Share

Kotoran Kelelawar Bahan ejekan

Bersama dengan Boneng, Rangga menyewa sebuah pedati kecil yang ditarik seekor sapi untuk menuju ke goa Lowo yang ia maksud; agak jauh dari desa itu menuju ke selatan di daerah pegunungan. Rangga juga membeli banyak karung dan juga membawa cangkul untuk dibawa ke goa itu.

Akhirnya mereka tiba juga di sana. Goa itu benar-benar bau sampai tak ada yang mau pergi ke sana sebab di sana merupakan sarang kelelawar dan juga sarang ular.

Tak perlu masuk terlalu jauh ke dalam sana. Menakutkan memang jika hanya berdua saja. Namun di mulut goa itu mereka bisa mendapatkan banyak sekali kotoran kelelawar yang telah menghitam.

Sampai sore tiba, mereka berhasil mengisi belasan karung yang mereka bawa itu dengan kotoran. Selebihnya, Rangga membawa semua kotoran itu ke rumahnya; meletakkannya di pekarangan samping rumah.

“Mana bayarannya!” Boneng menagih setelah ia meletakkan karung terakhir yang ia angkat dari pedati.

“Ini! Sesuai janjiku!” Rangga memberikan enam keping perak untuk Boneng. “Besok pagi lagi. Ajak saja siapa yang mau ikut!” kata Rangga.

“Beres. Asalkan bayarannya 6 perak, pasti banyak yang mau meski di sana sangat bau dan susah bernafas! Sebenarnya untuk apa kotoran itu? Pupuk di ladangmu?” tanya Boneng.

“Tentu saja untuk aku jual lagi!” kata Rangga.

“Hah! Dasar gila! Siapa yang mau membelinya! Tapi terserah kau saja. Yang penting kau membayarku! Mau sampai goa itu bersih juga aku kerjakan!” kata Boneng. Setelah itu ia pergi sambil mengembalikan pedati yang dipinjam dari tetangganya.

Citra keluar dari rumah untuk menyambut Rangga.

“Astaga… kangmas bau sekali… apa itu yang diwadahi karung?” tanya Citra.

“Jangan dekat-dekat dulu. Aku mau ke belakang lewat samping. Itu kotoran kelelawar yang hendak aku jual jika sudah terkumpul banyak!” kata Rangga.

“Kotoran kelelawar?” ucap Citra heran. Ia semakin bingung dengan jalan pikiran suaminya. Sungguh nyleneh.

“Nanti aku jelaskan. Sekarang tolong siapkan baju bersih untukku dan bawalah ke kamar mandi…” kata Rangga.

“E—baik, Kangmas…” kata Citra.

Rangga tak mau terlihat buruk di depan istrinya. Tubuhnya sangat kotor dan bau. Maka ia segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

“Kangmas… bajumu aku taruh di mana?” ujar Citra.

“Terserah nimas saja… kau bawakan sampai ke dalam juga boleh…” goda Rangga.

Citra tentu saja malu jika mengantar pakaian itu sampai ke dalam dan melihat suaminya mandi. Ya, ia masih malu pastinya sebab rasa-rasanya, pernikahan itu baru saja dimulai kembali dan mereka belum pernah sekalipun saling melihat dalam keadaan tanpa busana.

“Ndak mau. Aku taruh di dekat pintu… aku siapkan makanan untukmu, Kangmas… jika butuh apa-apa, panggil aku…” kata Citra.

“Aku membutuhkanmu, Nimasku… aku mencintaimu…” goda Rangga dari dalam kamar mandi.

“Kangmas! Jangan buat aku malu. Sudah ah, aku ke dapur saja!” kata Citra berlalu meninggalkan kamar mandi sambil senyum-senyum sendiri.

Rangga mengguyur kembali tubuhnya. Andai Citra tidak sedang datang bulan, ia pun ingin menarik istrinya itu dan mengajaknya mandi berdua.

***

Rangga bangun pagi-pagi sekali dan duduk sambil minum teh hangat untuk menunggu Boneng datang. Citra menemaninya. Semalam itu Rangga tak bercerita banyak sebab setelah makan sang suami yang agak ‘hilang ingatan’ itu terlelap pulas karena kelelahan.

“Jadi siapa yang mau beli, Kangmas?” tanya Citra.

“Ada. Tapi jangan mengatakan hal ini kepada yang lain. Aku ingin menghabiskan dulu semua kotoran kelelawar di sana, sebab jika sudah laku, yang lain pun pasti ikut-ikutan!” kata Rangga.

“Lha iya… tapi siapa yang mau beli?” tanya Citra.

“Saudagar dari negri utara. Mereka berani membayar mahal untuk tiap karung kotoran itu. Lima keping emas setiap karungnya. Mungkin bisa lebih!” kata Rangga.

Citra gelisah, sejujurnya. Dalam benaknya, ia yakin jika Rangga seperti tidak baik-baik saja; semacam kenthir alias gila.

“Aku tahu kau bingung, Nimasku sayang. Tapi percayalah, aku baik-baik saja dan kau tak perlu pusing bagaimana aku mencari uang,” kata Rangga.

Citra mengangguk dan memaksakan diri untuk tersenyum meski sejujurnya ia cemas. Namun setidaknya, Rangga sudah berusaha bekerja, seaneh apapun idenya, semua tetap jauh lebih baik daripada dia hanya berjudi dan mabuk-mabukan.

Empat hari kemudian, Rangga, Boneng dan beberapa teman boneng yang membantu akhirnya bisa mengeruk seluruh kotoran kelelawar di goa itu. Sebenarnya masih ada jauh di dalam sana. Namun mereka semua takut sebab semakin ke dalam, mereka semakin melihat hal yang aneh-aneh.

Bahkan, mereka menemukan kulit ular yang benar-benar besar sehingga mereka memutuskan untuk berhenti saja.

Kini tumpukan kotoran kelelawar itu benar-benar menggunung di samping rumah Rangga dan semua kotoran itu menjadi bahan bagus bagi setiap orang untuk mengolok-olok Rangga.

Setiap hari, setiap waktu di mana Rangga bertemu orang, mereka pasti selalu menyindir soal kotoran itu.

Kadang beberapa teman Rangga sengaja datang untuk melihat langsung kotoran itu dan lagi-lagi mereka menertawakan Rangga. Sebenarnya tujuan mereka datang hanyalah untuk sekadar melihat betapa cantik dan moleknya istri Rangga.

“Kangmas, aku sedih semua orang mengolok-olokmu…” kata Citra petang itu.

“Biarkan saja, Nimasku…” kata Rangga.

“Kapan Kangmas menjual kotoran itu? Semakin lama baunya semakin menempel sampai masuk ke dalam rumah…” kata Citra.

“Bersabarlah. Beberapa hari lagi pasti akan ada rombongan saudagar asing yang akan lewat sini dan mampir di pasar. Saat itulah aku akan menjual kotoran ini kepadanya!” kata Rangga.

“Semoga laku, Kangmas. Berapapun itu daripada hanya menumpuk dan bau. Melihatmu berusaha sampai seperti ini aku sudah sangat bahagia…” kata Citra.

“Aku lebih bahagia lagi saat mendengar kau mengatakan jika kau bahagia. Ngomong-ngomong, apakah datang bulannya sudah selesai? Bagaimana jika malam ini aku membuatmu menjadi wanita sejati yang merasakan kebahagiaan yang sebenarnya?” ujar Rangga. Ia cukup kebelet sebenarnya. Tapi ia tidak tahu apakah istrinya sudah selesai dengan hajat bulanannya atau belum.

Citra tersipu dan menunduk malu-malu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
amelia
lanjutkan cak...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status