Share

6

Author: Junjung Buih
last update Huling Na-update: 2021-08-19 19:44:07

Walaupun dilahirkan dari keluarga kekurangan, tak terpandang juga tak disegani banyak orang. Emak dan bapak tak pernah mendidikku menjadi orang yang senang menadahkan tangan di bawah. 

Apa yang ada dalam benak mas Adry akan memberikan kompensasi atas status janda yang nanti akan kuterima. Pasca bercerai dengannya nanti. Bukan karena hartanya yang membuatku menerima pinangannya. Aku tahu dia kaya, banyak uang. Walaupun ia memulai karir sebagai prajurit strata paling rendah, hanya berpangkat prada, prajurit dua. Ia menghasilkan banyak uang dari menjual ketrampilannya membuat font juga desain logo. Hobi yang menghasilkan pundi-pundi itu ia kerjakan disela kesibukannya sebagai prajurit.

"Mas, walaupun Mas Brian jauh lebih tampan dibanding Mas. Sejak mas melamarku, aku telah mengubur kenangan bersama Mas Brian dan menyerahkan hatiku hanya untuk Mas." 

Aku menyeka air mata yang terus mengalir.

"Dek!"

"Mas keluar dari kamarku! Tinggalkan aku sendiri!"

"Tapi, Adek janji jangan pergi dari rumah! Adek tahu kan hukum seorang istri yang meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

"Mas juga tahu kan, hukum menipu seseorang?"

Mas Adry melangkah gontai keluar kamar. Sebelum punggungnya menghilang dibalik pintu ia mengatakan bahwa aku tak perlu mengerjakan tugas rumah yang biasa dilakukan para istri. Gajinya sebagai tentara juga akan sepenuhnya diserahkan padaku.

Kuraih ponsel yang berada di atas nakas, lalu mencari nama seseorang. Rose. Dia adalah kakak sepupuku yang selalu memberikan nasihat kepadaku. 

"Assalamualaikum, Kak!"

"Wa'alaikum salam, Vi."

"Ada yang ingin kuceritakan kepada Kakak. Kakak sibuk?"

"Kakak lagi santai kok, ada apa Vi?"

Aku menceritakan semuanya kepada Kak Rose. Lama kak Rose terdiam. Ia memang berbeda dari wanita pada umumnya. Ia tak banyak bicara, ia selalu memikirkan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Vi, mbak mau tanya sama kamu. Kamu cinta kan sama Adry?"

Aku membenarkan pertanyaan Kak Rose.

"Jika dia masih mencintai wanita lain, mintalah kepada Allah agar membolak-balik hatinya agar mencintaimu. Layani ia selayaknya seorang istri. Kamu harus melakukannya pelan-pelan. Kakak yakin, suatu saat hati Adry akan luluh. Walaupun Kakak belum tentu bisa tegar saat berada di posisimu. Kakak berharap kamu bisa kuat. Bukankah Allah tak akan menguji hambanya diluar kemampuannya?"

Aku mematikan sambungan telepon setelah mengucapkan terimakasih dan juga salam pada Kak Rose. 

Kak Rose memang wanita yang shaliha, ia juga mendapatkan lekaki juga taat dalam agama. Mereka menikah tanpa pernah pacaran. 

Aku juga menginginkan demikian. Menikah tanpa pacaran. Namun, Kak Rose memang murni tak pernah pacaran sama sekali. Sedangkan aku pernah menjalin hubungan dengan Mas Brian.

"Pacaran itu tak ada dalam agama Islam, Vi!" ujarnya kala itu saat aku menangis sesenggukan setelah putus dari Mas Brian.

Saat Mas Adry melamarku, kupikir dialah jawaban dari do'aku selama ini. Nyatanya, Mas Adry bukan seperti suami Kak Rose.

"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan sekarang?"

Aku mengambil wudhu lalu shalat dua rakaat agar hati menjadi tenteram. Kemudian membaca kalam Allah, kitab Al-Qur'an yang diberikan Mas Adry untuk pernikahan kami. 

***

Mas Adry berangkat ke batalyon sebelum subuh untuk jaga ksatrian. 

Pagi-pagi sekali, seorang wanita paruh baya datang ke rumah. 

"Permisi Bu, saya Acil Inah yang biasa bantu-bantu di rumah ini," ujar wanita itu malu-malu.

"Oh inggih, Cil. Mari silahkan masuk!"

Wanita itu memulai pekerjaannya dengan menyapu lantai, membersihkan rumah type 45 tiga kamar ini.

"Cil, saya tinggal dulu, ya mau ke pasar!" pamitku ke Acil Inah.

Walaupun biasanya aku bekerja, setiap hari libur, aku selalu diajak Emak pergi ke pasar. Membeli keperluan di rumah. Kata Emak, agar nantinya tak kaget saat telah berumah tangga.

Aku membeli beberapa peralatan dapur, ikan dan juga sayur mayur. 

"Cinta itu bukan hanya dari mata turun ke hati. Tapi juga, dari perut lalu ke hati!"

Begitulah kata Emak. Selain seorang istri harus tampak indah di hadapan suami. Ia juga pandai mengenyangkan perut suami.

Aku bertanya kepada ibu mertua, apa makanan favorit Mas Adry. Setelah mendapat informasi bahwa kelaki itu penggemar seafood. Aku memutuskan memasak kepiting saus Padang.

Pulang dari jaga ksatrian, menu kesukaan mas Adry telah kuhidangkan di meja. 

"Mas, mau makan sekarang apa nanti?" tanyaku depan pintu kamarnya yang masih tertutup.

"Nanti aja."

"Yakin? Aku masak kepiting saus Padang loh."

Secepat kilat, lelaki itu membuka pintu. Dengan wajah berbinar ia menuju ruang makan.

"Wah... Adek bisa masak?"

Ia lalu duduk dan mencicipi masakan olahanku.

"Enak Eh."

Mas Adry makan dengan lahap. Seakan tak pernah terjadi masalah sebelumnya.

Mas, aku akan masak tiap hari buat Mas. Sampai mas jatuh cinta padaku.

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sangkur Pora   21

    "Mungkin Mas harus berangkat tugas sebelum anak kita lahir!" Lirih Mas Adry, lalu menatapku lekat."Berangkatlah Mas, Aku dan anak kita akan selalu menunggumu disini." Aku membesarkan hati Mas Adry. Sekiranya boleh ikut menemaninya ke wilayah Republik Indonesia bagian paling timur itu, niscaya aku akan turut menemaninya. Walaupun harus ikut merasakan bagaimana tinggal di wilayah yang di anak tirikan pemerintah itu. Juga daerah yang sering terjadi konflik dengan OPM (Organisasi Papua Merdeka).Akhirnya istri pertama Mas Adry benar-benar menunjukkan kuasanya. Ya, seperti yang dikatakan istri komandan batalyon Mas Adry saat kami pengajuan nikah dahulu. Negara adalah istri pertama prajurit. Tentu saja ia juga yang utama. Kapanpun istri pertamanya memanggil, mereka harus selalu siap. Walaupun harus meninggalkan keluarga. Tak terkecuali istrinya yang tengah mengandung.Tak ingin merusak suasana ulang tahunku, rasa sedih ini ma

  • Sangkur Pora   20

    "Dede Utun bobo juga ya! Papa Mama mau bobo ya, De!"Untuk pertama kalinya, aku merasa memiliki mas Adry seutuhnya. Walaupun demikian, untuk beberapa hal, masih terasa ada yang mengganjal."Mas, gak ngerasa rugi milih aku dibanding Audi? Mas udah keluar jutaan membiayai Audi.""Awalnya mas juga merasa demikian. Setelah mas pikir lagi justru kalo Mas pilih Audi malah rugi.""Kok?""Pilih Adek mas malah untung, dapat bonus Dede Utun!" Mas Adry mengusap pucuk kepalaku. "Maafin kesalahan Mas ya Dek. Dah bikin Adek menderita!""Devi dah maafin Mas bahkan sebelum Mas minta maaf.""Kadang Mas berpikir, Mas seperti Hammurabi. Adek tau kenapa Mas memilih Adek untuk jadi istri Mas?""Kata Mas kan karena aku orang baik?""Sebenarnya, dulu Audi selingkuh dengan Brian saat mas sekarat karena kecelakaan i

  • Sangkur Pora   19

    Dek, apa kamu selingkuh dengan laki-laki lain?" tuding Mas Adry."Mas, aku tak pernah selingkuh dengan siapapun. Aku berani bersumpah!""Maaf Bu Devi, Pak Adryan. Apa kalian pernah melakukan foreplay?""Tidak pernah, Bu," sahut kami serempak."Walaupun jarang terjadi, kasus ini sebelumnya pernah saya temui pada sepasang remaja yang berpacaran melakukan foreplay saja. Tapi si cewe akhirnya hamil walaupun selaput daranya masih utuh," jelas Bu Dokter.Mendengar penjelasan ibu dokter tentang muda-mudi itu tetiba, aku merasa miris. Aku juga pernah pacaran. Untungnya tak pernah melakukan hubungan itu. Ternyata memang benar apa kata Kak Rose. Sebaiknya jangan pacaran.Atas saran dokter, akhirnya aku setuju untuk melakukan pemeriksaan selaput dara.Beginikah rasanya tidak dipercayai. Sama seperti Mas Adry yang telah bersumpah ba

  • Sangkur Pora   18

    Adek ingin bukti yang bagaimana?" Pertanyaan dari mas Adry membuyarkan lamunanku. Astaghfirullah! Bisa-bisanya pikiranku malah berpikir yang enak-enak dengan mas Adry. Apakah aku perlu di ruqyah. "Adek mau bukti yang bagaimana?" tanya Mas Adry lagi dari jarak yang beberapa langkah dariku. Aku menepis semua pikiran tentang yang enak-enak. Untung saja Mas Adry tak tahu aku sedang membayangkan tentang ... Untung saja Mas Adry telah merugikanku hanya dalam khayalanku saja. Harusnya aku lega. "Bolehkah ..." "TIdak boleh, tidak boleh!" potongku segera. Takut Mas Adry menginginkan hal yang enak. "Mas belum selesai ngomong," protesnya. "Mas ingin minta bantuanmu untuk menghubungi dokter kandungan!" "Buat apa?" tanyaku. "Untuk membuktikan bahwa Mas gak pernah mengha

  • Sangkur Pora   17

    Malam itu selepas shalat isya, iseng kubuka pc Mas Adry. Melihat-lihat desain font yang ia pasarkan melalui kreatif market. Hobi yang bisa menghasilkan rupiah bahkan lebih banyak dari gajinya sebagai prajurit.Devi Nirmala, namaku ia tulis menggunakan beberapa font karyanya. Entah mengapa ia menggunakan namaku. Namun, ternyata bukan hanya namaku. Ada nama wanita lain juga disana. Siapa lagi kalau bukan Audi.Sofia Audi.Dadaku kembali bergemuruh, karena teringat kembali kata-kata wanita itu.Masih terngiang-ngiang ditelinga ketika Audi mengintimidasi dengan ucapannya saat kejadian di kafe."Mbak Devi percaya, aku dan bang Adry gak pernah ngapa-ngapain. Padahal dialah yang telah membiayai semua biaya kuliahku?" ujar wanita yang mengenakan pakaian branded itu. Dari penampilannya, tak akan ada yang menduga tentang keadaan ekonomi keluarganya.W

  • Sangkur Pora   16

    Keesokan harinya, Mas Adry bersama prajurit lainnya pergi UST (uji satuan tempur) ke hutan.Ia pamit hanya dari balik pintu. Suaranya terdengar pelan, tetapi masih bisa kudengar. Sebelum subuh, ia sudah meninggalkan rumah. Mungkin ia berpikir, saat ia berangkat, aku masih terlelap. Padahal, semalaman itu. Aku terus memikirkan kehamilan Audi.Apakah itu benar? Jika itu benar, apakah itu anak Mas Adry? Jika itu anak Mas Adry, kapan mereka melakukan hal yang dilarang agama itu? Bagaimana ia akan bertanggung jawab nanti, sedangkan seorang prajurit tak boleh mempunyai istri sah lebih dari satu? Apakah aku harus merelakan Mas Adry demi anak yang ada di kandungan Audi.Pertanyaan itu terus berputar-putar dikepalaku sehingga mataku enggan menutup. Alih-alih menutup, ia hanya mengeluarkan butiran air mata. Hingga saat menatap diri dari pantulan kaca, mataku terlihat sembab.Mas Adry akan menghabiskan wa

  • Sangkur Pora   15

    Akhirnya pagi itu Mas Adry telah melanggar janjinya. Tak akan merugikanku.Walaupun hanya kesucian bibirku yang telah ia nikmati. Aku merasa tak dirugikan sama sekali. Bagiku, ini berarti aku bukan hanya teman baginya. Mungkin namaku sudah bisa sedikit menggeser nama Audi dihatinya."Mas, bisakah aku jadi istri Mas sepenuhnya?" pintaku pada Mas Adry. Sesaat setelah pria itu menggeser posisi duduknya. Ia tampak merasa bersalah karena telah melanggar janjinya."Dek, maafin Mas! Mas khilaf," jawabnya. Lelaki itu menekuk wajah seakan telah berbuat salah."Mas ingat saat hari pernikahan kita, di depan penghulu mas berjanji akan memberikan nafkah, bukan hanya nafkah lahir. Namun juga nafkah batin."Lelaki itu lalu memijit keningnya."Mas, bahkan kau berhak mendatangi kamarku kapanpun kau mau. Selagi itu tak menyalahi syari'at," ujarku lagi.

  • Sangkur Pora   14

    "Terimakasih, Mas!" ujarku singkat tanpa menatapnya. Lalu segera berlalu dari pandangan Mas Brian. Karena mobil telah sampai di halaman bank.Aku harus menjaga jarak dengannya. Agar tak terjadi hal yang bisa membuatku mengkhianati Mas Adry.Setelah selesai penyetoran, pihak bank mengajak untuk kerjasama. Mereka bersedia menjemput setoran ke kantor. Sehingga aku tak perlu lagi dikawal oleh pria yang seolah hendak menebar kembali benih cinta yang pernah ia hancurkan.Boss pun pasti akan senang dengan tawaran pihak bank. Karena ia tak perlu lagi menggelontorkan anggaran untuk pengawalan.***Sore itu, Mas Adry baru pulang dari pengawalan alat berat. Aku langsung menyambutnya dengan senyuman hangat. Kucium takzim punggung tangannya."Mas mau mandi dulu apa istirahat dulu?""Mas mau istirahat aja, Dek!""Mau ma

  • Sangkur Pora   13

    Ditengah kekikukan ini, Mas Adry melingkarkan tangannya di pinggangku. Seakan akulah wanita satu-satunya yang dicintainya."Nah, gitu dong Dry." Ayah mertua mengacungkan jempol.Setelah berswafoto, keluarga mas Adry bersiap berendam di air panas yang suhunya mencapai 42 derajat celcius itu. Sedangkan Mas Adry, menghilang entah kemana."Ayo, Dev, airnya hangat lho. Berasa mandi di hotel," ajak ibu yang tengah menikmati hangatnya air panas desa Tanuhi."Gak, Bu. Devi takut, kan Devi gak bisa berenang.""Pasti karena gak ada Kak Adry. Gak bisa berenang, tapi berani naik lanting," sindir Dara. Gadis berambut sebahu itu lalu terkekeh.Aku hanya tersenyum tipis menanggapi sindiran adik iparku itu. Ia tak tahu, kakaknya lah yang memaksaku menaikinya. Namun, kuakui aku menyenangi keterpaksaan itu. Seandainya Mas Adry kembali menggendongku ke pemandian air

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status