Share

8

Author: Junjung Buih
last update Last Updated: 2021-08-19 19:51:49

"Bagaimana kronologinya, Bu?" tanya bripka Dirgantara Pratama.

"Awalnya ada seorang pelaku yang mengecoh perhatian saya dengan pura-pura menyeberang mendadak. Kemudian datang komplotan lainnya menodongkan senjata."

Aku memberikan informasi kepada polisi ganteng mirip kapten Yo di drama Descendant of the Sun itu. Dia polisi yang sedang menangani kasus perampokan uang yang menimpaku.

Saat tengah memberikan keterangan, Mas Adry datang.

"Dek, gimana keadaanmu? Katanya rampoknya pakai sajam. Apa kamu terluka?" tanya mas Adry cemas.

"Aku tak apa-apa kok, Mas."

"Tapi uangnya berhasil di bawa kabur," lanjutku. Aku menitikkan air mata mengingat banyaknya uang yang menjadi tanggung jawabku itu. 

"Dek, yang penting kamu selamat. Uang bisa kita cari, nyawamu jauh lebih berharga."

"Suami ibu tentara, ya?" kata polisi ganteng mirip Song Jong Ki itu.

Mas Adry lalu mengalaminya. 

"Saya Adry, suami Bu Devi!"

Aku memperhatikan wajah Mas Adry. Wajahnya benar-benar tampak khawatir. Juga saat ia memperkenalkan diri sebagai suamiku. Akankah pernikahan ini berakhir hanya dalam beberapa bulan lagi?

***

Sebelum beranjak meninggalkan kantor polisi. Bripka Dirgantara Pratama meminta nomor ponselku.

"Bu Devi, boleh saya kasih nomor ibu ke istri saya? Kebetulan istri saya wartawan di Saribu Sungai Post."

"Boleh silakan, Pak!"

"Nama istri saya Nana Aprilia."

***

Kami akhirnya pamit dan meninggalkan kantor polisi menggunakan mobil pemberian ayah mertua.

"Dek, sebaiknya kamu berhenti bekerja di sana!"

"Mas, polisi sedang menyelidiki kasusnya. Mas dengar sendiri kan kata Pak Polisi ganteng tadi, pelacakan pelaku lainnya akan lebih mudah karena satu pelaku berhasil di amankan."

"Bripka Tama Dek, namanya ada kok. Lagian walaupun polisi lebih ganteng. Tentara jauh lebih gagah. Hitam-hitam kereta api, biar hitam banyak yang nyari," cerocos Mas Adry.

Entah kenapa tiba-tiba ia berbicara demikian. Apakah dia cemburu?

Aku mengulum senyum melihat tingkah Mas Adry. Apakah ia mulai mencintaiku?

"Adek kok, senyam senyum? Ada yang lucu?"

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Mas Adry, ponselku berdering. Nomor tak dikenal.

"Halo!"

"Selamat siang, Bu. Saya Nana Aprilia dari Saribu Sungai Post," ujarnya dari seberang sana.

***

Berita tentang perampokan itu kemudian jadi buah bibir masyarakat. Karena tak berselang lama polisi bisa meringkus dua pelaku lainnya. Bukan hanya penangkapan itu yang menjadi trending topik. 

Cerita tentang seorang istri tentara yang melumpuhkan rampok dengan tangan kosong menjadi headline di media cetak. Dimuat dihalaman paling depan.

Emak dan Ibu mertua bergantian menanyakan keadaanku. Mereka berdua lega saat kukabari keadaanku baik-baik saja.

Setelah kejadian itu, kepala cabang di kantor memberikan sebuah kabar baik padaku.

"Mulai hari ini Bu Devi akan dikawal saat ke Bank."

Aku mengangguk lega. Dengan pengawalan, setidaknya aku akan merasa lebih aman saat melakukan penyetoran uang ke Bank.

Setelah selesai menghitung uang setoran para sales juga kolektor, aku bersiap menuju Bank. 

Di halaman kantor, seorang tentara bersenjata laras panjang telah menunggu.

"Maaf, Pak. Sudah lama menunggu ya, Pak?"

Aku terkesiap ketika lelaki itu kemudian membalikkan badan.

"Devi!" Lelaki di hadapanku juga tampak terkejut. 

"Mas Brian," sapaku. Aku merasa kikuk di hadapan seorang mantan yang kini akan melakukan pengawalan.

Mas Brian membuka mobil untukku. Ia pun lalu duduk di jok pengemudi.

"Wah, boss memang benar-benar pelit. Seorang tentara yang sedang pengamanan harus merangkap sebagai sopir," gerutuku.

Sopir yang akan mengantarku ke Bank masih dalam tahap interview. Beberapa kandidat sopir masih bergantian masuk ke ruangan kepala bagian personalia.

"Gak apa-apa Dek! Lagian ini mengingatkan saat-saat bahagia mas," ujarnya sambil menatap lurus ke depan, fokus mengemudi.

Aku enggan bertanya maksud perkataannya. Bisa saja ia hanya memancingku. Walaupun aku tak tahu bagaimana nasib pernikahanku nanti dengan mas Adry. Aku tak mau jatuh dalam jebakan buaya ini untuk yang kedua kali.  

Masih terngiang-ngiang di telinga alasannya memutuskan hubungan denganku. Meskipun ia beralasan ingin fokus bekerja. Selentingan kabar yang kudengar, ia selingkuh dengan wanita lain.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sangkur Pora   21

    "Mungkin Mas harus berangkat tugas sebelum anak kita lahir!" Lirih Mas Adry, lalu menatapku lekat."Berangkatlah Mas, Aku dan anak kita akan selalu menunggumu disini." Aku membesarkan hati Mas Adry. Sekiranya boleh ikut menemaninya ke wilayah Republik Indonesia bagian paling timur itu, niscaya aku akan turut menemaninya. Walaupun harus ikut merasakan bagaimana tinggal di wilayah yang di anak tirikan pemerintah itu. Juga daerah yang sering terjadi konflik dengan OPM (Organisasi Papua Merdeka).Akhirnya istri pertama Mas Adry benar-benar menunjukkan kuasanya. Ya, seperti yang dikatakan istri komandan batalyon Mas Adry saat kami pengajuan nikah dahulu. Negara adalah istri pertama prajurit. Tentu saja ia juga yang utama. Kapanpun istri pertamanya memanggil, mereka harus selalu siap. Walaupun harus meninggalkan keluarga. Tak terkecuali istrinya yang tengah mengandung.Tak ingin merusak suasana ulang tahunku, rasa sedih ini ma

  • Sangkur Pora   20

    "Dede Utun bobo juga ya! Papa Mama mau bobo ya, De!"Untuk pertama kalinya, aku merasa memiliki mas Adry seutuhnya. Walaupun demikian, untuk beberapa hal, masih terasa ada yang mengganjal."Mas, gak ngerasa rugi milih aku dibanding Audi? Mas udah keluar jutaan membiayai Audi.""Awalnya mas juga merasa demikian. Setelah mas pikir lagi justru kalo Mas pilih Audi malah rugi.""Kok?""Pilih Adek mas malah untung, dapat bonus Dede Utun!" Mas Adry mengusap pucuk kepalaku. "Maafin kesalahan Mas ya Dek. Dah bikin Adek menderita!""Devi dah maafin Mas bahkan sebelum Mas minta maaf.""Kadang Mas berpikir, Mas seperti Hammurabi. Adek tau kenapa Mas memilih Adek untuk jadi istri Mas?""Kata Mas kan karena aku orang baik?""Sebenarnya, dulu Audi selingkuh dengan Brian saat mas sekarat karena kecelakaan i

  • Sangkur Pora   19

    Dek, apa kamu selingkuh dengan laki-laki lain?" tuding Mas Adry."Mas, aku tak pernah selingkuh dengan siapapun. Aku berani bersumpah!""Maaf Bu Devi, Pak Adryan. Apa kalian pernah melakukan foreplay?""Tidak pernah, Bu," sahut kami serempak."Walaupun jarang terjadi, kasus ini sebelumnya pernah saya temui pada sepasang remaja yang berpacaran melakukan foreplay saja. Tapi si cewe akhirnya hamil walaupun selaput daranya masih utuh," jelas Bu Dokter.Mendengar penjelasan ibu dokter tentang muda-mudi itu tetiba, aku merasa miris. Aku juga pernah pacaran. Untungnya tak pernah melakukan hubungan itu. Ternyata memang benar apa kata Kak Rose. Sebaiknya jangan pacaran.Atas saran dokter, akhirnya aku setuju untuk melakukan pemeriksaan selaput dara.Beginikah rasanya tidak dipercayai. Sama seperti Mas Adry yang telah bersumpah ba

  • Sangkur Pora   18

    Adek ingin bukti yang bagaimana?" Pertanyaan dari mas Adry membuyarkan lamunanku. Astaghfirullah! Bisa-bisanya pikiranku malah berpikir yang enak-enak dengan mas Adry. Apakah aku perlu di ruqyah. "Adek mau bukti yang bagaimana?" tanya Mas Adry lagi dari jarak yang beberapa langkah dariku. Aku menepis semua pikiran tentang yang enak-enak. Untung saja Mas Adry tak tahu aku sedang membayangkan tentang ... Untung saja Mas Adry telah merugikanku hanya dalam khayalanku saja. Harusnya aku lega. "Bolehkah ..." "TIdak boleh, tidak boleh!" potongku segera. Takut Mas Adry menginginkan hal yang enak. "Mas belum selesai ngomong," protesnya. "Mas ingin minta bantuanmu untuk menghubungi dokter kandungan!" "Buat apa?" tanyaku. "Untuk membuktikan bahwa Mas gak pernah mengha

  • Sangkur Pora   17

    Malam itu selepas shalat isya, iseng kubuka pc Mas Adry. Melihat-lihat desain font yang ia pasarkan melalui kreatif market. Hobi yang bisa menghasilkan rupiah bahkan lebih banyak dari gajinya sebagai prajurit.Devi Nirmala, namaku ia tulis menggunakan beberapa font karyanya. Entah mengapa ia menggunakan namaku. Namun, ternyata bukan hanya namaku. Ada nama wanita lain juga disana. Siapa lagi kalau bukan Audi.Sofia Audi.Dadaku kembali bergemuruh, karena teringat kembali kata-kata wanita itu.Masih terngiang-ngiang ditelinga ketika Audi mengintimidasi dengan ucapannya saat kejadian di kafe."Mbak Devi percaya, aku dan bang Adry gak pernah ngapa-ngapain. Padahal dialah yang telah membiayai semua biaya kuliahku?" ujar wanita yang mengenakan pakaian branded itu. Dari penampilannya, tak akan ada yang menduga tentang keadaan ekonomi keluarganya.W

  • Sangkur Pora   16

    Keesokan harinya, Mas Adry bersama prajurit lainnya pergi UST (uji satuan tempur) ke hutan.Ia pamit hanya dari balik pintu. Suaranya terdengar pelan, tetapi masih bisa kudengar. Sebelum subuh, ia sudah meninggalkan rumah. Mungkin ia berpikir, saat ia berangkat, aku masih terlelap. Padahal, semalaman itu. Aku terus memikirkan kehamilan Audi.Apakah itu benar? Jika itu benar, apakah itu anak Mas Adry? Jika itu anak Mas Adry, kapan mereka melakukan hal yang dilarang agama itu? Bagaimana ia akan bertanggung jawab nanti, sedangkan seorang prajurit tak boleh mempunyai istri sah lebih dari satu? Apakah aku harus merelakan Mas Adry demi anak yang ada di kandungan Audi.Pertanyaan itu terus berputar-putar dikepalaku sehingga mataku enggan menutup. Alih-alih menutup, ia hanya mengeluarkan butiran air mata. Hingga saat menatap diri dari pantulan kaca, mataku terlihat sembab.Mas Adry akan menghabiskan wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status