Share

BAB 9,PART 1 : Perfect

CHAPTER 2

PERFECT

Waktu persiapan untuk perlombaan menyanyi dan penilaian pentas Ballet sama yaitu 1 bulan. Waktu dan tenaga sama sama terkuras habis. Sesungguhnya aku tidak ingin mengikuti penilaian Ballet. Hanya saja, entah darimana Ibu mengetahui akan ada penilaian ballet, dimana dalam penilaian itu jika aku bagus dalam membawakan tarian, maka aku akan di kirim ke Prancis.

Ibu sudah mewanti wanti kalau aku harus bisa lolos dalam babak penilaian penentuan. Terlebih lagi Ibu sudah terbayang bayang kalau aku akan pentas di Prancis dan di tonton oleh jutaan orang banyak.

Hal itu sudah pasti menjadi impian Ibu sejak dulu. Terkenal dan di kenal oleh siapapun. Meskipun bukan dari bakat yang dimiliki oleh ibu, tapi ibu sudah cukup puas memiliki anak seperti ku yang memiliki segudang bakat.

Dari dulu, ibu selalu memasukkan ku ke dalam berbagai kursus seni bakat, baik itu seni Lukis, seni music, seni olah vocal sampai seni tari. Memang banyak sekali manfaatnya Ketika aku mengikuti berbagai kursus. Tapi hal yang sangat ku rindukan adalah aku ingin bermain bersama teman temanku.

Menikmati hari dengan sibuknya mengerjakan tugas dari sekolah, kemudian ulangan. Bukan dengan sibuknya Latihan demi Latihan, yang hanya membuatku terpaksa untuk menjalaninya.

Setelah pulang menemani Bapak dari Dinas luar kota, Ibu semakin memperketat jadwal kursusku, yakni kursus vocal yang diikuti dengan kursus bermain piano dan yang satu lagi adalah kursus tari balet.

Aku bahkan tidka diperbolehkan bermain dengan teman teman sekaolahku, walau hanya beberapa jam saja. Belajar dan mengerjakan tugas di sekolah pun, aku kerjakan sebisaku di tengah tengah padatnya jadwal Latihan.

Selain itu Ibu tidak mau mendengar keluh kesahku, bahkan rasa letih yang ku alami. Baginya terkenal dan di kenal adalah tujuan nya nomer satu. Ibu bahkan memintaku untuk terus berlatih, meskipun hari libur.

Dua minggu sebelum lomba pentas menyanyi yang di selenggarakan oleh pihak label music Javando, di hari sabtu dimana ini adalah harusnya hari liburku, tanpa adanya aktifitas, Ibu meminta guru Vocal dan alat music yang tidak lain adalah eyang ku sendiri, untuk lebih ketat dalam mengajariku.

“ma…saya minta tolong, agar mama mengajari cucu mama setiap harinya.” Ujar Ibu kepada eyang ti

“lho memangnya ada apa?” tanya eyangti

“ini lho, mau ada perlombaan nyanyi,sekaligus main musiknya.”

“oohh memangnya mau main alat musiknya apa?” tanya eyangti kembali

“katanya sih piano…”

“lha terus lagunya apa?”

“ mmmm kurang tau, makanya coba nanti mama ke sini, ngobrol sama B’tari, biar tau, lagunya apa yang nanti akan di bawakan.”

“sek aku tak lihat jadwal dulu. Yowes yaa, mama lagi masak nasi dulu, bisa nggak bisa, nanti mama kabari.” Ucap Eyangti

“iya ma…nanti kabari ya.”

Selesai berbicara melalui via telfon oleh Eyangti, Ibu memanggil ku..

“B’tariii….” Teriak ibu memanggil namaku

“daleeemmmm..”jawabku

“B’tariii….” Teriak ibu sekali lagi

Aku yang sedang berada di kamar, sedang asyik menikmati rebahan sambil mendengarkan lagu yang nantinya akan ku bawakan saat lomba, harus turun ke bawah menemui Ibu.

“dalem Buu…”

“kamu tuh lho, di panggilin dari tadi mbok ya nyaut, kamu lagi ngapain sih emangnya?”

“ lagi pelajarin lagu yang nanti mau di pakai pas lomba nanti.”

“oooh gitu, mmmm….ngomong ngomong, Ibu sudah minta tolong eyangti, buat ajarin kamu lebih keras lagi.”

“ maksudnya lebih keras itu gimana?”

“iku lhooo..maksudnya ibu minta eyangti biar kamu latiannya jadi tiap hari.”

“ lho kan kasian Eyangti toh Bu…” ucapku

“yoo nggak dong…nanti kan Ibu minta tolong Pak Ujang untuk anter jemput Yangti.”

“emang Ibu udah nanya sama bapak, masalah ini?” tanyaku

“mmmm belom sih, tapi nanti pas lagi makan siang, Ibu coba bicarakan dengan Bapak.”

“kriiing…kriing…” bunyi suara telfon rumah membuat ku dan Ibu terkejut di buatnya

“ hihihihi Ibu kaget…”

“ya kan tadi lagi ngobrol sebentar sama kamu, terus bunyi suara telfon.”

“udah tuh angkat dulu Bu, telfonnya.” Ucapku

“iyaa ini mau di angkat.”

“hallo….”sapa Ibu

“ hallo An..aku sudah lihat jadwal mengajarku. Dan hari ini kosong, jadi aku bisa berangkat ke rumahmu.” Ucap Eyangti

“ooo Alhamdulillah, kalau gitu Mama sekalian menginap saja di sini, biar nggak kecapean di jalan.”

“oh begitu, ya sudah , Mama tak siapin baju buat nginep,dan buku buku theory.”

“iya, nanti biar tak suruh Pak Ujang ya Ma..untuk jemput Mama.”

“yaudah, tak siap siap dari sekarang ya.”

“iya…”

“iya…”

“yu’tii….yuuu…” teriak Ibu memanggil Yu’ti

“dalem Bu…” sahut Yu’ti dari arah dapur

“Pak Ujang nya ada nggak?”

“kelihatannya belum datang tuh Bu, kan tadi menemani Bapak main Golf.”

“oh iya ya…Bapak hari ini main Golf.”

“kenapa sih Bu?” tanyaku

“nggak apa apa, Mas mu mana ?” tanya Ibu

“di kamar kayaknya, lagi main PS.”jawabku

“kalau gitu bilangin sama Mas Rama, di maintain tolong sama Ibu jemput Eyangti sekarang juga.”

“iyaaa…tapi Ibu juga jangan lupa tuh bilang sama Bapak, kalau Yangti mau ke sini, sekalian nginep juga.”

“iya iya…ini Ibu juga mau telfon Bapak dulu.”

Aku Kembali ke Kamar untuk melanjutkan rebahan. Namun sebelum, Kembali rebahan, aku pergi ke kamar Mas Rama.

“Mas….woy….” ucapku sambil mengacaukan pandangannya yang sedang focus bermain PS 5

“issshh apaan sih…”balas Mas Rama marah

“itu lo di panggil Ibu sekarang tuh.”

“ngapain? Gw di suruh ngapain emangnya?”

“mmmmm kayaknya sih di suruh jemput Yangti.”

“haaa Yangti mau ke sini? Nginep nggak?”

“sepertinya sih iya, soale tadi Ibu yang ngasih usul supaya Yangti nginep di rumah.”

“yaaahhh bakalan riweuh deh ini .”

“riweuh kenapaaaa coba?”

“yaaa ntar gw nggak boleh main Ps, terus kalo lagi main, pulangnya nggak tepat waktu di marahin.”

“hahhaha derita lo itu sih mas…hhahah, udah sana, buruan….nanti Ibu marah nggak tahu ya” kataku sambil menertawai Mas Rama

“lo mau kemana emangnya?”

“mau Latihan nyanyi dong, kan gw 2 minggu lagi mau lomba.”

“oh iya yang itu ya…”

“Mas Ramaaaaaa….”teriak Ibu

“Mas Ramaaaaa….”teriak ibu Kembali

“tuh lo udah di panggil sama Ibu ya…udah ah gw mau ke kamar.”

Aku Kembali ke kamar dengan maksud untuk mengetahui nada dasar dari sang Penyanyi, akan tetapi mata tak bisa di ajak kompromi. Mataku terasa sangat berat sekali. Lama kelamaan, aku sudah tak dengar lagi apa lagu yang di nyanyikan.

Pikiranku sudah terbang…dan tubuhku juga sudah menikmati istirahat di kamar. Entah sampai berapa jam aku tertidur. Yang ku ketahui, tiba tiba saja adiknya Jenar berada di kamarku.

“mba bangunnn….”ucap Jenar sembari menggoyang goyangkan badanku agar aku terbangun

“mbaaa….”ucap Jenar dengan usahanya untuk membangunkanku.”

“mmmmm….apaan sih dek?” ucapku dengan nada masih mengantuk

“ itu lho…mba di cariin sama Yangti, katanya di suruh Latihan buat lomba tuh lho mbaa…” ucap Jenar

“Ya Allah…iya lupa, sekarang jam berapa?”

“mmmmm tuh udah jam 12 siang.”

“waduuhh…latihannya abis makan siang ini sih.”

“yaudah ayo turun, di suruh ke bawah juga nih.”

“iya iya, mba cuci muka dulu laahh, sholat dulu, abis itu mba baru ke bawah.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status