Share

Bab 5 Ling De dan Wu Mei

“Apa sebenarnya yang kau pikirkan?!”

Suara menggelegar terdengar bergema di halaman nona kedua keluarga Ling; Ya, halaman tempat tinggal Ling Huang.

“Meninju cermin? Gadis macam apa kau ini, hah?!” bentak seorang pria dengan setengah rambutnya diangkat ke atas, menyisakan helaian rambut yang membingkai wajah tampannya. Dari pakaian yang dia kenakan, terlihat bahwa pria tersebut merupakan seorang terhormat.

Di sebelah pria itu, berdiri seorang wanita rupawan yang memasang senyum lembut. “Ling De, tenanglah. Jelas terjadi sesuatu yang membuat adikmu tidak bisa mengendalikan emosi. Bukan begitu, Ling Huang?” tanya wanita tersebut sembari menatap gadis yang sedang terduduk di pinggir tempat tidur.

Ling Huang terdiam, membalas tatapan wanita di hadapannya dengan wajah datar. Tanpa ada yang tahu, gelombang emosi dan hasrat membunuh sedang bergulir di dalam hatinya.

Wu Mei,’ Ling Huang menyebut nama wanita tersebut dalam hati. ‘Wanita yang menjebak Ayah di rumah hiburan; ibu dari Ling Xian,’ jelasnya lagi, menekankan kembali status wanita tersebut untuk mengekspresikan kebencian dalam hatinya.

Melihat Ling Huang menatapnya begitu lama tanpa berkedip, tubuh Wu Mei bergidik. Dia merasa ada yang salah dan memutuskan untuk mengulangi panggilannya, “Ling Huang?”

Ling Huang mengalihkan pandangannya kepada pria yang berdiri tidak jauh di sebelah Wu Mei, sengaja mengabaikan ucapan wanita tersebut. “Kakak,” panggilnya.

Benar, pria bernama Ling De itu adalah kakak pertama dari Ling Huang, juga menteri pertahanan Kekaisaran Liang.

Di kehidupan lalu, Ling De merupakan salah satu orang yang paling menentang pernikahan Ling Huang dengan Qi Moxin, terlebih ketika adik keduanya itu memutuskan untuk mendorong sang pangeran ketiga ke atas takhta. Namun, bahkan ketika dirinya berdiri di partai oposisi, di saat terpenting Ling De tetap berusaha yang terbaik untuk melindungi Ling Huang.

Mata Ling Huang berubah menjadi sangat lembut, dan dia pun berkata, “Aku minta maaf.”

Ling De sedikit terkejut dengan balasan tenang adiknya. ‘Maaf?’ Alis pria itu menekuk tajam, bingung dengan sikap Ling Huang. ‘Biasanya dia akan langsung membantah dan bersikeras membela diri, apa yang merasuki dirinya hari ini?

Mengira ada ketegangan di antara kedua saudara itu, Wu Mei pun menengahi, “Sudah, sudah. Yang terpenting adalah Ling Huang baik-baik saja.” Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh tangan Ling Huang. “Sekarang, kita harus segera bersiap untuk—”

Ucapan Wu Mei terhenti ketika Ling Huang menarik tangan menjauh dari sentuhannya. Hal tersebut membuat wanita itu menunjukkan raut wajah tidak suka. ‘Apa-apaan?! Beraninya gadis busuk ini bersikap seperti ini!’ Namun, dia dengan cepat mengubah wajahnya agar kembali tersenyum. “Ling Huang, ada apa? Kenapa kau—”

“Ayah akan tiba ke ibu kota hari ini, kita akan menyambutnya, bukan?” potong Ling Huang seraya berdiri dan menatap kakaknya. “Aku harus bersiap.”

Wu Mei terdiam di tempat, bingung harus mengatakan apa. Dirinya diperlakukan bak angin oleh Ling Huang, seakan tak benar-benar ada!

Ling De yang masih merasa kesal dengan kecerobohan adiknya menghela napas. Dia pun memutuskan untuk mengalah, “Pastikan untuk menutupi lukamu itu nanti. Jangan buat Ayah khawatir di hari pertama dia kembali ke ibu kota.”

Ling Huang memberi hormat kepada Ling De sebagai balasan. “Aku mengerti, Kakak.”

Melihat Ling De mulai berjalan pergi, Wu Mei langsung berujar, “Aku akan membantumu untuk—”

“Tidak,” potong Ling Huang. Dia tahu bahwa Wu Mei berniat untuk membantunya merias diri, dan dia tidak menginginkan hal tersebut. “Terima kasih atas niat baik Yiniang [1], tapi aku bisa sendiri.”

Selama sesaat, Wu Mei membeku di tempat. Kemudian, dia tersenyum dengan begitu lembut. “Ling Huang, kau tidak pernah merias dirimu sendiri, bagaimana kalau nanti ada yang kurang cocok?”

Ekspresi Ling Huang tetap datar, tapi rahangnya mengeras seiring dirinya berkata, “Zhen Zhen ada di sini untuk membantuku. Sebagai pelayan yang ditempatkan oleh Ibu untukku, aku yakin bahwa dia memiliki kemampuan yang cukup untuk meriasku. Atau mungkin, Yiniang meragukan pilihan Ibu?”

Ling De yang sedang berjalan meninggalkan ruangan segera menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke belakang dan menatap adiknya dengan mata terkejut. ‘Ling Huang … baru saja menekan Wu Yiniang dengan … mengungkit Ibu?

Tidak biasa! Sungguh kejadian yang tidak biasa!

Hubungan Wu Mei dan Ling Huang biasanya begitu baik, gadis itu memperlakukan sang ibu tiri layaknya seorang ibu kandung—sesuatu yang jelas tidak begitu Ling De sukai. Akan tetapi, hari ini tidak hanya dia menolak tawaran wanita itu, dia juga menggunakan mendiang ibu kandungnya untuk menghentikan tindakan Wu Mei!

Tak enak bila terus memaksa, Wu Mei pun langsung membalas, “A-ah, baiklah!” Dia melirik Zhen Zhen dan berkata, “Zhen Zhen, persiapkan nonamu dengan baik.”

“Sudah kewajibanku, Wu Yiniang,” balas Zhen Zhen dengan sopan. Namun, sebenarnya ada makna lain dalam ucapannya, ‘Tidak perlu kau katakan, aku juga tahu.

Ketika semua orang telah keluar, Wu Mei menoleh dan menatap pintu yang telah ditutup dengan wajah bingung. ‘Biasanya gadis itu akan memintaku untuk meriasnya, kenapa tidak dengan hari ini?’ Dia mendecakkan lidah sembari melanjutkan langkahnya. ‘Aku kehilangan kesempatan untuk membuatnya terlihat lebih buruk dibandingkan Xian’er [2]!

Sementara itu, di dalam ruangannya, wajah Zhen Zhen yang tadi begitu datar dan sopan langsung berubah kegirangan. “Nona!” serunya dengan setengah berbisik. “Apa akhirnya kau mendengar saranku untuk menjauhi Wu Yiniang?!” Dia terlihat begitu bersemangat.

Ucapan Zhen Zhen membuat Ling Huang tersenyum. Memang benar, sedari dulu Zhen Zhen selalu memperingatkannya perihal Wu Mei dan Ling Xian. Akan tetapi, mengatasnamakan persaudaraan dan juga kasih sayang seorang ibu yang dia rindukan, Ling Huang selalu mengabaikan peringatan pelayannya tersebut.

Dengan wajah tenang, Ling Huang membalas, “Zhen Zhen, mulai dari sekarang, awasi gerak-gerik Wu Yiniang dan Ling Xian.” Dia mendudukkan diri di meja rias dan berkata, “Hanya dengan izinku baru mereka boleh menginjakkan kaki di halaman ini.” Maniknya yang berwarna sehitam malam memancarkan api membara. ‘Mari kita mulai permainannya.

___

[1] Yiniang: panggilan ‘ibu’ untuk selir sang ayah.

[2] Xian’er: panggilan intim untuk Ling Xian. (Nama + er: panggilan yang terdengar lebih intim. Bisa digunakan untuk kekasih, saudara, atau anak.)

___

A/N: Hellow, ada tanggapan setelah baca sejauh ini? Really wanna know! Berkomunikasilah, wahai para manusia maya!

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Joice Erica Chandra
ceritanya menarik, penasaran dengan kelanjutannya, lanjut baca lagi....
goodnovel comment avatar
Wahyudi Zark
asik bnget ditunggu updatenya kak
goodnovel comment avatar
kimmy ara
update kilat wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status