Share

6

Walaupun dilahirkan dari keluarga kekurangan, tak terpandang juga tak disegani banyak orang. Emak dan bapak tak pernah mendidikku menjadi orang yang senang menadahkan tangan di bawah. 

Apa yang ada dalam benak mas Adry akan memberikan kompensasi atas status janda yang nanti akan kuterima. Pasca bercerai dengannya nanti. Bukan karena hartanya yang membuatku menerima pinangannya. Aku tahu dia kaya, banyak uang. Walaupun ia memulai karir sebagai prajurit strata paling rendah, hanya berpangkat prada, prajurit dua. Ia menghasilkan banyak uang dari menjual ketrampilannya membuat font juga desain logo. Hobi yang menghasilkan pundi-pundi itu ia kerjakan disela kesibukannya sebagai prajurit.

"Mas, walaupun Mas Brian jauh lebih tampan dibanding Mas. Sejak mas melamarku, aku telah mengubur kenangan bersama Mas Brian dan menyerahkan hatiku hanya untuk Mas." 

Aku menyeka air mata yang terus mengalir.

"Dek!"

"Mas keluar dari kamarku! Tinggalkan aku sendiri!"

"Tapi, Adek janji jangan pergi dari rumah! Adek tahu kan hukum seorang istri yang meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

"Mas juga tahu kan, hukum menipu seseorang?"

Mas Adry melangkah gontai keluar kamar. Sebelum punggungnya menghilang dibalik pintu ia mengatakan bahwa aku tak perlu mengerjakan tugas rumah yang biasa dilakukan para istri. Gajinya sebagai tentara juga akan sepenuhnya diserahkan padaku.

Kuraih ponsel yang berada di atas nakas, lalu mencari nama seseorang. Rose. Dia adalah kakak sepupuku yang selalu memberikan nasihat kepadaku. 

"Assalamualaikum, Kak!"

"Wa'alaikum salam, Vi."

"Ada yang ingin kuceritakan kepada Kakak. Kakak sibuk?"

"Kakak lagi santai kok, ada apa Vi?"

Aku menceritakan semuanya kepada Kak Rose. Lama kak Rose terdiam. Ia memang berbeda dari wanita pada umumnya. Ia tak banyak bicara, ia selalu memikirkan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Vi, mbak mau tanya sama kamu. Kamu cinta kan sama Adry?"

Aku membenarkan pertanyaan Kak Rose.

"Jika dia masih mencintai wanita lain, mintalah kepada Allah agar membolak-balik hatinya agar mencintaimu. Layani ia selayaknya seorang istri. Kamu harus melakukannya pelan-pelan. Kakak yakin, suatu saat hati Adry akan luluh. Walaupun Kakak belum tentu bisa tegar saat berada di posisimu. Kakak berharap kamu bisa kuat. Bukankah Allah tak akan menguji hambanya diluar kemampuannya?"

Aku mematikan sambungan telepon setelah mengucapkan terimakasih dan juga salam pada Kak Rose. 

Kak Rose memang wanita yang shaliha, ia juga mendapatkan lekaki juga taat dalam agama. Mereka menikah tanpa pernah pacaran. 

Aku juga menginginkan demikian. Menikah tanpa pacaran. Namun, Kak Rose memang murni tak pernah pacaran sama sekali. Sedangkan aku pernah menjalin hubungan dengan Mas Brian.

"Pacaran itu tak ada dalam agama Islam, Vi!" ujarnya kala itu saat aku menangis sesenggukan setelah putus dari Mas Brian.

Saat Mas Adry melamarku, kupikir dialah jawaban dari do'aku selama ini. Nyatanya, Mas Adry bukan seperti suami Kak Rose.

"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan sekarang?"

Aku mengambil wudhu lalu shalat dua rakaat agar hati menjadi tenteram. Kemudian membaca kalam Allah, kitab Al-Qur'an yang diberikan Mas Adry untuk pernikahan kami. 

***

Mas Adry berangkat ke batalyon sebelum subuh untuk jaga ksatrian. 

Pagi-pagi sekali, seorang wanita paruh baya datang ke rumah. 

"Permisi Bu, saya Acil Inah yang biasa bantu-bantu di rumah ini," ujar wanita itu malu-malu.

"Oh inggih, Cil. Mari silahkan masuk!"

Wanita itu memulai pekerjaannya dengan menyapu lantai, membersihkan rumah type 45 tiga kamar ini.

"Cil, saya tinggal dulu, ya mau ke pasar!" pamitku ke Acil Inah.

Walaupun biasanya aku bekerja, setiap hari libur, aku selalu diajak Emak pergi ke pasar. Membeli keperluan di rumah. Kata Emak, agar nantinya tak kaget saat telah berumah tangga.

Aku membeli beberapa peralatan dapur, ikan dan juga sayur mayur. 

"Cinta itu bukan hanya dari mata turun ke hati. Tapi juga, dari perut lalu ke hati!"

Begitulah kata Emak. Selain seorang istri harus tampak indah di hadapan suami. Ia juga pandai mengenyangkan perut suami.

Aku bertanya kepada ibu mertua, apa makanan favorit Mas Adry. Setelah mendapat informasi bahwa kelaki itu penggemar seafood. Aku memutuskan memasak kepiting saus Padang.

Pulang dari jaga ksatrian, menu kesukaan mas Adry telah kuhidangkan di meja. 

"Mas, mau makan sekarang apa nanti?" tanyaku depan pintu kamarnya yang masih tertutup.

"Nanti aja."

"Yakin? Aku masak kepiting saus Padang loh."

Secepat kilat, lelaki itu membuka pintu. Dengan wajah berbinar ia menuju ruang makan.

"Wah... Adek bisa masak?"

Ia lalu duduk dan mencicipi masakan olahanku.

"Enak Eh."

Mas Adry makan dengan lahap. Seakan tak pernah terjadi masalah sebelumnya.

Mas, aku akan masak tiap hari buat Mas. Sampai mas jatuh cinta padaku.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status