Fang melanjutkan perjalanannya, tujuannya saat ini adalah mengunjungi ibukota Kekaisaran Yang dan menetap di sana, sebab ia telah membuat janji di temu di kota itu. Fang memilih jalur udara untuk mempersingkat waktu perjalanannya sekaligus menghindari masalah yang kemungkinan akan datang jika ia menempuh jalur darat.
Pemuda itu menghentikan langkahnya, ketika matanya bisa melihat ibukota dari kejauhan. Menghela napas berat, Fang memutuskan untuk mengubah jalur perjalanannya dari darat supaya menghindari masalah yang dapat ditimbulkan nantinya.
Meskipun tidak menggunakan jalur udara lagi, namun langkah Fang terbilang cepat karena ia menggunakan teknik Sihir Ruang dan Waktu yang bisa menghilang dari satu tempat ke tempat lain. Akan tetapi, ia memilih untuk tidak terlalu sering menggunakan teknik tersebut karena menguras qi terlalu banyak.
Setibanya di depan pintu masuk ibukota, Fang menghentikan langkahnya, lalu mendongakkan kepala ke atas, memandangi langit ya
Untuk saat ini saya hanya bisa menulis dikala waktu senggang. Setelah menyelesaikan tulisan dan revisi, maka saya akan mempostingnya. Jadi, tidak ada jadwal khusus untuk update. Kuharap kalian bisa memakluminya karena saat ini saya sedang disibukkan dengan pengerjaan skripsi. Mohon doanya, semoga urusan saya bisa dipermudahkan. Terima kasih
Seorang pria setengah baya datang bersama penjaga pintu masuk penginapan dengan memasang wajah kesal karena sebelumnya ia diberikan kabar bahwa ada seseorang pria yang ingin memesan kamar tetapi tidak mau memberikan identitasnya, padahal itu merupakan syarat mutlak untuk memasuki tempat itu."Mana or …" Belum sempat pria setengah baya itu menyelesaikan ucapannya, ia dikejutkan sampai tidak dapat berkata lebih jauh. Bukan karena melihat sesosok hantu atau binatang buas yang siap menerkam, melainkan karena merasakan aura yang ditampilkan seseorang yang mengenakan topeng di hadapannya.Sesosok itu tersenyum lebar, tetapi senyumannya itulah yang menyebarkan ketakutan mendalam. Bulu kuduk pria setengah baya itu merinding karenanya dan membuatnya meningkatkan kewaspadaan. Tidak ingin membuat kesalahan, pria itu pun bersikap dengan hati-hati."Perkenalkan namaku Fen Heng, manajer di penginapan ini." Pria setengah baya itu memperkenalkan dirinya dengan nada renda
Manajer Fen kembali ke ruangannya dengan memasang wajah sumringah, setelah mendapatkan sekantong uang dari Fang. Pria setengah baya itu duduk di kursi kerjanya sambil membuka kantong hitam tersebut dan menghitungnya kepingan emas di dalamnya.Manajer Fen tertawa dengan keras ketika mendapati kepingan emas itu berjumlah tepat seratus buah. "Aku kaya … aku kaya!"Tawanya hanya berlangsung sejenak karena pria setengah baya itu teringat akan sesuatu, yang mana pada tiga tahun lalu setelah adanya upaya percobaan pembunuhan terhadap Kaisar Li, pemimpin nomor satu di Kekaisaran Yang itu segera memerintahkan beberapa bawahannya untuk mencari jejak keberadaan Fang.Sementara pengikut lainnya ditugaskan untuk menempati beberapa posisi penting yang tersebar di seluruh Kekaisaran Yang. Dan, manajer Fen salah satu bawahan Kaisar Li yang ditugaskan untuk menjadi penguasa di penginapan terbesar yang ada di ibukota Kekaisaran.Tentunya hal itu diharapkan dapat mem
Fang menolehkan kepalanya ke arah kiri saat mendengar suara langkah kaki, dan menemukan suara tersebut berasal dari anggota Partai Pengemis. Fang mengenalinya dari pakaian yang dikenakan, juga sebuah kantong kain yang memiliki lima warna.Sementara pengemis itu berdecak kagum saat melihat Fang menolehkan pandangan ke arahnya. Pengemis tersebut meyakini bahwa Fang mengetahui kedatangannya, padahal jaraknya masih sekitar seratus meter darinya."Tuan Muda Fang memang seperti yang dirumorkan," ucap pengemis kagum. Belakangan diketahui dirinya bernama Lei Jiao, yang merupakan salah satu tetua Kelompok Partai Pengemis dan bertugas memimpin rombongan di ibukota Kekaisaran Yang.Pengemis yang berusia sekitar setengah abad itu kemudian mengingat kembali beberapa jam sebelumnya. Tetua Lei Jiao sedang beristirahat saat salah satu bawahannya menemuinya dengan tergesa-gesa. Melihat ada yang tidak beres, tetua Lei Jiao pun menanyakannya."Ada apa? Kenapa kau berjalan d
Informasi pertama yang dibawakan oleh tetua Lei Jiao adalah kabar tentang perkembangan Aliansi Pejuang Kebenaran, yang mana patriak Shen Wang selaku pemimpin kelompok tersebut sudah berhasil menyatukan banyak sekte-sekte besar, menengah maupun kecil ke dalam perkumpulan itu. Tak hanya itu, patriak Shen Wang juga berhasil meyakinkan Kaisar Li bahwa mereka membentuk Aliansi Pejuang Kebenaran untuk menangkap Fang. Pemuda itu mengangguk paham, karena dirinya sudah menduga hal tersebut akan terjadi. Tetapi itu tidak membuatnya takut, karena sebenarnya Patriak Shen bekerja sama dengan Fang. Begitupula dengan Kelompok Partai Pengemis, mereka juga menjalin hubungan kerjasama secara diam-diam dengan Sekte Pedang Surgawi. Pertikaian antara Patriak Shen dan Patriak Huoyan pada saat pertemuan Aliansi Pejuang Kebenaran tiga tahun lalu merupakan konspirasi yang telah mereka buat untuk menyamarkan kerjasama kedua belah pihak. Hal ini dilakukan agar Kaisar Li dan Kelompok Gagak Pemb
Tetua Lei Jiao menjelaskan pesan terakhir yang disampaikan oleh Patriak Huoyan untuk Fang, yang mengatakan bahwa pemimpin Kelompok Partai Pengemis itu akan mengunjungi Fang beberapa hari ke depan untuk membicarakan hal yang penting, "Untuk itu … Patriak meminta Tuan Muda menunggu di ibukota ini. Patriak akan menemui Anda dengan cara menyamar agar tidak terlalu menarik perhatian."Mendengar itu, Fang mengangguk paham dan mengatakan akan menunggu kedatangan saudara angkatnya tersebut. Berpikir sejenak, kemudian Fang mengatakan sesuatu. "Tetua Lei, setelah Anda meninggalkan tempat ini, tolong berikan gulungan kertas ini kepada anggota Sekte Pedang Surgawi dan minta mereka memberikannya kepada Patriak Shen." Bersamaan dengan itu, Fang mengeluarkan sebuah gulungan kertas yang tersampul rapi dari Gelang Semesta yang memang telah ia siapkan sebelumnya."Hamba mengerti, Tuan Muda." Tetua Lei mengangguk pelan dan menerima gulungan kertas tersebut.Merasa tidak ada
Seminggu telah berlalu semenjak pertemuannya dengan Patriak Shen dan Huoyan, Fang masih menetap di ibukota Kekaisaran. Hal itu disebabkan karena pada pertemuan sebelumnya, Fang diberitahukan bahwa beberapa hari ke depan istana akan mengadakan sebuah pesta besar, guna memperingati kematian Kaisar sebelum, Li Guan beserta permaisuri juga anaknya.Awalnya Fang tidak begitu tertarik dengan pesta tersebut karena dia mengetahui Li Guan, ayahnya masih hidup, tetapi setelah mendengar rencana dari Patriak Shen dan Huoyan membuat Fang tidak sabar menunggu pesta itu. Fang kemudian mengingat kembali ucapan dari Patriak Shen dan Huoyan beberapa hari yang lalu."Keponakan Fang, ini saat yang tepat untuk kita membebaskan Saudara Li Guan. Pada saat pesta berlangsung, pasti Yang Mulia Kaisar Li Ning akan melakukan beberapa ritual dan tentunya para pengikutnya juga tamu undangan akan melakukan hal yang sama. Saat inilah kita bisa menyelinap dan menyelamatkan Saudara Li Guan." Patriak Sh
Li Jianchen sedang bersama Shen Long dan Lan Xuefeng serta Lily juga Shushu, membantu para pelayan juga prajurit istana menyiapkan acara peringatan hari kematian keluarga Kaisar terdahulu, Li Guan. Putra mahkota itu sangat bersemangat karena Li Guan merupakan sosok yang ia kagumi selama ini, meskipun tak pernah bertemu atau bertatap muka dengannya, namun Kakak dari ayahnya tersebut sudah menjadi sosok yang penting dalam perkembangan kehidupan Li Jianchen."Senior Shen, bagaimana menurutmu tentang acara peringatan ini?" Li Jianchen menoleh ke arah Shen Long yang berada di sampingnya."Mendiang Yang Mulia Kaisar terdahulu merupakan sosok yang melegenda, namanya begitu harum di tengah penduduk Kekaisaran Yang. Meskipun belum pernah bertemu dengannya dalam kehidupan ini, namun Mendiang Kaisar Li Guan begitu banyak menginspirasi. Pemimpin seperti beliau merupakan sosok yang sangat dicari dan pantas untuk dikagumi. Dengan adanya acara peringatan seperti ini, maka rakyat Keka
Sehari sebelum dilangsungkannya acara peringatan hari kematian keluarga Kaisar terdahulu, Li Guan, banyak perwakilan sekte-sekte yang telah tiba di istana. Kelompok pertama kali tiba adalah perwakilan dari Sekte Tiga Tombak, yang langsung diwakili oleh Patriak mereka sendiri, Lu Han bersama sang anak, Lu Bei dan beberapa tetua lainnya.Melihat itu, Li Jianchen, Lan Xuefeng dan Shen Long menyambut kedatangan mereka dengan baik. Senyuman ramah terpancar di wajah ketiganya."Patriak Lu, silahkan masuk," ajak Li Jianchen sambil memberikan penghormatan."Terima kasih, pangeran mahkota," balas Patriak Lu juga memberi hormat dan segera melangkah memasuki istana. Meskipun Li Jianchen berasal dari generasi muda, tetapi dia adalah putra mahkota yang memiliki kedudukan tinggi. Jadi, sudah sepantasnya Li Jianchen mendapatkan penghormatan yang sedemikian rupa.Lu Bei membiarkan ayahnya dan para tetua Sekte Tiga Tombak memasuki istana, sementara dirinya sendiri memilih