Share

Sang Wanita Penguasa
Sang Wanita Penguasa
Penulis: Moonbrace

Bab 1 Kematian

Catatan:

[1] Istana Dingin: tempat di mana para wanita kaisar yang melanggar peraturan istana dibuang sebagai ganjarannya.

____

Suara daging terkoyak terdengar jelas di telinga semua orang. Setiap pasang mata yang hadir di halaman Istana Dingin [1] membelalak, terkejut dengan sebilah belati yang berhasil menembus dahi satu prajurit malang di tengah kerumunan.

“Lindungi Yang Mulia!” seru seorang jenderal, menyadarkan para prajurit di bawah kuasanya untuk melindungi sang Putra Langit dari bahaya.

Ya, ‘Putra Langit’, panggilan bagi sang kaisar.

Di tengah kekacauan dan kepanikan yang terjadi, teriakan memilukan seorang wanita bisa terdengar, “Ahh!”

Para prajurit dengan cepat mengalihkan pandangan, manik mereka memandang ke arah sumber suara, yakni pintu Istana Dingin. Satu sosok wanita berpakaian lusuh terlihat berdiri di sana, sebuah pedang mencuat keluar dari tubuhnya.

Ketika pedang tersebut ditarik keluar tanpa belas kasihan, wanita itu mengerang kesakitan dan terjatuh lemas ke tanah. “Urgh!”

Pada saat itu, terlihat satu sosok wanita yang begitu rupawan berdiri tepat di belakang sang wanita lusuh. Pernak-pernik yang menggantung dari mahkotanya bergerincing selagi tangannya bergetar, memegang pedang yang ternodai darah.

“Permaisuri!” teriak sang jenderal yang berada di tengah kerumunan. “Jauhi wanita itu!”

Sadar dengan apa yang perlu dia lakukan, wanita cantik itu menjatuhkan pedang di tangannya. Dia berlari dengan kencang ke arah pria berjubah keemasan dengan mahkota bertengger di kepalanya, pria yang tak lain adalah sang kaisar.

“Yang Mulia!” sang permaisuri berteriak. Begitu dirinya mencapai sang suami, dia menangis dan menenggelamkan wajahnya ke dalam pelukan pria tersebut. “Aku sungguh takut!” Nadanya begitu menyedihkan, membuat hati para pria di tempat itu terenyuh.

“Ling Xian, kau baik-baik saja?” tanya Kaisar selagi mendekap istrinya itu. Namun, matanya kembali melirik sang wanita berpakaian lusuh dengan dingin. “Ling Huang,” geramnya. “Tak kusangka kau berniat membunuhku!”

Dengan darah yang mulai membasahi pakaiannya, Ling Huang—sang wanita berpakaian lusuh—memaksakan diri untuk menengadahkan kepalanya. Ketika melihat pasangan dengan status tertinggi di Kekaisaran Liang saling bersanding di hadapannya, ekspresi terluka terpancar dari pandangan wanita itu.

“Kau buta, Qi Moxin …,” bisik Ling Huang, merasa hatinya hancur berkeping-keping. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, wanita itu berteriak nyaring ke arah sang permaisuri, “Ling Xian! Langit menjadi saksi atas apa yang telah kau lakukan!”

Suara wanita itu terdengar memilukan dan mencekam, terlebih ketika langit mendukungnya dengan gemuruh petir yang menggelegar. Hal tersebut membuat bulu di tubuh semua orang meremang ngeri.

Manik hitam segelap malam milik wanita itu bergeser pada sang kaisar, sekejap mengubah pancaran matanya menjadi begitu lembut. Namun, dalam satu tarikan napas, tatapan itu diselimuti api kebencian yang membara.

“Qi Moxin …,” geram wanita itu; mungkin karena rasa sakit, mungkin juga karena amarah yang tertahan. “Aku menyesal telah mencintaimu.”

Satu tetes air mata terlihat menuruni wajah Ling Huang yang begitu kotor.

“Di kehidupan berikutnya,” wanita itu tersedak oleh darah yang terdorong keluar dari tenggorokannya, “aku, Ling Huang,” tangannya mengepal kuat, “akan membalas semuanya!”

Bak telah mengerahkan semua tenaga yang dia miliki, tubuh Ling Huang mendadak ambruk ke depan. Gemuruh petir yang mengerikan terdengar, seakan menyuarakan raungan para dewa yang marah dengan nasib sang wanita.

“Hah … hah … hah ….”

Napas Ling Huang terengah-engah, menunjukkan rasa lelah setelah berusaha memerangi rasa sakit yang menyelimuti jiwa dan raganya. Pandangan wanita itu membuyar akibat air mata yang mengalir tanpa henti.

Perlahan, Ling Huang merasa kesadarannya semakin sulit dipertahankan. ‘Apa aku akan mati seperti ini?

Sebelum Dewa Kematian berhasil menjemput paksa dirinya, muncul wajah orang-orang yang dia kasihi, tersenyum maupun sedih. Begitu kegelapan menyelimuti pandangannya, satu sosok muncul dalam benaknya, membuat jantung wanita itu berdetak kencang, memaksanya untuk bertahan.

Nada pahit sosok tersebut terngiang di telinganya, ‘Aku sudah memperingatimu.

Detik sebelum kesadarannya menghilang, Ling Huang berteriak dalam hati, ‘Aku … tidak rela!

Dan, semuanya pun menjadi gelap.

***

Kerutan tipis terbentuk pada kening gadis yang sedang tertidur itu. Terlihat bola mata yang diselimuti kelopaknya juga bergerak-gerak dengan cepat, menandakan pemiliknya tak mampu terlelap dengan tenang. Bulir-bulir keringat yang terbentuk pada dahi mulusnya menekankan bahwa sang gadis sedang terjerat sebuah mimpi buruk.

Mendadak, mata gadis itu terbuka lebar diikuti dengan mulutnya yang menghisap udara secara kasar. Manik hitam segelap malamnya memandang kosong langit-langit ruangan tersebut. “Hah … hah ….” Napas gadis itu terengah-engah, seakan dirinya baru saja berlari kencang dari suatu hal yang buruk.

Begitu kesadarannya pulih, gadis itu dengan cepat mendudukkan diri. Kepala gadis itu menunduk, membiarkan sepasang maniknya mendarat pada pakaian yang dia kenakan.

Alis tajam gadis tersebut bertaut, lalu dia menyentuh dadanya; jantungnya berdetak. Kerutan pada kening gadis itu pun mendalam, terutama ketika dia memindahkan tangan pada perutnya.

Aku masih hidup?’ tanya gadis itu dengan bingung. ‘Tunggu,’ batinnya ketika menyadari tangannya bersih dari noda darah, ‘tidak ada luka?

Pandangan gadis itu pun menyapu pemandangan di sekelilingnya. Manik hitamnya bergerak-gerak dengan cepat, seperti seseorang yang begitu panik karena situasi yang tak bisa ia mengerti.

Apa-apaan?’ batin gadis itu lagi.

Tanpa menunggu lama, gadis itu melompat turun dari tempat tidur; hampir terjatuh kalau bukan karena tangannya sigap memegang meja. Dia pun mulai berlari ke arah pintu dan membantingnya terbuka.

Detik itu juga, pemandangan menakjubkan menyeruak masuk ke dalam pandangan sang gadis. Pohon Prem yang menjulang di tengah halaman, kursi dan meja batu yang berada tepat di bawahnya, juga semak berbunga yang indah membuat mulut gadis itu ternganga.

Pemandangan tersebut begitu familier.

“I-ini—” Keterkejutan membuat gadis itu tak memiliki tenaga untuk menyuarakan pikirannya, sehingga ia hanya bisa mengatakannya di dalam hati, ‘Bagaimana aku bisa kembali ke Kediaman Ling?!

Ya, gadis itu adalah Ling Huang, dan ini adalah cerita tentang kesempatan keduanya.

____

A/N: Heyho, para pembaca! Selamat datang di cerita pertamaku di GN. Kalau ada dari kalian yang mengenali tulisan ini, maka kalian mungkin pembacaku juga di pf lain. Kalau yang merasa baru pernah baca, maka selamat datang! Semoga kalian suka dengan karyaku dan terus ikuti sampai akhir, ya~

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
༺Memet~૨૨ƒ™༻
Kak Luke...
goodnovel comment avatar
kimmy ara
berasa masuk ke zaman dinasti2 di masa lampau ... keren .. aku sampai lupa bernafas saking tegangnya wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status