Home / Fantasi / Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda / Bab 2 || Pria Yang Tidak Diinginkan

Share

Bab 2 || Pria Yang Tidak Diinginkan

Author: Yuexi
last update Last Updated: 2023-01-16 15:11:00

Sejak seminggu menjalani kontrak darah dengan Natalia, Ryder mencoba dengan giat untuk mengeluarkan sihirnya. Alih-alih memiliki kekuatan, Ryder menjadi tersiksa karena tidak bisa berpedang hanya karena belajar sihir setiap hari.

Hujan turun begitu lebat di desa Tornitus yang sedang dilanda kekacauan. Zane membuat surat anonim dan mengirimnya ke para warga agar percaya bahwa berita tentang Ryder itu benar, Ryder yang telah melakukan kontrak darah tersebar ke desa begitu cepat. Albert sang penjaga wilayah selatan memberitahukan pada Tetua tentang berita Ryder.

"Tetua Yudistira, Saya Albert datang menghadap anda." Salam Albert.

"Ada apa Albert?" Tanya Tetua Yudistira.

"Ryder cucu dari Pahlawan Alexiuz telah melakukan kontrak darah dengan salah satu gadis suku penyembuh. Mohon segera di eksekusi Tetua." Tegas Albert.

Yudistira terdiam di tempat, wasiat dari Alexiuz tidak bisa di jalankan oleh Yudistira. Perbuatan Ryder telah melanggar tradisi alam di wilayah Selatan. Jika tidak bereskan dengan cepat Ryder akan menjadi pria yang dimusuhi oleh penduduk selatan. Yudistira memukul meja di depannya dengan keras membuat Albert terlonjak dari duduknya.

"Cepat panggil anak itu kemari!!" Murka Tetua.

"Baik tuan." Sahut Albert bergegas pergi dengan pasukannya ke rumah Ryder.

"Aku akan menghukumnya." Gumam Tetua.

Para pasukan penjaga dengan cepat menuju hutan tempat tinggal Ruder. Saat tiba disana, rumah Ryder telah kosong.

"Kita cari ke atas gunung." Perintah Albert.

"Baik tuan." Sahut para penjaga.

Sebenarnya Ryder ingin berdiam diri di rumah namun melihat cuaca yangbegitu cerah membuatnya bersemangat untuk berlatih.

Pagi yang begitu damai itu, sangat menenangkan bagi Ryder. Hari itu dia akan pergi ke gunung untuk berlatih pedang sekaligus merapalkan mantra sihir agar bisa membangkitkan kekuatannya. Tiba-tiba Ryder teringat pesan kakeknya Alexiuz untuk menyiram sebuah tanaman kecil di dekat sungai. Sebelum mendaki gunung, Ryder berjalan menuju sungai sambil membawa sebuah air dalam gendongannya. Tanaman yang berbentuk bunga matahari itu belum mekar, Ryder menyiram bunga itu dengan air yang melimpah. Tiba-tiba sebuah cahaya kecil menyambar pipi Ryder, dengan cepat Ryder mencari cahaya kecil itu pergi tapi nihil tak ada jejak sama sekali. Hutan kecil itu penuh dengan energi magis sepertiyang di katakan kakek Alexiuz, Ryder mengerutkan keningnya dan berwajah murung dalam perjalan menuju gunung.

Harapannya untuk memiliki kekuatan sihir sangat besar, tapi Ryder tidak pernah mendapatkan hal itu.

"Kakek, aku merindukanmu." Lirih Ryder.

Sesampainya di gunung Malio, Ryder mengeluarkan pedangnya dari sabuk. Menancapkan pedangnya ke tanah dan berlutut mendoakan sang kakek. Ryder berdiri kembali dan mengayunkan pedangnya ke udara, sambil menebas pohon di dekatnya dengan cepat. Tak lama kemudian pasukan penjaga menyusul Ryder di atas gunung.

"Cepat tangkap dia." Teriak Albert.

Ryder menatap Albert dengan bingung, dengan sekali ayunan pedang Albert lepas dari tangannya . Ryder dalam mode mempertahankan diri, Albert menarik pedang salah satu penjaga dan menyerang Ryder dengan cepat. Ryder menangkis setiap serangan Albert, membuat pedang Albert lagi-lagi terlempar jauh. Ryder menghunuskan pedangnya ke leher Albert, membuat semua penjaga bersiap menyerang Ryder.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Ryder.

"Turunkan pedangmu dan ikutlah bersama kami." Jawab Albert.

"Aku bertanya sekali lagi, apa yang kalian inginkan!!" Pekik Ryder.

"Tenanglah, Tetua akan memberi hukuman untukmu." Jelas Albert.

"Hukuman? Kenapa aku mendapat hukuman padahal aku tidak melakukan apa pun." Balas Ryder.

"Cukup !! Segera tangkap dia, kita harus membawanya ke lapangan. Jangan membuat Tetua menunggu lama." Perintah Albert.

"Baik kapten." Sahut para penjaga.

Albert menatap Ryder kasihan, seorang pria muda yang harus menanggung pahitnya takdir sendirian itu sekarang akan berakhir dengan kasus pengkhianatan pada tradisi.

"Aku turut berduka, atas meninggalnya kakekmu." Bisik Albert.

Semua penjaga bergerak cepat meringkus Ryder, pedang Ryder langsung di ambil alih oleh Albert. Mata Ryder menatap emosi ke arah Albert, tak ada yang bisa dilakukannya karena telah di tangkap oleh pasukan penjaga. Ryder menatap Natalia yang di tangkap, karena tak tega Ryder berusaha melepaskan dirinya untuk membantu Natalia tapi Ryder tak mampu bergerak lagi karena rantai besi yang melingkar di kaki dan tangannya.

Tetua desa, bernama Yudistira sahabat dari Alexiuz. Sekarang harus menghukum cucu kesayangan sahabatnya sendiri. Ryder di tarik paksa ke tengah lapangan luas, semua mata tertuju padanya. Ayah dan ibu Ryder terus menangis menatap putranya di rantai dan akan di siksa. Ryder menggeram keras, ternyata baru menyadari dirinya telah di tipu oleh Zane. Zane menatap Ryder puas, menyiksa seorang pecundang seperti Ryder memang hal yang menyenangkan bagi Zane.

"Lepaskan aku!!" Teriak Ryder.

"Ryder, kamu telah menyalahi aturan desa dab akan di hukum cambuk hingga mati." Murka Yudistira.

"Apa kesalahanku pada kalian semua?" Teriak Ryder.

"Diam." Seru Albert.

"Kalian hanya menghinaku dan menambah penderitaan hidupku saja, sekarang kalian ingin membunuhku juga? HAHAHA lucu sekali desa ini." Teriak Ryder sambil menahan emosinya.

"Diam Ryder!" Perintah Albert.

"Kalian semua harusnya membunuhku saat aku bayi saja dasar pecundang, kalian semua pecundang si*lan." Teriak Ryder.

"Cukup!!" Teriak Albert sambil menghunuskan pedang ke leher Ryder.

Ryder memberontak dengan sisa kekuatannya, tak ada yang membantunya disana. Bahkan, Ryder hanya bisa menatap Natalia yang di sekap di ujung lapangan dengan kepala terbungkus kain hitam.

Ryder berteriak kencang, tiba-tiba orang tua Ryder maju ke depan Yudistira dan berlutut memohon ampunan agar putranya tidak di hukum mati. Mendengar ucapan itu, Yudistira mengingat pesan Alexiuz untuk menjaga cucunya, namun Yudistira harus mempertimbangkan dengan baik keputusannya karena bisa saja para penduduk selatan menganggap Yudistira berkhianat dan melepaskan pelaku kejahatan.

"Baiklah, demi kelangsungan hidup kita bersama. Ryder akan di usir dari desa ini dan bukan lagi penduduk selatan. Hukum cambuk akan tetap dilakukan hingga petang nanti, lalu besok Ryder sudah harus pergi dari wilayah selatan." Jelas Yudistira.

Orang tua Ryder menatap nanar putranya, semua orang bersorak senang karena Ryder yang menjadi aib bagi desa telah di usir. Ryder menatap kosong kedepan, tidak ada teriakan lagi darinya. Cambukan demi cambukan membuat punggungnya mengeluarkan darah.

"Kakek, maafkan aku." Lirih Ryder.

Ryder mengira bahwa beban keluarganya akan hilang jika ia pergi, namun ternyata Zack dan keluarganya merencanakan menghabisi orang tua Ryder yang telah melahirkan anak pembawa sial bagi wilayah. Dengan jabatan dan kekuasaan tertinggi keluarga Zack, membunuh orang tua Ryder di rumahnya.

Para penjaga membawa Ryder untuk melihat kondisi keluarganya untuk terakhir kali, namun disana penuh dengan darah dan kedua orang tua Ryder tergeletak penuh luka. Ryder segera berlari, berharap orang tuanya masih bisa untuk di selamatkan tapi nihil. Para penjaga yang membawanya hanya tertawa sambil mengejek Ryder yang meraung sedih. Sentakan dari tali pengikat di tangan Ryder yang begitu keras membuat pria itu terseret menjauh dari orang tuanya.

"Ryder, aku minta maaf atas kejadian yang menimpamu. Aku sama sekali tidak bisa melawan mereka, sekarang pergilah dan jangan pernah lupakan luka ini. Aku dan Tetua lainnya akan mengubur kedua orang tuamu bersama Tuan Alexiuz," ucap Yudistira sedih.

Ryder menggigit bibirnya keras agar tidak menangis terus menerus.

"Terima kasih paman," lirih Ryder.

Para penjaga menyeret Ryder dengan cepat menuju gerbang, dan mengusirnya.

"Aku akan merindukan kalian, maafkan aku yang begitu sial ini," gumam Ryder menangis sambil berjalan menjauh dari wilayah Selatan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tanto Kie
kok ga di kasih tau masalahnya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda   Bab 117

    "Nino, bukankah itu sangat lucu?" ucap Ryder."Tidak sayang, nama itu terlalu kuno untuk bayi kita. Pilihlah nama yang keren dan jarang ditemukan dimanapun," terang Freya.Ryder memelas tak bersemangat, sudah seribu kali mereka menyebutkan nama dan tidak ada satupun diantara nama itu yang pas. Billy membawakan secangkir teh, sambil membawa beberapa berkas pada Ryder."Tuan, sebentar lagi wakil dari wilayah utara akan datang untuk membawa kontrak penyediaan batu sihir," ucap Ryder.Ryder hanya diam, tak bergeming sama sekali. "Tuan, jadwal anda besok menjenguk nona-""Benar, aku harus pergi bertemu Layla dan Lilian agar mereka mau membujuk Freya," seru Ryder tiba-tiba."Tuan, kumohon fokuslah pada pekerjaan dulu," keluh Billy.Ryder mengangguk dan menyusun laporan, tanpa peduli pada Billy sedikitpun. "Kalau begitu, saya permisi tuan," pamit Billy.Ryder keluar dari ruangannya tergesa-gesa, tapi menabrak Daren yang ternyata datang sebagai perw

  • Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda   Bab 116

    Daren menarik Billy dengan paksa, menyeretnya agar berani menjelaskan apa yang terjadi padanya saat mendengar ucapan Freya kemarin. Ryder dan Freya yang sedang sarapan, melihat Billy yang tiba-tiba muncul membuat Freya terkejut, sedangkan Ryder hanya menatap pria itu dingin."Bicaralah kawan, katakan maksud dan tujuanmu datang kemari," ucap Daren."Daren, sepertinya dia merasa tidak enak badan. Wajahnya begitu pucat," tutur Freya khawatir."Dia terlalu takut, sampai tidak bisa tidur semalaman hahahaha. Tunjukkan. Keberanianmu kawan," sela Daren.Ryder yang menggendong bayi kecil, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Billy maju ke depan Freya, walaupun pria itu tidak bisa mengucapkan isi kepalanya pada semua orang tapi Billy sangat ingin berbaikan dengan Freya dan Ryder."Billy, tenanglah dan jangan takut. Aku sama sekali tidak marah dengan apa yang terjadi kemarin," tutur Freya mencoba menenangkan Billy yang sedang gemetar."Freya. Jangan terlalu baik pada seoran

  • Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda   Bab 115

    "Apa nona tidak tahu? Selama ini Tuan Ryder menjaga kekuatannya untuk membantu siapapun, bahkan dia sangat senang dengan kekuatannya. Lantas kenapa anda tidak membantunya untuk memilih cara lain!!" teriak Billy."Itu tidak seperti yang kamu dengar Billy, aku juga ti-""Bukankah nona ingin Tuan Ryder bahagia?!" seru Billy.Daren yang baru masuk menahan Billy mundur bersama Ryder, karena Billy tampak begitu kesal pada Freya. Layla yang melihat Freya menahan air matanya, melenggang masuk dan menampar Billy dengan keras."Jangan pernah melukai perasaan Freya, ingat itu bajingan!!" teriak Layla kesal."Daren bawa Billy keluar, aku akan menjaga Freya," ucap Ryder.Daren menarik lengan Billy paksa, menyeretnya keluar dari ruang tersebut. Ryder memeluk Freya pelan, tangis perempuan itu pecah dan membuat semua orang ikut khawatir. Bayi kecil yang mendengar teriakan itu, menangis begitu keras hingga Lilian segera membawanya ke ruangan lain untuk menenangkannya."Lepaskan aku, dasar brengsek jan

  • Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda   Bab 114

    "Freya, bukankah hari ini kita akan pergi ke wilayah utara menghadiri upacara pembukaan aula akademi baru," ujar Layla sambil merengek."Aku akan mendiskusikan ini dengan Ryder, jangan memasang wajah lugu itu," cibir Freya."Baiklah, kalau begitu ayo kita ke tempat Ryder sekarang!!" seru Layla semangat."Ryder sedang rapat bersama para tetua, itu akan memakan banyak waktu. Lebih baik kita menunggunya selesai," sela Freya."Huuuhh... Ryder menyebalkan sekali, aku akan mengatakannya pada Billy," ucap Layla spontan.Freya menghela nafas panjang, kegigihan Layla untuk membawanya berjalan-jalan di wilayah utara sangat sulit di bantah."Pergilah mandi dan bersiap bersama bayi kecil, aku akan segera kembali dengan izin Ryder!!" teriak Layla lalu pergi dari rumah menuju kantor wilayah tempat Ryder."Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Freya.Ryder menumpuk beberapa kertas, sambil menuliskan setiap kekurangan dari laporan tersebut. Dia mengambil banyak pekerjaan sebelum akhir pekan, karena ing

  • Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda   Bab 113

    "Ayo segera kesana, maaf Freya aku harus pergi memeriksa desa. Aku akan kembali setelah memeriksa keamanan disana," tutur Ryder tergesa-gesa pergi ke luar.Freya yang ingin ikut pergi bersama Ryder, di tahan oleh Edward. Terpaksa dia harus berada di rumah saja menunggu Ryder menyelesaikan pekerjaannya.Ryder tiba di depan gerbang desa, memeriksa rumah sakit yang menampung para korban keracunan. Sekitar 100 orang lebih terbaring lemah dengan wajah pucat pasi. Ryder segera meminta bantuan Billy untuk memeriksa sumber masalah. "Kami makan dengan teratur, saat anak-anak membawa sebotol air dari sungai yang ada di ujung desa, kami mulai muntah dan pusing karena mengkonsumsi cukup banyak," terang seorang pria."Gildan, memberi tahu kami bahwa sungai itu sepertinya tercemar oleh sesuatu dari hutan perbatasan. Tuan, tolong kami untuk menyelesaikan masalah ini," sosor seorang wanita tua."Gildan? Siapa yang anda maksud?" tanya Ryder."Dia seorang peramal muda dengan badan besar seperti anda t

  • Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda   Bab 112

    Keringat dingin mengalir begitu banyak di dahi Ryder, kegugupan luar biasa itu membuatnya ingin terus buang air kecil. Daren dan Billy sudah kelelahan memperbaiki baju dan dandanan Ryder yang selalu berantakan. Di tempat lain, Freya sudah siap dengan gaun panjang yang indah berwarna biru muda seperti langit. Bayi kecil tertidur dalam gendongan Lilian, sementara Layla mengajak Freya mengobrol untuk menghilangkan kegugupannya. "Nona, sebentar lagi anda harus berjalan menuju altar. Silahkan bersiap," ucap seorang pengawal."Tuan, silahkan menuju altar, karena sumpah pernikahan akan segera berlangsung," kata seorang pengawal.Ryder mengambil kedua pedangnya, memantapkan hatinya dan berjalan menuju altar diikuti oleh dua orang pengawal. Setelah beberapa menit, semua orang berdiri menyambut mempelai perempuan. Ryder berbalik ke arah pintu, melihat gaun biru yang menyejukkan mata. Nafasnya tercekat, senyum indah di wajah Freya membuat Ryder terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun. Perempuan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status