukuman.

Di dalam kelas, Rindu di sambut oleh kedua sahabatnya yang bernama Bulan dan Bintang. Nama mereka memang familiar, seperti dua anak kembar. Akan tetapi kenyataannya mereka tidak kembar, hanya kebetulan saja nama mereka begitu.

“Rindu, ada apa dengan matamu? Kok merah gitu?” tanya Bulan pada Rindu.

“Aku tidak apa-apa, Lan. Tadi aku kelilipan yang membuat mataku merah begini,” ucap Rindu memberi alasan yang masuk akal pada sahabatnya.

Sekilas mengenai persahabatan mereka akan sedikit dijelaskan. Tiga gadis cantik itu sudah saling mengenal sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama, lalu mereka memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang sama pula, alasannya agar mereka tidak pernah terpisahkan.

Selain itu, orangtua dari tiga gadis cantik itu saling mengenal. Jarak rumah mereka juga tidak terlalu jauh, sehingga mereka dapat saling berkunjung satu sama lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Penggoda   Kehangatan keluarga

    Rindu dan kedua sahabatnya mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka juga terlihat aktif di dalam kelas, sehingga guru senang masuk di dalam kelas itu. Waktu terus saja berjalan sehingga masa sekolah hari ini selesai. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari sekolah, mereka berdiri di depan bangunan itu untuk menunggu bus yang akan mengantar mereka pada rumah masing-masing.“Aku pulang sama kalian aja ya! soalnya mama aku ada halangan,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Boleh, asal jangan ngeluh aja dengan suasana dalam bus. Kadang sempit, bising, dan segala macamlah,” balas Bulan pada sahabatnya.“Udah biasa kali! Hal itu gak masalah bagiku, yang penting aku hadapinnya sama kalian,” Bintang tersenyum manis pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus. Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam bus dan duduk berdekatan. Mereka asyik memandangi beberapa pasangan muda yang saling ber

  • Sang Penggoda   Back to Home

    Linda masih asyik dengan permainan yang ia buat sendiri, sehingga membuat Prasetyo kewalahan dan menginginkan hal lebih. Akan tetapi, ia tidak mungkin melanjutkan hal itu karena mereka akan pulang ke rumah masing-masing.Wanita paruh baya itu menyelesaikan kegiatannya lebih kurang setengah jam. Ia tersenyum manis pada Prasetyo yang terlihat lesu karena baru saja mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya lega. Lelaki itu menciun kening Linda dengan penuh kasih sayang, seolah ia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah beberapa hari masuk ke dalam hidupnya.“Sayang, apa kamu mau menikah denganku?” tanya Prasetyo setelah melepas kecupannya.“Itu gak mungkin, Mas. Kamu sudah punya keluarga dan aku tidak ingin menjadi nenalu dalam keluargamu,” tolak Linda secara halus.“Tapi aku gak bahagia hidup sama dia, Sayang. Aku ingin bahagia bersamamu,” ujar Prasetyo memohon pada Linda.Prasetyo memeluk wanita itu dan menyandar

  • Sang Penggoda   Menunggu penjelasan dari Bulan

    Bulan selesai membersihkan dirinya dan menatap sendu pada Rindu serta Bintang. Gadis itu masih diam dan enggan untuk membuka mulutnya, sebagai seorang sahabat Rindu dan Bintang juga tidak terlalu ingin tahu apa yang terjadi pada Bulan, biarlah gadis itu yang mengatakannya.“Ayo pergi dari sini! kita mungkin akan dapat hukuman jika terlalu lama meninggalkan kelas,” ajak Rindu pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu keluar dari toilet menuju kelasnya. Di dalam kelas, telah berdiri seorang guru muda dan guru wanita tengah berbincang serius mengenai permasalahan yang Bulan alami. Rindu memutar malas matanya, ia sangat tidak suka jika kejadian ini diperpanjang.“Kalian bertiga! Ikut saya ke kantor, ada sesuatu yang harus kita bahas,” ucap Deren pada Rindu dan kedua sahabatnya.Rindu dan kedua sahabatnya hanya menunduk dan mengikuti langkah Deren menuju kantor guru. Rindu masuk pertama kali dan duduk dengan baik di atas sofa yang te

  • Sang Penggoda   Kejadian tak terduga

    “Sayang, ayo kita tidur! Karena besok kita akan pulang,” ajak Prasetyo pada Linda.Wanita paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya dan menggandeng tangan Prasetyo dengan mesra. Linda bergelayut manja pada lelaki itu seperti istri sah dari pemilik perusahaan terbesar seasia.“Apa yang harus kita lakukan, Tina? Apakah kita juga akan tidur?” tanya Jaya pada Tina.“Aku sih terserah kamu aja, Mas. Kalau mau tidur juga gak apa-apa,” jawab Tina tanpa masalah.Jaya dan Tina melangkah menuju kamarnya, mereka berdua masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu luas dan sangat nyaman di sana. Tina merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan disusul oleh Jaya. Mereka tidak melakukan apa pun kecuai hanya saling berpelukan.Di kamar sebelah, Prasetyo dan Linda juga tidak melakukan apa pun, kecuali sekedar pelukan hangat yang sama-sama mereka berikan sebagai bentuk kasih sayang satu sama lain. Linda terus saja menatap lel

  • Sang Penggoda   Kompak

    “Kalian tidak perlu heran dengan sikapku saat ini, cukup simpan saja sebagai pertanyaan selamanya,” ujar Rinjani pada sahabat Rindu.“Gimana kami gak heran, Kak. Seorang Rinjani yangterkenal dingin dan sekarang dapat tersenyum manis seperti itu,” balas Bintang pada mahasiswi cantik itu.Rindu menepuk jidatnya, gadis cantik itu khawatir jika Rinjani akan marah dengan kalimat yang diucapkan Bintang. Akan tetapi, mahasiswi cantik itu tidak berbuat apa pun dan ia memilih untuk duduk dengan tenang sembari menikmati cemilan yang terletak di atas meja.“Baiklah, aku akan memaafkan kamu hari ini, Bintang. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanku saat ini,” ucap Rinjani pada Bintang.Tiga gadis cantik itu saling beradu pandang, mereka benar-benar dibuat kebingungan oleh Rinjani. Berbeda dengan mahasiswi cantik itu, ia tidak perduli dengan pemikiran Rindu dan kedua sahabat sang adik. Kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini tidak ingin

  • Sang Penggoda   Orang asing tetapi asyik

    Di kampus, Rinjani tengah serius mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menjabarkan materi panjang lebar dalam ruangan itu. Sehingga tak jarang mahasiswi cantik itu menguap karena mengantuk mendengarkan penjelasan dosen yang tidak memilki rasa bosan.Tidak lama kemudian, bel berbunyi pertanda perkuliahan telah berakhir. Rinjani mengemas segala peralatannya dan memasukkan ke dalam tas lalu beranjak keluar dari kelas. Mahasiswi cantik itu langsung menuju keluar kampus dan memutuskan untuk pulang.“Rinjani, tunggu aku dulu! Kamu jalannya cepat banget sih,” teriak seorang wanita pada Rinjani.Mahasiswi cantik itu berhenti dan berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya. Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mengenal siapa wanita yang terlihat sok akrab padanya. wanita itu berhenti di depan Rinjani dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan.“Maaf, kamu siapa ya? kenapa bisa tahu nama aku?” tanya Rinjani pada wanita itu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status