Share

Bab 3 Ling Xian dan Qi Moxin

Ucapan Ling Xian membuat Ling Huang terkejut. ‘Restu? Setelah pengumuman besar-besaran di hadapan para pejabat negara, sekarang kau baru meminta restu?!’ teriaknya dalam hati.

Belum sempat Ling Huang melakukan apa pun, Qi Moxin segera membantu Ling Xian berdiri.“Xian’er, kau sedang mengandung, jangan—”

“Apa?!” Ling Huang terbelalak, jantungnya seakan berhenti berdetak selama satu detik. “Apa maksudmu dengan mengandung?! Kalian—” Wanita itu tak mampu menyelesaikan ucapannya, terutama setelah melihat keintiman kedua orang di hadapannya. Seluruh tubuh Ling Huang bergidik jijik, jarinya tertunjuk ke arah suami dan adiknya. “K-kalian berdua—”

Qi Moxin menatap Ling Huang dengan dingin. “Ya, Ling Xian mengandung anakku.” Dia memasang sebuah senyuman keji seraya berkata, “Lihat, bahkan dalam hal ini, dia lebih mampu dibandingkan dirimu.”

Hati Ling Huang hancur berkeping-keping, tak menyangka suaminya akan mengatakan hal yang begitu kejam. “Lebih mampu …?” Ling Huang mengulangi ucapan suaminya. “Lebih mampu katamu?!”

Qi Moxin berdiri bersama dengan Ling Xian dalam pelukannya, lalu dia membalas, “Jelas! Sudah bertahun-tahun kau bersanding di sisiku, tapi tidak pernah kau menghasilkan keturunan bagiku. Kalau tidak mampu, apa lagi itu namanya?!”

Ling Huang membeku di tempat, mematung. Dia bisa mendengar Ling Xian berkata dengan suara perhatian yang begitu dibuat-buat, “Yang Mulia, tak seharusnya kau berkata demikian kepada Kakak. Bukan keinginannya untuk tidak berkemampuan sebagai seorang wanita ….” Ada ejekan tersembunyi dalam kalimat yang dia ucapkan.

“He he,” suara tawa itu mengalihkan perhatian Qi Moxin dan Ling Xian.

Dengan alis bertaut, Qi Moxin menatap jijik ke arah Ling Huang. “Apa dia akhirnya kehilangan kewarasannya?” dengus pria tersebut.

Tawa Ling Huang mendadak berhenti. Dia menatap Qi Moxin dengan dingin, lalu berucap, “Tak kusangka bahwa Kaisar Qi Moxin yang terhormat ternyata hanya seseorang tanpa akal sehat.”

“Apa katamu?!” bentak Qi Moxin dengan wajah marah.

“Selain di malam pertama, kapan kau pernah menyentuh diriku?” tanya Ling Huang. “Tidak pernah sekali pun, terlebih karena aku sibuk menjatuhkan musuh untukmu!” Senyuman di bibirnya terlihat pahit. “Lalu, bagaimana mungkin aku mampu membawakan keturunan bagimu?!” Manik hitamnya melirik Ling Xian. “Sekarang akhirnya aku tahu, ternyata kau menghabiskan waktumu dengan seorang jal*ng.”

“Tutup mulutmu!” bentak Qi Moxin. “Ling Xian adalah adikmu!”

Ling Xian memandang Ling Huang dengan mata berkaca-kaca. “Kakak, bagaimana mungkin kau tega—"

“Diam kau!” balas Ling Huang dengan mata yang diselimuti api kebencian.

Sedari dulu, Ling Xian memang sering berkunjung ke kediaman Ling Huang dan Qi Moxin. Ling Huang mengira bahwa adik manisnya itu berkunjung untuk menemui dirinya, rindu dengan kedekatan mereka sebelum dirinya menikah. Namun, seharusnya Ling Huang sadar bahwa ada yang salah, terutama karena sering kali Ling Xian berkunjung ketika dirinya tak ada di kediaman.

Sekarang, setelah dia tahu mengenai kebenarannya, semuanya sudah terlambat.

“Bertahun-tahun aku menjadi seorang bodoh, tapi aku tidak akan lagi membiarkan kalian membodohiku!” Ling Huang melanjutkan seraya menatap Ling Xian dengan penuh kebencian, “Berbicara tega, harusnya aku yang bertanya padamu, teganya kau menggoda suamiku? Apa ini tabiat asli sang bunga kekaisaran?! Apa bedanya dirimu dengan seorang wanita di rumah hiburan?!”

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Ling Huang, membuat wanita itu terpelanting ke lantai. Dia meringis, merasakan luka-luka pada tubuhnya kembali terbuka.

Panas pada wajah membuat Ling Huang menggertakkan gigi, lalu dia memandang kembali orang yang mendaratkan tamparan tersebut. “Qi Moxin … kau menamparku?” Dari kerasnya tamparan yang dia terima, wanita itu tahu bahwa suaminya tidak menahan diri sedikit pun.

Mungkin, pria tersebut bahkan telah menunggu lama untuk melakukan hal itu.

Qi Moxin menatap dingin ke arah Ling Huang, lalu dia berseru lantang, “Penjaga! Kurung wanita ini!” Matanya memancarkan api kebencian yang membara. “Jangan biarkan dia keluar dari Istana Dingin satu langkah pun!”

Ling Huang mengepalkan tangannya dengan kuat, ingin sekali dia menarik pedang dan menebas kedua pengkhianat di depannya. Akan tetapi, dengan kondisinya sekarang, hanya kematian yang akan menyambutnya, terutama karena kedudukan Qi Moxin yang merupakan seorang kaisar.

Untuk sekarang, hanya mengalah yang bisa wanita itu lakukan.

Begitu dua prajurit mendekati dirinya, Ling Huang menepiskan tangan mereka dan berdiri dengan susah payah. “Aku bisa jalan sendiri!”

Dua bulan berlalu dalam sekejap mata, dan terkurung di Istana Dingin merupakan situasi yang cukup menyiksa bagi Ling Huang. Kalau bukan karena kekuatan yang masih dimiliki keluarganya, wanita tersebut tidak mungkin bisa bertahan hidup selama itu, terutama karena Qi Moxin dengan tega melarang para pelayan dan kasim istana untuk mengirimkan makanan.

“Putri, Menteri Ling sedang berusaha untuk mengeluarkanmu dari sini. Bertahanlah,” ujar Zhen Zhen yang selalu datang seminggu sekali untuk mengirimkan barang-barang keperluan majikannya.

Ling Huang meraih sepotong roti kukus sembari menganggukkan kepalanya. “Sampaikan kepada Kakak Pertama perihal terima kasihku,” jawabnya singkat.

Melihat Ling Huang berubah menjadi begitu kurus, Zhen Zhen merasa hatinya pedih. “Putri, kau memiliki kemampuan untuk pergi, kenapa tidak kau lakukan itu?”

Mendengar pertanyaan Zhen Zhen, Ling Huang yang baru saja akan menggigit roti di tangannya membeku. Wanita itu menutup matanya, lalu menjawab, “Aku sedang menunggu.”

“Menunggu apa lagi, Putri?!” tanya Zhen Zhen dengan gemas. “Kaisar bukan lagi pria yang sama! Kekuasaan telah mengubahnya! Menunggu bukanlah cara yang baik, kau harus segera membuat pilihan!”

Ling Huang menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, “Kau tidak mengerti, Zhen Zhen. Tidak semudah itu.”

Ling Huang sadar bahwa situasinya telah mencapai titik terburuk. Kekuasaan keluarganya jelas jauh berkurang karena sebagian besar prajurit telah gugur untuk membantu Qi Moxin naik ke atas takhta. Di sisi lain, tidak akan ada dari para pejabat pemerintahan yang membela dirinya di hadapan sang suami, terutama karena mereka tahu sifat Ling Huang.

Para pejabat hina itu akan merasa terkekang apabila aku menjadi permaisuri, mereka akan lebih memilih memiliki wanita seperti Ling Xian karena dia tak akan ikut campur dalam pemerintahan,’ batin Ling Huang. Alisnya bertaut, menunjukkan ekspresi kesulitan. ‘Hanya orang itu yang akan mendukungku, tapi ….'

Selagi Ling Huang sibuk memikirkan sesuatu, Zhen Zhen mengepalkan tangannya, mengusir keraguan dalam hatinya sebelum berkata, “Putri, kau harus tahu bahwa Permaisuri sepertinya sedang berusaha untuk menying—”

Suara pintu yang terbanting terbuka mengejutkan Ling Huang dan Zhen Zhen. Sejumlah prajurit melangkah masuk, lalu dengan cepat menahan kedua wanita itu.

“Apa-apaan ini?!” teriak Ling Huang dengan usaha untuk memberontak. Namun, kedua prajurit yang menahannya langsung menendang bagian belakang betisnya, memaksanya jatuh berlutut. “Urgh!”

Tepat pada saat itu, Ling Huang merasakan kehadiran seseorang di hadapannya. Dia menengadah, lalu mendapati pandangan penuh kebencian dari manik cokelat tua yang begitu familier baginya.

“Qi Moxin,” panggil Ling Huang.

Qi Moxin memasang ekspresi tidak suka mendengar panggilan Ling Huang. Dirinya adalah sang kaisar, tapi wanita tersebut tak sedikit pun menghormati dirinya.

“Periksa mereka!”

Mengikuti perintah tersebut, dua prajurit yang masing-masing menahan Ling Huang dan Zhen Zhen segera melakukan pemeriksaan. Dengan tidak sopan mereka menggerayangi tubuh kedua wanita tersebut, membuat Ling Huang begitu marah.

Prajurit yang memeriksa Ling Huang terlihat memasang wajah kebingungan, lalu dia bergumam, “Tidak ada?”

Di sisi lain, Ling Huang menangkap prajurit yang memeriksa Zhen Zhen sedang menggosok ibu jari dan jari telunjuknya. Prajurit itu mendekatkan tangan ke hidung, lalu membelalak. “Yang Mulia! Pelayan ini pelakunya!” seru sang prajurit.

Selagi Ling Huang memasang wajah bingung, Qi Moxin menggertakkan giginya penuh amarah. “Tangkap dia untuk dieksekusi!”

Ucapan sang kaisar membuat Ling Huang terbelalak. “Qi Moxin! Apa-apaan ini?!” Wanita tersebut meronta, berusaha melepaskan diri dengan niatan untuk melindungi pelayannya. “Apa yang telah Zhen Zhen lakukan sehingga kau berniat menghukumnya?!”

Tidak satu detik pun Qi Moxin luangkan untuk melirik Ling Huang. Tanpa menjawab, pria itu berbalik untuk kemudian meninggalkan tempat tersebut.

“Qi Moxin!” teriak Ling Huang. Namun, dia berhenti memanggil pria itu ketika melihat sosok Zhen Zhen dibawa pergi. “Zhen Zhen! Zhen Zhen!”

“Putri ….” Suara pelayan itu terdengar lemas, seperti menahan sesuatu. Mendadak, Zhen Zhen melepaskan diri dan memeluk Ling Huang. “Permaisuri! Permaisuri adalah dalangnya!” bisik pelayan tersebut.

“Tangkap dia!” teriak sang jenderal.

Ketika dua orang prajurit mendekati dirinya, Zhen Zhen menarik lepas konde yang menyangga rambutnya. Kemudian, dia mengarahkannya ke wajah Ling Huang. “Matilah!”

Sebelum ujung tajam konde tersebut menyentuh Ling Huang, kedua prajurit dengan cepat menahan pelayan tersebut.

“Ling Huang! Keluarga Ling jatuh karena dirimu! Kau harus membayarnya dengan nyawa!” teriak Zhen Zhen berulang kali selagi dibawa pergi oleh para prajurit. “Kau harus mati!”

Di sisi lain, Qi Moxin yang melihat kejadian itu memiliki kerutan dalam pada dahinya. Manik cokelat tuanya terarah pada sosok Ling Huang yang membeku di lantai, terlihat bingung dengan perubahan sikap pelayannya.

“Pembawa sial!” geram Qi Moxin seraya berjalan pergi, meninggalkan tempat tersebut bersama para prajuritnya.

Beberapa hari setelah kejadian tersebut, barulah Ling Huang mengerti mengenai apa yang telah terjadi. Keluarga Ling telah sepenuhnya kehilangan pegangan di pemerintahan. Mengikuti hal tersebut, Ling Xian telah kehilangan janinnya, dan pelakunya … adalah Zhen Zhen.

Dusta! Itu semua dusta!’ teriak Ling Huang dalam hati.

Dengan kelicikan Ling Xian, juga petunjuk dari Zhen Zhen, Ling Huang tahu jelas bahwa adik tirinya itulah yang sudah mengakibatkan kegugurannya sendiri. Demi melindungi Ling Huang, Zhen Zhen pun terpaksa menggantikan posisi majikannya sebagai yang terfitnah!

“Untuk menyingkirkanku, kau membunuh anakmu sendiri?” ucap Ling Huang setelah menyadari semuanya. Air mata menuruni wajahnya, meratapi nasibnya. “Ling Xian, kau siluman berkulit manusia!”

Satu tahun lamanya Ling Huang tinggal di Istana Dingin. Sendirian, tanpa pelayanan yang seharusnya diterima anggota keluarga kerajaan.

Di siang hari, para pelayan istana hanya mengirimkan satu kotak berisikan dua roti keras dan juga segelas air dengan endapan di dasarnya. Di malam hari, angin dingin menjadi teman Ling Huang; pakaiannya terlalu tipis, tapi dia tidak memiliki selimut untuk melindungi dirinya.

Entah hari apa itu tepatnya, tapi Ling Huang mendapatkan sebuah kunjungan yang mengejutkan dari seseorang.

Sosok rupawan itu melangkah masuk dengan jubah keemasan dan juga mahkota kehormatannya. Dengan perhiasan mewah dan juga senyuman yang bersinar, Ling Xian menyapa saudarinya dengan begitu manis, “Kakak! Bagaimana keadaanmu?”

___

A/N: 

Ling Xian: "Kakak! Bagaimana keadaanmu?"

Me kalo jadi Ling Huang: "MENURUT LO?!" :")

Anyhow, sekalian note juga nih buat para pembaca yang sudah berkunjung sampai sini. Kalau memang suka baca karya ini, jangan lupa komentar, biar author tahu ada yang suka dan terus lanjut gituh.

Selain itu, peringatan dulu nih, jangan paksa update 2-5x sehari :") Gak akan mampu eyke, suer. Ceritanya berat nih, perlu mikir, jadi gak bisa sembarangan digas. Mohon pengertiannya, yak. Hehe

Comments (2)
goodnovel comment avatar
DeyaaDeyaa
lanjut kan
goodnovel comment avatar
kimmy ara
next kilat 10 bab sehari ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status