"Kenapa Ki Pratap? Apa sekarang kau masih memiliki keyakinan?' ejek Arya.Ki Pratap yang baru saja merasakan salah satu jurus Arya menahan rasa geramnya."Aku pasti tetap akan menang! Aku sudah pernah kalahkan dirimu!' kata Ki Pratap."Itu dulu, sekarang sudah berbeda, ki Pratap!" kata Arya."Tidak ada yang berbeda, kau akan tetap akan aku ringkus!"Hiatttttt!!Ki Pratap yang sudah dipenuhi dengan emosi dan keinginan untuk memiliki tubuh petir miliki Arya menyerang.Seluruh tubuhnya sudah diselimuti aura hitam, aura dan kekuatan hitam yang dia miliki, dan aura itu mencoba menekan Arya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras, dan Arya juga keluarkan tekanan tenaga dalam yang menghantam tubuh Ki Pratap.Angin dari tekanan tenaga dalam saja sudah menerbangkan rambut ki Pratap, dan semakin menujukkan jika Arya sudah lagi lawan Ki Pratap.Tapi Ki Pratap tidak lagi memikirkan apapun, dia sangat inginkan tubuh Arya, tubuh yang sudah pernah dia kalahkan.Arya tersenyum melihat kekerasan hati ki
"Hei ... Apa yang kau lakukan?"Rekan dari penjaga pintu masuk tidak percaya jika Arya begitu mudah membunuh rekannya."Apa kau tidak lihat apa yang aku lakukan?" tanya Arya dengan tersenyum.Arya yang sudah melihat banyak kematian, kini mulai berubah sikap dalam menghadapi golongan hitam, jika dilawan dengan sikap lembut maka golongan hitam akan merendahkan, tapi jika Langung gunakan kekuatan maka mereka akan langsung ciut."Aku mencari ketua kalian!" kata Arya."Ketua tidak ada! Bunuh saja si sombong itu!"Anak buah Ki Rangga yang melihat Arya dengan mudahnya membunuh rekan mereka tidak peduli dengan pertanyaan Arya lagi. Mereka hanya ingin membunuh Arya, membalas kematian rekan mereka.Belasan orang yang merupakan anak buah penjaga berlari ke arah Arya.Pukulan petir!'Haaaaaaaaaaa!!Arya melepaskan pukulan jarak jauh yang begitu mematikan, dan pukulan itu bukan pukulan yang hanya akan menghantam satu orang saja, tapi pukulan itu seolah pukulan yany berantai yang menggosongkan anak
Dengan tangan yang diborgol rantai besi, Arya dibawa ke istana kerajaan Purawa. Dan itu membuat Arya bagaikan tahanan yang paling di cari di seluruh kerajaan Purawa.Tidak hanya itu, tangan Arya juga dibiarkan membawa kotak besi yang dia rebut dari Ki Rangga, dan itu semakin meyakinkan jika Arya adalah pencuri kotak itu."Siapa dia? Kenapa dia ditangkap? Apa dia pencuri kotak kerajaan itu?" Perkataan itu terasa panas di telinga Arya, tapi dia tidak peduli, dia hanya ingin membersihkan namanya, itulah mengapa Arya memilih menyerah.Di samping Arya, Patih Kuroda terus mendampingi Arya, baginya Arya tidak bersalah, karena Arya hanya membantu rekannya, dan tidak tahu apa-apa, itulah yang Patih Kuroda tahu."Apakah aku merasa tertekan karena perkataan warga kota?" tanya Patih Kuroda."Tidak, itu bagiku itu hal yang biasa!" jawab Arya."Baguslah! Dan satu lagi, maafkan aku jika kau akan di jembloskan ke dalam penjara!" kata Patih Kuroda."Aku tidak apa-apa tuan Patih! Seperti yang sudah ka
"Aku, Arya kek!" ucap Arya untuk membuang rasa penasaran tentang kebenaran perkataan lelaki itu."Panggil saja aku Ki Sena!" "Kakek sudah berapa lama disini?" tanya Arya."Aku tidak tahu, mungkin sudah sangat lama!" jawab Ki Sena."Apa yang kakek lakukan?" tanya Arya."Aku membunuh pangeran.""Apa? Kenapa kek?" tanya Arya kaget."Dia melakukan hal yang tidak baik pada putriku, dan dia tidak mau bertanggung jawab, malah dia membunuh putriku, jadi kematian lah yang pantas untuknya!" jawab Ki Sena."Sepertinya kakek senang di sini?" tanya Arya."Iya, aku memilih diam disini dari pada aku melihat kejahatan yang terjadi di luaran sana!" jawab Ki Sena.Arya memang melihat jika Ki Sena tidak terlihat menderita di penjara itu, bahkan dia terkesan sangat menikmati keadaan penjara bawah tanah itu."Kau, apa yang kau lakukan anak muda?" tanya Ki Sena."Aku dituduh mencuri kotak kerajaan," jawab Arya."Kotak? Jangan katakan kotak berwarna hitam bersimbol elang?" kata Ki Sena."Tidak salah lagi!"
"Aku ingin bicara dengan pemuda ini!" kata Resi Gunin dan menatap Arya."Denganku? Ada apa, tuan?" tanya Arya."Aku Resi Gunin, aku yang mengunci kotak itu, dan aku isi dengan kitab api dan juga peta menuju sebuah pusaka yang sangat menakutkan, pusaka pedang matahari! Pusaka yang juga disebut-sebut sebagai pusaka penghancur!" kata Resi Gunin.Arya diam dan, mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Resi Gunin."Apakah kami bisa bicara empat mata?" tanya Resi Gunin pada empat orang yang ada disana."Dengan senang hati, kami akan berikan!" kata Raja Yuda."Mari ikut denganku!" kata Resi Gunin yang masih tetap membawa kotak besi berisi kitab api.Resi Gunin dan Arya berjalan-jalan di lapangan luas penjara bawah tanah itu, dan saat sampai di tengah lapangan luas itu, Resi Gunin diam dan duduk dengan melipat kedua kakinya. Dan Arya melakukan hal yang sama."Bagaimana kau bisa berjodoh dengan kitab api ini?" tanya Resi Gunin."Apa maksudnya, Resi?" tanya Arya."Aku juga tidak tahu kenapa
Seorang perempuan dengan pakaian kebesaran yang begitu indah menemani perempuan yang duduk santai di taman istana kerajaan Purawa."kenapa dari tadi, Utari melihat ibunda terus termenung?'Seorang gadis yang begitu cantik datang menghampiri perempuan yang sudah berusia empat puluhan tahun itu."Utari! Ibunda hanya ingat dengan kakakmu, Candra! Hari ini, tepat dua puluh tiga tahun yang lalu, kakakmu hilang!" jawab perempuan itu.Perempuan itu adalah ratu Parwati, ratu kerajaan Purawa. Dan Utari adalah putri kerajaan itu."Dimana adikmu?" tanya ratu Parwati."Adik, Angga berada di halaman belakang istana, ibunda! Berlatih Kanuragan!" jawab putri Utari."Seandainya kakakmu masih hidup, mungkin keluarga kita lebih baik lagi!" kata ratu Parwati."Apakah yang ibunda maksud kakak Sengala?" tanya putri Utari."Tidak usah sebutkan namanya, dia sudah bukan keluarga kita lagi, pikirannya terlalu bejat!" jawab ratu Parwati.Putri Utari merenung sejenak, kakaknya itu, pangeran Sengkala. Dia seoran
Dua hari sudah Arya ada di istana kerajaan Purawa, dan Arya memang mendapatkan segala kemewahan dunia, segala kemewahan yang di dapatkan oleh seorang pangeran kerajaan."Kak, Candra! Apa kakak didalam?" Arya yang berada dalam kamarnya, mendengar suara seorang lelaki, dan dia yakin itu adalah suara adiknya, pangeran Angga."Masuklah Angga, kakak didalam!" jawab Arya.Pangeran Angga masuk, dan dia duduk di tempat tidur Arya."Ada apa Angga?" tanya Arya."Aku ingin menanyakan sesuatu pada kakak!" jawab Pangeran Angga."Katakan, apa itu?" tanya Arya dengan senyum hangat.Pangeran Angga menunduk, tidak tahu harus memulai dari mana."Kak Candra! Apakah kakak mau menggantikan Angga jadi seorang calon raja?" tanya Pangeran Angga."Apa maksudmu adik?" "Aku hanya ingin bertanya saja kak, bukankah kakak sudah di istana ini, mungkin saja kakak akan segera menggantikan Angga!" ucap pemuda itu.Arya tahu jika pasti ada yang mencoba merusak pemikiran dari pangeran Angga. Dan itu jelas akan merusak
"Kapan kau akan berangkat dan meninggalkan istana ini, pangeran?" tanya resi Gunin."Besok, aku pasti akan tinggalkan istana ini besok, resi!" jawab Arya."Aku harap pangeran menemukan pedang matahari, dan untuk memegang pedang itu. Pangeran harus mempelajari kitab api!" kata resi Gunin.Resi Gunin kembali memberikan kitab api pada Arya, dan kali ini Arya tidak dapat lagi untuk menolak.Arya membuka kitab api, dan saat itulah satu pancaran yang jahat masuk ke tubuh Arya."Apa itu, resi?" tanya Arya."Kau mampu melawan pancaran jahat itu? Kau memang pilihan kitab ini!" jawab resi Gunin."Maksudnya?'"Kitab itu adalah kitab iblis, dan hanya yang memiliki kekuatan bathin tingkat tinggi yang mampu mengendalikan kitab dan pedang matahari," jawab resi Gunin.Arya ingat jika resi Raspati sudah memberikan kekuatan bathin pada dirinya, dan itu yang membuat Arya yakin karena itulah Arya mampu menahan kekuatan jahat yang mencoba masuk ke tubuh dan kuasai dirinya."Kitab ini sangat mengerikan, re
Tubuh Ketua Bit bergetar hebat saat Arya dengan mudahnya menghalau serangannya. Padahal, serangan itu sudah dialirkan dengan tenaga dalam yang besar. Tubuh Ketua Bit mundur, dia tidak mau berada di bawah ancaman pedang Arya. "Satu langkah lagi kau mundur, maka kau akan kehilangan kepalamu," kata Arya mengancam. Langkah kaki Ketua Bit langsung kaku karena ancaman dari Arya. Dia berhenti di tempat, dan wajahnya pucat pasi. "Apakah sekarang kau akan bekerja sama?" tanya Arya. "Ba... Baik! Aku akan bekerja sama, katakan saja apa yang ingin kau tahu!" kata Ketua Bit. "Tidak banyak, aku hanya ingin tahu kemana gadis itu?" tanya Arya. Ketua Bit tahu jika itu yang akan Arya tanyakan, dan dia berusaha mencari cara agar Ketua Yoi jauh sebelum dia memberikan kemana Ketua Yoi pergi. "Katakan!" bentak Arya dan menekan pedang Awan Merah ke leher Ketua Bit yang terpaksa mundur kembali. Punggung Ketua Yoi tertahan karena tubuh Ketua Yoi sudah mentok ke dinding, dan itu juga menekan pedang di
Ketua penculik yang membawa putri Gut melesat ke arah Utara, berkali-kali dia melihat ke belakang, dan memastikan jika Surya tidak akan mengejar dirinya. Saat ketua penculik itu sampai di markas mereka, ketua Yoi, ketua dari perompak macan laut sudah menunggu dengan wajah yang sumbringah. "Tidak salah memang aku percayakan tugas ini pada sekte terkuat di negeri ini," kata ketua Yoi. "Diam kau, kalau aku tahu tugas ini sangat berat, aku tidak akan mau melakukan tugas seberat ini," kata ketua penculik itu. Ketua bagian dari wilayah kota Dong. Ketua Bit. "Kenapa mengatakan seperti itu ketua Bit? Bukankah aku sudah membayar mahal?" ucap ketua Yoi. "Kau memang membayar mahal, tapi harga yang harus aku bayar jauh lebih mahal lagi. Kemungkinan besar nyawa dari anak buahku tidak tertolong lagi," kata ketua Bit pada ketua perompak macan laut itu. Wajah ketua Yoi berubah warna, dia tidak menyangka jika Arya akan sekuat itu. "Ini gadis mu, segera pergi dari sini," usir ketua Bit pada ketua
Seperti yang dikatakan oleh ketua yoi. Ketua perompak macan laut menemui markas wilayah dari sekte naga hitam. Dan seperti yang diminta oleh ketua Yoi, anak buah sekte naga hitam bagian wilayah Dong langsung bergerak untuk menculik putri Gut. Mereka terus awasi pergerakan Arya dan putri Gut. Dan saat ada kesempatan anak buah dari sekte naga hitam itu langsung memasuki kamar putri Gut. "Apa yang kalian inginkan?" teriak putri Gut saat melihat belasan orang memasuki kamarnya. "Kami inginkan dirimu," jawab salah satu anak buah sekte naga hitam itu. Bammmmmmm!! Tapi satu pukulan, serta satu tubuh terlempar masuk ke dalam kamar putri Gut. "Apa yang terjadi?" teriak pemimpin dari wilayah sekte naga hitam wilayah Dong. "Jangan coba-coba untuk menculik atau melukai dia, atau kalian semua akan mati," kata Arya yang sudah berdiri di pintu masuk kamar putri Gut. "Hajar dia!" kata pemimpin penculikan itu. Bersamaan dengan perintahnya itu, dia bergerak ke arah putri Gut. Tukkkkkk! Dia m
Huppppppp!! Satu tubuh berpakaian hitam sampai di dekat kota Hon, Ibukota kerajaan Burma. Tubuh berpakaian hitam itu membawa sesosok tubuh perempuan berpakaian hijau di pundak. "Ini dia kota Hon. Aku sudah lama tidak ke kota ini, aku harap semuanya masih sama saja," ucap orang itu. Orang itu menatap dari ketinggian bukit Hon, bukit yang menjadi perbatasan antara ibukota kerajaan dengan kota lainnya. "Saatnya menunjukkan jika aku sudah sampai di kota ini," ucap sosok itu. Sosok itu merogoh sesuatu dari balik bajunya, dan itu seperti sebuah petasan yang besar. "Chu Cai! Aku tiba disini, sambut aku!" Desis orang itu. Whusssssssss!! Jledaaarrrrrrr!! Suara ledakan yang keras, yang begitu memekakkan telinga terdengar di udara saat sosok hitam itu melemparkan petasan yang besar itu ke udara. Asap dari petasan itu membentuk seekor naga, dan asap itu terlihat menakutkan karena sosok naga dari asap itu. "Jemput aku disini," kata sosok berpakaian hitam itu. Sosok itu meletakkan peremp
Haaaaaaaaaaa! Hut Lau menunjukkan tenaga dalamnya pada Arya, dan itu memang tenaga dalam yang sangat besar. Tapi Arya tidak mau kalah, dia juga ingin menunjukkan jika dia bukan pemuda yang boleh direndahkan, apalagi dia baru sampai di negeri Burma. "Bagus! Memang harus memiliki kemampuan jika ingin melawan diriku," kata Hut Lau. Whusssssssss!! Hut Lau bergerak ke arah Arya, dan menyerang dengan kecepatan yang tinggi. Plakkkk! Keduanya adu tenaga dalam. Pancaran tenaga dalam dari keduanya yang bertenaga dalam tinggi itu menghembuskan angin yang kencang. Tangan adu tenaga dalam, kaki saling tendang dan itu terus terjadi hingga keduanya sama-sama mundur ke belakang. "Kau cukup lihai anak muda, tapi itu belum cukup jika tanpa gunakan senjata," kata Hut Lau. Arya diam, dia tidak ingin gunakan pedang urat petir, karena itu sama dengan Arya bertarung dan akan membunuh Hut Lau. "Dimana senjata mu, anak muda?" tanya Hut Lau. Arya diam tidak menjawab, dia bingung untuk menjawab apa.
Arya mengerutkan dahinya karena perkataan gadis itu, dia tidak percaya Jiak gadis itu menawar dirinya untuk menemani gadis itu selama satu malam. "Aku bukan pemuda seperti yang kau pikirkan nona," ucap Arya. "Aku tidak peduli, yang jelas kau harus menemani aku malam ini," kata gadis itu. "Sudahlah Yun Mei, dia tidak mau menemani dirimu, mungkin kau kurang cantik." Gadis lain bicara dari belakang Arya, dan itu semakin membuat Arya dalam posisi yang tidak bagus. "Apa maksudmu Hon Sun, aku tidak cantik? Jadi kau pikir kau lebih cantik dariku?" bentak gadis yang bernama Yun Mei itu. "Sudah pasti, aku jauh lebih menarik dari pada dirimu," kata Hon Sun dan menyampingkan rambutnya menunjukkan bola besar yang tumbuh indah di tubuhnya. Arya semakin terpojok, tidak tahu harus katakan apa, dia merasa seperti bahan rebutan dari dua gadis itu. "Anak muda tampan, siapa diantara kami yang paling cantik?" tanya Yun Mei pada Arya. "Kenapa bertanya padaku?" tanya Arya. "Bodoh! Apa kau tidak bi
Arya dan Putri Gut sampai di daratan yang cukup jauh dari keramaian. Di sana, Arya menurunkan tubuh Putri Gut. "Tuan Putri, tidak apa-apa?" tanya Arya. "Tidak, Arya, aku baik-baik saja," jawab Putri Gut. Arya tersenyum dengan jawaban Putri Gut. Dia merasa sudah melakukan hal yang benar. "Kita berada di mana ini, Tuan Putri?" tanya Arya. "Kemungkinan kita berada di kota Dong, tapi aku belum tahu pasti," jawab Putri Gut. "Apakah jauh dari kerajaan?" "Sangat jauh, bahkan ini adalah pinggiran dari wilayah kerajaan Burma," jawab Putri Gut. "Berapa lama perjalanan?" tanya Arya. "Jika berjalan kaki, mungkin satu purnama, mungkin lebih," kata Putri Gut. Arya tidak terlalu memikirkan jarak itu, yang dia pikirkan adalah keselamatan Putri Gut. Apalagi, dia juga harus mencari keberadaan Intan. "Apakah di sini ada sebuah sekte yang menakutkan?" tanya Arya. "Perguruan? Mungkin yang kau maksud adalah sebuah sekte," kata Putri Gut. "Mungkin iya," jawab Arya. Putri Gut berpikir keras, mem
Melihat Arya keluar dari tahanan, para tahanan budak lainnya pun tidak mau tinggal diam. Mereka semua kabur dari ruangan tahanan itu dan berlari ke geladak kapal. Ini yang Arya harapkan. Dengan kaburnya para tahanan, anak buah kapal akan memiliki kesibukan sendiri, dan itu yang akan Arya manfaatkan untuk menyelamatkan Putri Gut dari kamar penyekapan. Huppppp!! Dengan gerakan ringan, Arya melewati lorong demi lorong kapal besar itu. "Aku yakin di sana Tuan Putri Gut disekap," ucap Arya. Dia mengatakan itu karena melihat sebuah kamar kapal yang dijaga oleh tiga penjaga dengan golok lebar di tangan mereka. Whusssssssss!! Plakkkkkk!! "Apa yang ... Bammmmmmm!! Dalam dua gerakan saja, tiga penjaga kamar itu sudah Arya lumpuhkan. Meskipun begitu, keributan tetap tidak bisa dihindari. Namun, suara itu tertutupi oleh keributan yang terjadi di geladak kapal. Brakkkkkkk! Arya menendang pintu kamar. Hanya dengan satu tendangan, pintu itu hancur berantakan. "Putri Gut!" teriak Arya men
Pembicaraan antara Arya dan Putri Gut terhenti karena Arya menjauh dan menatap ke arah jauh dari kapal itu. "Ada apa, Arya?" tanya Putri Gut. "Aku merasakan ada sesuatu di kejauhan, Tuan Putri," kata Arya. "Apa maksudnya di kejauhan?" tanya Putri Gut. "Kapal besar," kata Arya. "Kap ..!!" Putri Gut yang awalnya bingung dengan perkataan Arya kini menjadi takut saat melihat sebuah kapal besar datang ke arah kapal mereka. Kapal besar itu diikuti oleh kapal-kapal kecil yang berlambang harimau. "Tidak mungkin! Itu lambang perompak laut. Perompak Macan Laut," ucap Putri Gut pucat. "Apakah mereka semenakutkan itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Di lautan ini, mereka adalah rajanya. Jika permintaan mereka tidak dipenuhi, kemungkinan kapal ini akan dihancurkan," kata Putri Gut. Panglima Cun dan lima pengawal Putri Gut mendekat; mereka memberikan penjagaan pada Putri Gut. "Apakah mereka rekanmu?" tanya Panglima Cun menuduh Arya. "Tidak, aku tidak sejahat yang kau pikirkan, Panglima," kata