Share

Sang Penggoda
Sang Penggoda
Author: Ayunda1903

Perkenalan Diri

Rindu adalah seorang wanita berumur sembilan belas tahun dan berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas. Ia merupakan putri kedua dari orangtua yang bernama Linda dan Jordi. Gadis cantik ini memiliki seorang kakak yang bernama Rinjani, yang menempuh pendidikan di salah satu universitas yang ada di kota tempat ia tinggal.

Memiliki keluarga yang masih utuh bukanlah suatu kebahagiaan untuk Rindu. Percuma saja ia memiliki keluarga yang utuh, tetapi tidak pernah merasakan ketenangan di dalamnya. Kedua orang tua yang sangat ia cintai tidak jarang bertengkar di depannya, karena masalah sepele. Masalah ekonomi merupakan hal yang paling mendasar dalam keluarganya, dan di tambah dengan masalah-masalah lainnya.

Dalam pertengkaran kedua orangtuanya, seringkali seluruh barang yang ada dalm rumah itu berhamburan entah ke mana. Rindu sendiri selalu menutup diri dan berusaha tidak ikut campur dalam urusan kedua orangtuanya, ia selalu memilih pergi ketika hal itu terjadi.

Bahtera rumah tangga yang Linda dan Jordi jalani tidak mengalami perkembangan yang baik, sehingga ayah dari Rindu dan Rinjani memutuskan pergi begitu saja tanpa memastikan status istrinya terlbih dahulu. Sejak kepergian suaminya, Linda harus banting tulang untuk mencari nafkah agar kedua putrinya tetap hidup dan tidak memiliki kekurangan apa pun.

Pagi yang indah untuk jiwa yang sepi, begitulah yang Rindu rasakan ketika keluarganya berkumpul untuk sarapan pagi tanpa seorang ayah yang biasanya duduk bersama dengannya. Hidangan yang ada di atas meja hanya di pandangi begitu saja tanpa tersentuh, Rindu masih enggan untuk mengambil makanan yang ada di sana.

“Rindu, kamu kenapa, Nak? Kok makannya gak di sentuh, malah dibiarin gitu aja?” ucap bu Linda pada putri bungsunya.

“Aku gak nafsu makan, Bu. Rasanya perutku kenyang gitu aja, lebih baik aku berangkat ke sekolah aja deh!” balas Rindu pada ibunya.

“Rindu! Kamu gak boleh bersikap begitu, setidaknya sedikit saja makanan itu masukkan ke dalam mulutmu,” bentak Rinjani pada adiknya.

Rinjani memang terkesan kasar dan memilki sikap tidak perduli pada keluarganya, akan tetapi itu sebelum kepergian sang ayah dari rumah. Ketika keluarganya masih utuh walaupun sering kali tidak damai, ia adalah sosok wanita yang riang serta baik hati pada siapa pun. Namun, saat ini ia sudah berubah menjadi sedikit kasar.

“Kakak kok maksa sih! aku kan udah bilang kalau aku gak lapar, kalau kamu mau makan aja sana!” ketus Rindu seraya keluar dari rumah meninggalkan  kedua wanita yang masih menikmati makanan yang tersedia.

Rinjani menghentakkan tangannya di atas meja, sehingga piring yang ada di dekatnya langsung terjatuh ke lantai, kemudian gadis cantik itu meraih tasnya dan menyusul langkah Rindu. Setelah kepergian Rindu dan Rinjani, Linda membereskan sisa makanan yang ada di atas meja makan dan membersihkan seluruh peralatan makan yang ada di sana.

Tanpa ia sadari, buliran hangat jatuh menetes dari matanya yang indah membasahi wajahnya yang masih terlihat cantik dan segar. Sebagai seorang ibu, ia sangat bersedih hati ketika kedua putrinya tidak akur dan saling membenci satu sama lain, akan tetapi ia tidak ingin ikut campur terlalu jauh pada hubungan Rindu dan Rinjani. Karena ia harus fokus mencari biaya untuk menunjang kehidupan kedua putrinya.

Dua bulan sudah Jordi menghilang tanpa kabar dan menggantung status Linda sebagai istri. Wanita paruh baya itu sedikit pun tidak mempermasalahkan jika ayah dari kedua putrinya harus pergi, tetapi setidaknya Jordi memberikan suatu kepastian kepada dirinya.

setelah selesai membersihkan seluruh bagian dari rumahnya yang terlihat begitu sederhana, Linda memutuskan untuk keluar rumah. Sebagaimanan biasanya, wanita paruh baya itu selalu memoleskan make up pada wajahnya agar terlihat lebih cantik dan rapi dan tidak memiliki maksud lain.

Linda berjalan dengan langkahnya yang sangat anggun dan terlihat sangat menawan, sehingga para lelaki yang melihatnya akan langsung tergoda, barangkali yang baru pertama bertemu dengannya akan berpikir jika dirinya masih seorang gadis.

“Pagi, semua! Kalian hari ini pada belanja apa?” sapa Linda pada ibu-ibu yang sedang berkumpul di tempat penjual dagang harian yang selalu nongkrong di lingkungan itu setiap paginya.

“Biasa, bu Linda. Cuma bahan masakan aja, soalnya suami mepet banget buat makan. Jadi harus belanja di sini dulu,” balas salah satu ibu yang ada di sana.

“Linda, kok kamu dandanan kayak gini sih? suami kamu kan lagi kerja, kamu mau memnggoda laki-laki lain?” timpal ibu yang lainnya pada Linda.

“Aduh! saya kan selalu berdandan seperti ini, Bu. Sekali pun suami saya ada atau tidak di sini, lagian saya tidak akan menggoda laki-laki yang lain kok,” ujar Linda sambil tersenyum pada ibu itu.

Percakapan di antara mereka terus berlanjut dengan berbagai topik, maklum sajalah karena yang sedang berbincang adalah para wanita-wanita rempong yang selalu saja ingin tahu urusan orang lain tanpa memperhatikan urusannya sendiri.

***

Di sebuah halte, Rindu sedang menunggu bus untuk mengantarnya ke sekolah. Ia sudah biasa dengan hal itu, dan tetap semangat dalam menimba ilmu yang akan bermanfaat bagi dirinya kelak. Tidak lama kemudian, Rinjani berdiri di sampingnya dan menatap tajam pada gadis cantik itu.

“Rindu, kamu punya masalah apa sih, sehingga gak mau sarapan segala?” tanya Rinjani pada adiknya.

“Aku gak punya masalah apa-apa, Kak. Kenapa harus di permasalahin sih?” gerutu gadis cantik itu pada kakaknya.

“Kalau gak punya masalah, seharusnya kamu hargai usaha ibu yang sudah bersusah payah biayain kita. Jangan kayak anak kecil dong!” ucap Rinjani dengan nada tinggi.

Rindu hanya terdiam dan enggan untuk berkomentar, ia tidak ingin menyulut amarah sang kakak yang sangat susah untuk dikendalikan. Gadis cantik itu memlih masuk ke dalam bus yang berhenti di depannya tanpa pamit terlebih dahulu kepada kakaknya.

Rinjani tidak begitu perduli apa yang dilakukan adiknya, ia hanya sedikit kesal dengan sikap Rindu yang tidak ingin sarapan. Wanita cantik ini memang sangat suka mempermasalahkan hal-hal kecil, terutama yang mengusik hati dan pikirannya. Sehingga ia rela menjumpai Rindu terlebih dahulu untuk mengeluarkan kekesalan dalam dirinya.

Di dalam bus yang di tumpangi Rindu, gadis cantik itu sedang mengusap air mata yang membasahi wajahnya. Ada sesuatu yang sakit di dalam sana dan menyebabkan dadanya terasa sesak, ucapan yang di lontarkan oleh Rinjani padanya bagai sembilu berbisa bagi gadis cantik itu. Tidak biasanya sang kakak mengatakan hal itu padanya, sekalipun mereka bertengkar hebat.

Rindu beranjak dari tempat duduknya, ketika bus telah sampai di sekolah. Gadis cantik itu segera keluar dan masuk ke dalam lingkungan sekolah. Ia segera berlari menuju kelasnya agar tidak terlambat untuk masuk, dan terhindar dari hukuman.

Di dalam kelas, Rindu di sambut oleh kedua sahabatnya yang bernama Bulan dan Bintang. Nama mereka memang familiar, seperti dua anak kembar. Akan tetapi kenyataannya mereka tidak kembar, hanya kebetulan saja nama mereka begitu.

“Rindu, ada apa dengan matamu? Kok merah gitu?” tanya Bulan pada Rindu.

“Aku tidak apa-apa, Lan. Tadi aku kelilipan yang membuat mataku merah begini,” ucap Rindu memberi alasan yang masuk akal pada sahabatnya.

Sekilas mengenai persahabatan mereka akan sedikit dijelaskan. Tiga gadis cantik itu sudah saling mengenal sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama, lalu mereka memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang sama pula, alasannya agar mereka tidak pernah terpisahkan.

Selain itu, orangtua dari tiga gadis cantik itu saling mengenal. Jarak rumah mereka juga tidak terlalu jauh, sehingga mereka dapat saling berkunjung satu sama lain.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status