Share

Bab 3

Penulis: Ara putri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-17 21:20:46

Ferdi menatap nanar dirinya didepan cermin, tubuhnya sudah dibalut dengan Jas mahal khas seorang pengantin.  Terkesan mewah dan sangat cocok ditubuh tampannya, tapi sayang penampilan perfek itu tak didukung dengan senyuman menawan pria itu yang telah hilang entah sejak kapan.

 

Bagaimana mungkin ia tersenyum,  sedangkan hatinya hancur. Hancur karena kehendak orang tua yang  begitu egois,  karena harta dan tahta semua orang seakan lupa jika semua manusia itu dilahirkan sama.

 

Beberapa menit lagi ia akan mengucapkan ijab kabul untuk seorang wanita yang tidak dicintainya,  dan setelah  pernikahan ini sah, Ferdi yakin ia tak akan bahagia seperti dulu lagi.

 

“Aduh... Gantengnya anak tante.  Kamu benar-benar cocok dengan  bela. Yang satu cantik yang satu ganteng  ... Pasangan yang serasi.” Wanita paruh baya itu adik dari ibunya,  wanita itu terus saja memuji Ferdi meskipun  tak direspons sedikit pun.

 

“Ya jelas dong. Kan aku yang pilih calon mantu,  pasti lah cocok.”  Dengan bangga  Sarah memuji pilihannya.

 

Mila terdiam mendengar penuturan sang kakak,  ia mengernyit tak mengerti. Kenapa kakaknya malah bilang seperti itu,  terkesan ia yang merencanakan semua ini.

 

“Kok malah kakak yang cari sih,  bukannya Ferdi sendiri?” tanya Mila, ia menunggu jawaban dari kakaknya yang main asyik tertawa.

 

Farah terhenti tertawa, mendengar pertanyaan adiknya membuat wanita itu tersenyum licik. Teman-teman sosialita Farah ikut menyimak obrolan mereka,  tak ada yang menyela,  mereka malah menikmati saja, toh itu bukan urusan mereka.

 

“Kamu itu ya, Mila.  Calon mantu itu  ya kita yang cari,  kalau disuruh anak kita pasti mencari yang enggak benar.  Mereka itu hanya tahu tentang cinta, tapi kita yang lebih tua tentu tahu orang yang pantas menjadi bagian dalam keluarga kita.” Perkataan itu mungkin sederhana,  tapi mampu membuat ibu-ibu disana bungkam.

 

Mila yang merasa ada keanehan, melihat keponakannya dengan iba.  Sekarang ia tahu kenapa wajah Ferdi terlihat begitu murung, terlihat tak bersemangat sedikit pun,  padahal ini hari penting anaknya itu,  bukankah seharusnya ia penuh canda dan tawa?

 

“Aku rasa kakak salah. Menikah itu perkara bersama seumur hidup,  jika didasari dengan paksaan pasti tidak akan menjadi berkah.” Mila mencoba membantah.

 

Farah merasa tak senanang dengan Jawaban adiknya,  wanita paruh baya itu tersenyum sinis.  Farah itu tak suka perkataannya dibantah apalagi didepan teman-teman nya, ia akan merasa rendah diri jika ada yang berani  membantah ucapannya.

 

“Tahu apa kamu tentang cinta, dek? Kamu kan belum punya anak yang mau menikah,  besok-besok kamu juga pasti akan menyesal  berbicara seperti itu.”

 

Mila tahu sifat keras kepala kakaknya,  karena itu ia tak ingin melanjutkan  pertengkaran itu.  Banyak para tamu di luar, dan juga teman-teman kakaknya sini.  Ia tak ingin mengacaukan acara bahagia ponakannya, Jadi ia memilih untuk mengalah.

 

Mila mengusap lengan Ferdi, seolah memberi semangat pada anak muda itu.

 

“Tante gak tau apa yang terjadi,  tapi  tante hanya berdoa kamu selalu bahagia. Kamu harus semangat!”

 

Ferdi menoleh saat tantenya memberi semangat,  tapi baginya tak berguna lagi,  karena kehidupan ia selama ini sudah diatur sedemikian rupa oleh bunda dan ayahnya, lalu bagaimana cara dia bahagia?

 

Tapi tak masalah,  setelah ini ia kan berusaha mendapatkan gadisnya lagi!

 

Bukankah memiliki lebih dari satu istri diperbolehkan dalam Islam?

 

Mengingat itu  Ferdi mulai tersenyum licik.  Cukup ia menikah saja dengan bela,  setelah itu ia tak akan memedulikan wanita manja itu.

 

******

 

Intan melihat pantulan  dirinya didepancermin, ia tersenyum kecut melihat dirinya yang terlihat begitu cantik. Hanya untuk membuat mantan menyesal ia sampai berdandan begitu parah,  padahal selama ini  ia tipe gadis yang malas berdandan,  ia lebih suka terlihat apa adanya.

 

“Wah,  adik abang cantik banget hari ini,” goda Bima yang dibalas rona merah di pipi adik gadisnya itu.

 

“Abang apaan sih,” jawab Intan malu.

 

“Loh,  abang bicara jujur loh.  Kalau gak percaya tanya saja sama bunda.”

 

Intan tahu hari ini dirinya memang berdandan se maksimal mungkin,  tentu saja hasilnya tak mengecewakan. Hampir satu jam dirinya berias diri,  dan alhamdulillah tak mengecewakan hasilnya.

 

“Enggak mau ah,  nanti di ejek bunda.”

 

Mayang yang berada diambang pintu,  tersenyum bahagia melihat putrinya bisa tersenyum lagi.  Dia tahu tentang kandasnya hubungan Intan dan Ferdi, ia juga tahu hari ini adalah hari pernikahan pria penghianat itu. Semua itu Bima yang memberi tahu,  dan anak sulungnya itu berkata untuk tak banyak bertanya dulu dengan intan,  mereka takut membuat intan semakin tertekan.

 

“Kakak kamu benar kok, anak bunda memang sangat cantik. Dan hari ini kecantikannya bertambah berkali-kali lipat!” ucap mayang menyahut.

 

Intan yang tidak tahu keberadaan ibunya itu, terkejut. Ia menoleh cepat, dan benar saja bundanya mulai melangkah mendekatinya.

 

“loh, bunda dari kapan disana?”

 

“Dari kalian mulai ngobrol, bunda sudah dengar semuanya.”

 

Intan mendelik pada abangnya, sepertinya mereka berdua sama-sama datang, dirinya saja yang tak tahu tadi pagi juga ada melihat ia dan Bima berdebat dengan bunda.

 

“Jadi bagaikan? Sudah siap perginya?”

 

Bima merangkul adiknya, untuk memberi semangat. Begitu juga dengan mayang, ia tersenyum lembut pada anak gadisnya itu.

 

“Pergilah cantik, bunda akan menunggu ceritamu saat kembali nanti,” ucap bunda mayang.

 

Intan mengangguk, setelah berpamitan ia langsung keluar dari kamar.

 

Taksi yang sudah sampai, Intan langsung dipesan langsung berangkat. Ia tak sabar ingin melihat drama apa yang terjadi setelah ini. Di dalam taksi intan tertawa terpingkal-pingkal, berakhirnya ucapan selamat adalah salah satu hal yang sangat disayangkan bagi Intan.

 

Jika nanti ada kesempatan sekali rasanya ia membalaskan rasa sakit hati ini, agar pria itu tahu bagaimana rasa sakit ditinggalkan.

 

******

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang pemilik Hati   Kisah akhir kita

    “Akhirnya, hubungan mereka menjadi sangat baik,” gumam Naila. Naila turut merasa senang melihat kebahagiaan kakak dan kakak iparnya. Meskipun pada akhirnya ia sendiri mendapatkan luka ini, tapi ia tetap saja merasa bahagia. Dengan mereka yang berhasil menyingkirkan Najwa, akhirnya keluarga baru kakaknya bisa kembali damai dan menjalani hidup dengan normal kembali.“Kamu kenapa senyum-senyum?” Tanya Bima yang muncul dari belakang Naila.“Lagi bahagia lihat mereka ... Serasi bangat kan?”Bima menganggukkan kepalanya. Ia juga merasa bahagia melihat adik perempuan satu-satunya itu bahagia. Tapi ia hanya sedikit merasa heran, tidakkah gadis ini merasa sedikit marah pada Intan?“Apa sekarang kamu membenci adikku?”Naila menarik perhatiannya dari dua sejoli itu, kembali ia menatap heran Bima.“Maksud mas Bima bagaimana?”Bima mengangkat bahunya, “barang kali aja ... Kan adikku sudah membuat mu sakit seperti sekarang ini. Jika kamu marah pun itu hal yang wajar,” Naila tersenyum mendengar pe

  • Sang pemilik Hati   masih ingin berpisah?

    Hah?Intan mengernyit tak mengerti. “Penjara? Kenapa sepenjara?” Intan semakin kesal. Suaminya pasti mencoba mengalihkan pembicaraan. “Karena sekarang mas sudah memenjarakan Najwa. Demi kamu Dan demi keluarga kita. Dia tidak akan mengganggu kita lagi.” ucap Zaki meyakinkan.Intan terkejut tak percaya. Tidak mungkin, tidak mungkin seorang Zaki akan memenjarakan sepupu kesayangannya itu kan? Intan menolak untuk percaya dengan itu.“Kamu pasti berbohong. Gak mungkin kamu tega, mas.” Intan menggeleng tak percaya.“Kalau kamu gak percaya, ayo kita ke kantor polisi sekarang.” Zaki sungguh-sungguh mengatakannya, “sudah seperti ini, tapi kamu masih tidak mempercayai suamimu?” Antara percaya dan tak percaya. Sekarang intan jadi takut, apa benar gadis itu dipenjara karenanya? Jika ia sekarang musuhnya akan bertambah banyak. Intan tak senang, meskipun gadis itu sudah banyak melakukan hal buruk padanya, tapi entah kenapa ia merasa kasian. “Aku ... Aku,” tak tahu lagi. Sekarang intan merasa bin

  • Sang pemilik Hati   Naila lumpuh

    “Bunda ... Bagaimana keadaan Naila?” Intan baru saja kembali lagi ke rumah sakit setelah ia sempat pulang untuk beristirahat sebentar. Itu mertuanya yang suruh, jika tidak mungkin dirinya tak akan beranjak sedikit pun dari buangan Naila.Tika menarik nafas panjang, dengan suara bergetar ia berkata “Naila sudah sadar, nak. Tapi ...,”“Tapi kenapa?” “Kata dokter ... Untuk sementara waktu mungkin Naila gak bisa jalan, Tan.” Tangis yang ia coba tahan akhirnya pecah juga. Melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya hati ibu mana yang tidak terluka. Dirinya tidak ingin ini semua terjadi, tapi ia juga tak bisa menyalahkan siapapun atas takdir ini.Intan segera berlari memeluk tubuh yang terguncang hebat itu. Ia tak tega melihat ibu mertuanya menangis seperti ini. Seharusnya dirinya yang ditabrak dan terluka, mungkin tidak akan membuat orang-orang akan merasa sedih seperti sekarang ini.“Bun, maaf. Jangan menangis lagi. Ini semua salah Intan, semua gak akan jadi begini jika saj...,” Tika la

  • Sang pemilik Hati   Pembalasan untuk Najwa

    Lima belas menit berlalu, Zaki menunggu seseorang dengan tak sabaran. Tak lama Najwa muncul dari balik pintu depan tangan terikat dan dijaga oleh dua orang bodyguard berbadan kekar. Bukanya merasa bersalah, Najwa malah tersenyum senang melihat Zaki yang ada didepannya.Zaki memerintahkan anak buahnya untuk segera melepaskan ikatan tangan gadis itu agar bisa berbicara leluasa.“Masih berani tersenyum?” Zaki mengaku takjub dengan keberanian gadis ini. Entah berani atau sudah gila, Zaki sendiri tak tau apa yang dialami sepupunya ini.“Tentu saja. Sepertinya aku berhasil membuat mu tertarik untuk menemui ku,” ucap Najwa penuh percaya diri.Zaki tak percaya apa yang didengarnya. Kenapa gadis masih begitu tenang? Tapi ia yakin dibalik keterangan yang dia sembunyikan ada rasa cemas yang menghantui.“Baiklah. Setelah ini dipastikan kamu tidak akan berani untuk tertawa, bahkan bibir mu tak aku biarkan sedikit pun tersenyum! Bagaimana?!”Kali ini Najwa langsung kehilangan senyumnya. Ia menatap

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan 2

    Suara tabrakan membuat semua orang yang melihatnya terkejut. Intan menyentuh lutut dan kepalanya yang terasa sakit karena terbentur di jalan aspal. Saat ia mencoba bangkit dan menoleh ke belakang, ia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajah wanita itu berubah menjadi pucat pasi melihat Naila terbaring di tengah aspal sana dengan berlumuran darah.“Naila!” Ia berteriak keras. Intan segera berdiri dan berlari ke tubuh Naila yang sudah mengeluarkan darah cukup banyak. “Ya Tuhan ... Kenapa jadi begini,” Intan menangis sambil memangku tubuh Naila. Melihat orang-orang yang hanya sibuk menonton dan tak ada niat untuk membantu, Intan berteriak keras meminta pertolongan.“Pak, tolong adik saya. Tolong bawa ke rumah sakit.” Intan memohon pada orang-orang yang melihat kecelakaan itu. Mereka segera menghubungi ambulance, dan setelah itu ia tak ingat apapun karena ia hanya sibuk memperhatikan adik iparnya itu.Setelah ambulance datang tubuh Naila segera di angkat masuk, Intan ikut menema

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan

    Intan mengungkapkan kepergian suaminya ke kantor ini disertai sedikit pengalaman. Sekali lagi pria itu tak ingin mengantarnya untuk memeriksa di rumah sakit, meskipun begitu berharap untuk ditemani suaminya. Sudah dua minggu berlalu, tapi Zaki masih bersiap-siap dingin pada Intan. Seperti pria itu sangat marah sekarang. Dan lagi, Intan tahu jika suaminya telah mendengar setiap kutipannya pada Ferdi kemarin itu. Pantas saja suaminya sangat marah. “Kak,” Intan terkejut melihat sang adik ipar yang sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan cepat menguapkan sisa air matanya. “iya… Kenapa Nai?” “Kakak habis nangis ya?” “Gak kok… Oh ya, kenapa cari kakak?”Naila terlihat bingung untuk mengatakannya, “itu ... Kakak Intan mau ke rumah sakit ya? Hari ini jadwal kakak periksakan?” “Iya”, Intan masih membukanya dengan Zaki, jadi ia tak pernah mendengar inspirasi dari Naila. “Aku aja ya kak, nemenin ke rumah sakit?” Intan tersenyum, lalu mengangguk lemah. “Gak usah Nai, kakak bisa sendiri kok.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status