Share

BAB9,PART 2: PERFECT

Terdengar dari kamarku, suara ramai dari arah ruang makan. Ibu, Kakak, dan adik adikku sedang berbincang dengan Yangti.

“lho B’tari mana nduk?” tanya Yangti kepada adikku Jenar

“Mba lagi shalat sebentar, nanti juga turun.”

“Mama sudah dahar belom?” tanya Ibu kepada Yangti

“siang belom…”

“ya sudah kalau gitu Mama dahar dulu, setelah itu ngajarin B’tari.” Ucap Ibu

“iya boleh.”

Usai Sholat, aku langsung ke bawah menuju ruang makan dan berkumpul bersama Ibu,Kakak, Adik adikku dan juga Yangti.

“Yangti…”sapaku

“eh..udah selesai sholatnya tah nduk?” tanya Yangti

“iya udah …”

“kamu ngikut lomb aopo toh nduk?”

“lomba nyanyi, jadi yang ngadain dari label music, nah mereka lagi mengadakan lomba khusus untuk anak anak sekolah.”

“lomba nya group atau solo?”

“kalau di lihat sih, bisa dua dua nya.”

“lha terus kamu mau nyanyi apa?”

“udah ada ketentuan dari sekolah sih Yangti, kemaren guru seni music bilangnya lagunya the greatest love of all nya Whitney Houston, terus sam bil di bawain juga piano nya.”

“lha udah kamu pelajari belom, cari cari not nya segala?”tanya Yangti

“kemaren sih udah di kasih gitu not nya sama guru seni music.”

“mana coba lihat?”

“ada di kamar.”

“oo yowes kalau gitu nanti sehabis makan siang aja ya, kita latihannya. Lha terus kan tadi kamu bilang di iringi alat music gitu, terus kamu rencana nya mau pakai alat music apa?”

“piano atau biola ya enaknya?”

“ nanti kita coba satu satu, bagusnya yang mana.”

“yah pokoknya harus bagus lah, Ibu nggak mau tahu,B’tari harus menang.”

“yo ngga bisa di paksain juga toh An…”ucap Yangti kepada Ibu.

“ yah harus juara toh…lagian kan B’tari juga udah ngerti not, udah paham main alat music.”

“ya semuanya kan juga Bu, paham main alat music , sama bagus bagus lagi nyanyi nya, kan nggak tahu juga ketentuan juri nya gimana.”

“ ya harusnya kamu tahu dong, penilaian juri itu yang seperi apa.”ucap Ibu

“ya mana B’tari tahu Bu…”

“y acari tahu lah, penilaian juri itu yang suaranya kayak gimana, terus main alat musiknya gimana, masa nggak ada bocorannya sih.”

“apa sih Ibu…”

“ kok malah apa sih Ibu, tanya lah sama guru seni music kamu, biar kamu bisa jadi juara 1.”

“trus kalau aku misalnya gak jadi juara gimana?”

“oooohhh liat aja nanti, bikin malu orang tua aja kamu.”

“ lho kan itu semua juga bukan aku yang mennetukan , kok Ibu nggak terima kalau aku misalnya kalah.”

“iya Ibu memang nggak terima kalau kamu kalah, dan Ibu juga nggak suka kalau kamu sampe kalah.”

“apa alasannya?”

“Nama keluarga jadi tercoreng hanya karena kamu kalah.”

“lho bu, kalah itu wajar, berarti masih ada yang lebih bagus dari aku.”

“kalau masih ada yang lebih bagus dari kamu,artinya kamu masih kurang latihannya. Kamu juga harus sama seperti orang itu.”

“tap ikan Aku juga sudah memberikan yang terbaik….”

“belum memberikan yang terbaik kalau masih ada yang lebih dari kamu.”

“terus aku harus gimana?”

“Latihan terus menerus, jangan pernah putus, dan jangan pernah cepet puas akan satu hal.”

“mmmm yaudah lah terserah sama Ibu aja…”

“iya lah…semua yang Ibu katakan itu selalu benar, jadi kamu jangan sampai membantah.”

“Anjani…jangna terlalu keras sama anak mu, biarkan dia mengalami kekecewaan, biarkan dia mengalami kekalahan, agar dia tahu letaknya kesalahan dia.”

“ya sudah pasti letak kesalahannya dia adalah dia nggak mau berlatih keras. Wong yang lain bisa dan mau kok berlatih keras. Untuk menjadi seorang bintang itu memang begitu, harus berdarah darah dulu, baru nanti akan terlihat hasilnya seperti apa.”

“Iya mama tahu, tapi kan dia juga manusia Anjani.”ucap Yangti

“udah udah…pokoknya nanti sehabis kamu latihan vocal kamu Latihan ballet.”

Aku hanya terdiam mendengar perkataan Ibu. Hati ini hancur rasanya, karena yang diutamakan oleh Ibu ku adalah ketenaran dan kesuksesan menjadi seorang bintang. Ya …Ibu ingin aku menjadi seorang bintang. Karena dengan aku menjadi bintang, maka nama keluarga dan nama kedua orang tua akan semakin di perhitungkan dan ornag orang akan semakin kagum.

Selsai makan siang, Yangti mengajariku tehnik vocal dengan standard seorang penyanyi semacam Elfas singer. Ibu ku tidak ingin kualitas nyanyiku sangat buruk, oleh karena itu Ibu meminta Yangti agar mengajarkan tehnik vocal yang bagus.

“nduk…ayo kita pemanasan dulu.., kita Latihan pernafasan terlebih dahulu, baru setelah itu Latihan suara…”

“iya Eyang…”

“sekarng Latihan Nafasnya saat berbaring…”

“caranya gimana eyang?” tanyaku

“Berbaringlah telentang dan letakkan sebuah buku besar di dada, kemudian bernapaslah dengan normal dan rasakan setiap bagian tubuh yang terlibat dengan menarik napas dan menghembuskannya: otot perut, tulang rusuk, dll.” Titah Yangti

“Terus bernafas sampai kamu nggak bisa lagi. Kemudian bernapas perlahan. kamu juga bisa meletakkan satu tangan di tulang rusuk dan yang lain di mulut. Buku itu hanya akan naik sedikit. Tahan napas di paru-paru selama sekitar 5 detik sebelum bernapas. Pastikan buku itu turun dengan sangat lambat dan progresif. Ini adalah bagian dari tubuh yang akan kamu gunakan ketika bernyanyi.”

Pastikan tetap lurus, jangan mengangkat bahu atau mengisi paru-paru (seolah-olah kita akan meledakkan balon), jangan angkat atau turunkan kepala , dan selalu pandang lurus ke depan. Ketinggian dada tidak ada bedanya dengan para penyanyi terkenal, semuanya sama.

Ini adalah pernapasan diafragma, dengan tekanan konstan, yang merupakan jantung dari suara dada yang sempurna. Kita perlu memastikan bahwa bernapas dengan diafragma dan membuka tulang rusuk.

“gimana? Yuk sekarang ambil suarah tapi Eyang maunya kamu pakai suara yang kencang, ya Nduk…”

“caranya gimana Eyang?”

“kalau kamu ingin suara yang kuat, supaya kamu juga bisa dengar, maka kamu harus berusaha memiliki suara yang konstan daripada suara yang hanya keras. Caranya bayangkan bahwa kamu bernyanyi untuk seseorang yang berjarak sekitar 50 meter.” Ujar Yangti

“gunakan otot perut supaya sampai. Ketika kamu mulai kehabisan nafas, kendurkan otot sepenuhnya. Nah, kamu kan ingin menghirup semua udara yang hilang tetapi tanpa memaksanya.” Ucap Yangti

“ Sekarang kita mulai ambil suara ya, kita coba dengan huruf M”

Yangti memainkan tuts piano dan aku mulai mengambil suara, dimulai dari huruf M. Aku menghentikan semuanya dan melihat apa yang terjadi secara fisik: peran yang dimainkan otot-otot perut.

“ayo lagi nduk…huruf lain, sekarang huruf A…”

ku buka suara dan mengeluarkan suara huruf A dengan kencang dan di ambil dari perut.

“ lanjut lagi huruf O…” ucap Yangti sembari memainkan tuts piano nya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status