Share

8

"Bagaimana kronologinya, Bu?" tanya bripka Dirgantara Pratama.

"Awalnya ada seorang pelaku yang mengecoh perhatian saya dengan pura-pura menyeberang mendadak. Kemudian datang komplotan lainnya menodongkan senjata."

Aku memberikan informasi kepada polisi ganteng mirip kapten Yo di drama Descendant of the Sun itu. Dia polisi yang sedang menangani kasus perampokan uang yang menimpaku.

Saat tengah memberikan keterangan, Mas Adry datang.

"Dek, gimana keadaanmu? Katanya rampoknya pakai sajam. Apa kamu terluka?" tanya mas Adry cemas.

"Aku tak apa-apa kok, Mas."

"Tapi uangnya berhasil di bawa kabur," lanjutku. Aku menitikkan air mata mengingat banyaknya uang yang menjadi tanggung jawabku itu. 

"Dek, yang penting kamu selamat. Uang bisa kita cari, nyawamu jauh lebih berharga."

"Suami ibu tentara, ya?" kata polisi ganteng mirip Song Jong Ki itu.

Mas Adry lalu mengalaminya. 

"Saya Adry, suami Bu Devi!"

Aku memperhatikan wajah Mas Adry. Wajahnya benar-benar tampak khawatir. Juga saat ia memperkenalkan diri sebagai suamiku. Akankah pernikahan ini berakhir hanya dalam beberapa bulan lagi?

***

Sebelum beranjak meninggalkan kantor polisi. Bripka Dirgantara Pratama meminta nomor ponselku.

"Bu Devi, boleh saya kasih nomor ibu ke istri saya? Kebetulan istri saya wartawan di Saribu Sungai Post."

"Boleh silakan, Pak!"

"Nama istri saya Nana Aprilia."

***

Kami akhirnya pamit dan meninggalkan kantor polisi menggunakan mobil pemberian ayah mertua.

"Dek, sebaiknya kamu berhenti bekerja di sana!"

"Mas, polisi sedang menyelidiki kasusnya. Mas dengar sendiri kan kata Pak Polisi ganteng tadi, pelacakan pelaku lainnya akan lebih mudah karena satu pelaku berhasil di amankan."

"Bripka Tama Dek, namanya ada kok. Lagian walaupun polisi lebih ganteng. Tentara jauh lebih gagah. Hitam-hitam kereta api, biar hitam banyak yang nyari," cerocos Mas Adry.

Entah kenapa tiba-tiba ia berbicara demikian. Apakah dia cemburu?

Aku mengulum senyum melihat tingkah Mas Adry. Apakah ia mulai mencintaiku?

"Adek kok, senyam senyum? Ada yang lucu?"

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Mas Adry, ponselku berdering. Nomor tak dikenal.

"Halo!"

"Selamat siang, Bu. Saya Nana Aprilia dari Saribu Sungai Post," ujarnya dari seberang sana.

***

Berita tentang perampokan itu kemudian jadi buah bibir masyarakat. Karena tak berselang lama polisi bisa meringkus dua pelaku lainnya. Bukan hanya penangkapan itu yang menjadi trending topik. 

Cerita tentang seorang istri tentara yang melumpuhkan rampok dengan tangan kosong menjadi headline di media cetak. Dimuat dihalaman paling depan.

Emak dan Ibu mertua bergantian menanyakan keadaanku. Mereka berdua lega saat kukabari keadaanku baik-baik saja.

Setelah kejadian itu, kepala cabang di kantor memberikan sebuah kabar baik padaku.

"Mulai hari ini Bu Devi akan dikawal saat ke Bank."

Aku mengangguk lega. Dengan pengawalan, setidaknya aku akan merasa lebih aman saat melakukan penyetoran uang ke Bank.

Setelah selesai menghitung uang setoran para sales juga kolektor, aku bersiap menuju Bank. 

Di halaman kantor, seorang tentara bersenjata laras panjang telah menunggu.

"Maaf, Pak. Sudah lama menunggu ya, Pak?"

Aku terkesiap ketika lelaki itu kemudian membalikkan badan.

"Devi!" Lelaki di hadapanku juga tampak terkejut. 

"Mas Brian," sapaku. Aku merasa kikuk di hadapan seorang mantan yang kini akan melakukan pengawalan.

Mas Brian membuka mobil untukku. Ia pun lalu duduk di jok pengemudi.

"Wah, boss memang benar-benar pelit. Seorang tentara yang sedang pengamanan harus merangkap sebagai sopir," gerutuku.

Sopir yang akan mengantarku ke Bank masih dalam tahap interview. Beberapa kandidat sopir masih bergantian masuk ke ruangan kepala bagian personalia.

"Gak apa-apa Dek! Lagian ini mengingatkan saat-saat bahagia mas," ujarnya sambil menatap lurus ke depan, fokus mengemudi.

Aku enggan bertanya maksud perkataannya. Bisa saja ia hanya memancingku. Walaupun aku tak tahu bagaimana nasib pernikahanku nanti dengan mas Adry. Aku tak mau jatuh dalam jebakan buaya ini untuk yang kedua kali.  

Masih terngiang-ngiang di telinga alasannya memutuskan hubungan denganku. Meskipun ia beralasan ingin fokus bekerja. Selentingan kabar yang kudengar, ia selingkuh dengan wanita lain.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status