Share

Bab 6 || Pertemuan Ryder dan Pria Misterius

Ryder berjalan menuju norman dan membantunya berdiri. Norman mengikatkan kain ke kakinya yang berdarah. Berkat Ryder, para perampok itu bisa ditangkap dengan mudah. Norman mendapatkan banyak luka, tetapi Ryder tidak mendapat luka sedikit. Mata norman tertuju pada kedua pedang di tangan Ryder. Pedang yang tampak biasa saja, namun sangat kuat hingga bisa menebas bongkahan batu besar.

"Kau membeli pedang baru rupanya?" sahut Norman.

"Benar, aku lebih suka menggunakan dua pedang sekaligus," balas Ryder.

"Kau memang hebat Ryder." Bangga Norman.

"Aku hanya murid biasa, kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lagi Norman." Pamit Ryder.

Norman melambaikan tangannya, seorang pria yang dia tolong dulu telah menjadi orang yang paling berbakat. Melihat Ryder pergi, Freya bergegas berdiri dan mengikutinya.

Ryder berjalan begitu cepat, dia sama sekali tidak peduli dengan Freya yang sedang kesakitan. Sesampainya di gerbang akademi, Ryder berhenti dan menatap Freya dingin. Ryder mendekatkan wajahnya dan berbisik.

"Aku tidak ingin orang lain di akademi tahu tentang insiden tadi, aku harap kau menutup mulutmu," bisik Ryder.

"Ba-baik," ucap Freya gugup.

Tanpa berpikir panjang, Ryder dengan cepat pergi ke asrama, meninggalkan Freya yang masih berdiri di depan gerbang akademi. 

Seperti biasa Ryder selalu membaca buku sebelum beranjak untuk tidur, malam yang begitu sepi. Ryder sesekali mengetuk meja sambil membuka setiap lembar buku yang dibacanya.

Seseorang berdiri di luar jendela kamar Ryder, dengan cepat Ryder menutup bukunya dan berjalan menuju jendela.

"Siapa kamu?" tanya Ryder.

Sosok hitam yang memiliki badan seperti pria kekar, Ryder melihat dengan saksama namun tidak mengetahui siapa orang yang berdiri di hadapannya.

"Ryder, kita akan segera bertemu," lirih pria itu lalu menghilang dari pandangan Ryder.

Mendengar suara pria itu, Ryder merasa sekujur tubuhnya membeku. Suara itu memberikan sensasi tekanan yang luar biasa, membuat Ryder kaku. 

"Mengapa setiap hari di akademi ini makin menakutkan saja," gumam Ryder.

Ryder masuk ke kamarnya, mencoba melupakan kejadian tadi namun masih saja suara itu terekam dengan jelas di kepalanya.

"Lebih baik aku tidur," gumam Ryder lagi dan tertidur pulas.

Keesokan harinya, matahari yang begitu cerah menyambut para siswa akademi. Hari ini para siswa kelas petarung akan mengadakan duel secara acak. Tampak dari jauh, Ryder merasakan tatapan tajam dari setiap siswa yang ingin menantangnya.

"Ryder, sepertinya kita harus memulai duel yang pertama sekarang," ucap Pria tinggi dan kekar.

"Siapa kamu?" tanya Ryder.

"Aku Daren, Penyihir terkuat nomor 2 di akademi," jawab Daren.

"Bukankah kita menggunakan alat untuk bertarung di kelas petarung? mengapa ada penyihir di sini," jalas Ryder dingin.

"Cukup murid-murid, kembali ke barisan kalian. Kita akan mengacak nama lawan kali masing-masing," sela Damian.

Ryder dan Daren segera mundur ke barisannya. Kelas petarung dan penyihir di gabungkan untuk melihat potensi para murid akademi. Damian sebagai guru kelas petarung, sangat suka menantang Zack yang merupakan guru dari kelas sihir. Hal itu lah yang membuat para murid kelas petarung dan sihir menjadi kelas gabungan untuk beberapa bulan. 

"Damian, aku tidak ingin melihat muridmu terbaring lemah karena muridku yang hebat-hebat ini," ejek Zack.

"Aku tidak khawatir dengan luka mereka, tetapi yang aku khawatirkan adalah kau malu di depan mereka semua," balas Damian.

Zack yang emosi mendengar balasan Damian dengan cepat menembakkan batu kerikil kecil ke arah Damian, namun Damian lebih cepat sehingga mampu menghindarinya.

"Kalian berdua, hentikan pertengkaran bodoh kalian sekarang," teriak Alice.

"Baiklah," sahut Damian dan Zack bersamaan.

Alice merupakan guru dari kelas penyihir yang sangat disiplin, tak ada setitik cela pun saat dia menganalisis sebuah pertarungan. Zack dan Damian membagikan kertas yang berisi nomor pada para murid akademi.

"Cepat buka, dan temukan pasangan nomor kalian lalu melapor pada guru Alice," teriak Zack.

Semua murid berhamburan ke sana kemari mencari lawan duel mereka. Ryder yang mendapatkan nomor 7 mengangkat kertasnya ke atas agar memudahkan untuk lawannya melihat. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya lawan Ryder pun maju ke depan Ryder. Lawannya adalah Daren, sepertinya pria itu sangat menantikan duel dengan Ryder hingga harus menyerang siswa lain yang mendapatkan nomor yang sama dengan Ryder.

"Akhirnya kita bisa memulai duel ini," tekan Daren.

"Wooh, bersabarlah kawan kalian harus menunggu giliran. Jadi jangan membuat keributan lagi," perintah Zack.

"Baiklah, pertarungan akan dimulai sekarang," teriak Alice.

Seluruh siswa bersorak semangat, mereka telah menantikan untuk menunjukkan kemampuan mereka masing-masing.

"Freya, apa kamu baik-baik saja?" tanya Evan.

"Aku baik-baik saja," jawab Freya.

Dari jauh, Ryder melihat Evan terus mengajak Freya mengobrol. Ryder tak menyangka, Evan baik kepada semua orang.

Di sisi lain, Freya terus menahan sakit luka di pundaknya akibat pertarungan dengan perampok. 

"Aku tidak boleh lemah," lirih Freya.

Pertarungan demi pertarungan telah usai, sejauh ini Ryder berharap banyak dari kelas petarung. Freya yang masih terluka maju ke depan, bersamaan dengan perempuan yang membuat Ryder berdiri karena terkejut.

"Natalia," lirih Ryder.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status