Share

Bab 3

Bab 3

Apa aku harus mencari cerita lain ?

Untuk memberikanku cinta yang tak tuntas darimu

          25 Agustus 2007, Nyimas bermain kumbang di teras rumahnya. Menemani ibu yang sedang menyiram bunga kamboja. Tak berapa lama, kumbang itu terbang terusik tangan gadis kecil itu. Nyimas beralih ke bunga kamboja. Diambilnya daun-daun jatuh dari bunga kamboja mengikuti langkah ibunya. Nyimas berjongkok melihat bunga kamboja yang mulai mekar. Warnanya putih, merah dan kombinasi keduanya. Sudah 10 tahun Ibu Nyimas merawat bunga kamboja, dimulai dari satu biji kamboja yang diberikan ayahnya. Sekarang sudah 4 pohon kamboja.

“ Ibu, kata Mas Arka kalau bunga itu manis karena dia punya madu. Kenapa bunga bisa punya madu ? ” celoteh Nyimas

“ Itu memang pekerjaan bunga untuk memasak madu. Nanti madunya akan dimakan serangga. ”

“ Tapi bunga ini pahit rasanya. Nyimas pernah menjilat bunganya.  ” Nyimas menjulurkan lidahnya.

Ibu Nyimas tersenyum. Dia mendekati nyimas dan mengusap punggungnya.

“ Dia menyimpan madunya ditempat tersembunyi. Jadi manusia tidak bisa memakannya, karena madu bunga memang khusus untuk serangga ” terang Ibu Nyimas

           Sebenarnya bukan kebiasaan Nyimas membantu ibunya merawat bunga kamboja. Setelah pulang mengaji biasanya dia bermain di rumah Hasta, tapi sudah 3 hari Hasta demam. Biasanya pula Nyimas baru pulang ketika suara motor ayahnya terdengar melewati rumah Hasta. Namun kali ini dia hanya menunggu ayahnya pulang di rumah bersama ibu. Sebentar lagi ayah akan datang, tepat ketika langit mulai menggambar garis merah senja. Terkadang pula ketika adzan maghrib baru bersua di musholla dekat rumah.

             Tak berapa lama, ayah Nyimas sudah berdiri didepan pagar. Dia tersenyum melihat Nyimas yang sudah menunggunya di rumah. Bermain bersama ibunya dan bunga kamboja. Nyimas segera berlari melihat ayah. Ibu Nyimas juga menyambut suaminya pulang dengan senyuman. Lalu masuk kedalam rumah untuk membuatkan teh hangat.

           Ketika ayah Nyimas membuka pintu pagar, Nyimas melompat memeluk ayahnya yang dua kali lipat lebih tinggi. Pria itu menggendong Nyimas hingga duduk di kursi teras, memangku dan mengelus rambut Nyimas.

“ Ayah, ceritakan putri dan pangeran lagi. ” rengek Nyimas dengan membenamkan wajahnya ke dada ayahnya.

“ bagaimana ya, tapi Nyimas harus cium ayah dulu. Baru ayah akan cerita. ”

Nyimas bangkit dari dada ayahnya. Merangkak mendekati wajah dan mencium pipinya.

“Apa sekarang ayah mau bercerita ? ”

“ok. Putri dan Pangeran. Dulu ada seorang putri yang cantik, rambutnya panjang dan kulitnya putih. Sang putri sangat suka sekali warna merah muda. Jadi putri selalu memakai gaun merah muda. Suatu hari, putri bosan di istana. Dia keluar kamarnya tidak ada siapa-siapa. Akhirnya dia pergi keluar istana untuk pergi ke taman sendirian . Ditaman dia bertemu dengan putri dari kerajaan lain. Namanya Katulistiwa, dipanggil Isti. Putri Isti berasal dari pulau Melayu. Dia juga sedang kesepian sehingga bermain ke taman. Akhirnya putri ini berteman dengan putri Isti. Setiap sore, sang putri dan putri Isti bertemu ditaman untuk bermain bersama. ”

           Ibu Nyimas datang ditengah cerita. Dia meletakkan dua cangkir teh hangat di meja dan ikut bergabung mendengarkan cerita. Tapi perhatiannya tertuju pada bunga kamboja yang baru saja dibersihkan. Begitu singkat untuk bunga kamboja menggugurkan daunnya.

“ Di hari berikutnya, Putri Isti membawa seorang pangeran dari kerajaannya. Pangerannya sangat tampan, tinggi, tegap dan kulitnya sedikit coklat. Putri Isti memperkenalkan nama Pangeran yaitu Pangeran Maja. Kata putri Isti, pangeran sangat suka berburu kelinci di hutan. Sehingga kulitnya berubah coklat. Pangeran ini juga kesepian. Karena itu putri Isti mengajaknya ke taman untuk berteman dengan sang putri. ” Lanjut Ayah Nyimas

“ Mereka menghabiskan hari-hari bersama. Sampai mereka bertiga tumbuh dewasa. Pangeran Maja telah menjadi raja dan tak bisa lagi bermain bersama Sang Putri dan Putri Isti. Putri Isti juga harus menjaga kerajaan dan menjadi ratu. Sang Putri hanya bisa bermain sendiri karena teman-temannya sibuk. Akhirnya sang putri memutuskan tak pernah datang ke taman.”

          Ayah Nyimas mengambil cangkir teh dan menyeruputnya sedikit. Dilirik istrinya yang duduk memperhatikan bunga kamboja. Kemudian menyeruput kembali teh yang mulai sedikit dingin. Diberikan sisa tehnya untuk Nyimas yang masih duduk dipangkuannya. Nyimas langsung saja menghabiskan teh dan mengembalikan ke ayahnya.

“ Tapi, sang putri tak ingin pergi meninggalkan taman. Hingga dia harus menjadi ratu menggantikan ibunya yang pergi ke negeri lain. Putri memutuskan untuk pergi ke taman terakhir kalinya sebelum sibuk di kerajaan. Di hari terakhir, sang putri menemukan pangeran Maja duduk bersama teman laki-lakinya. Pangeran Maja memperkenalkan temannya itu kepada sang Putri. Teman Pangeran Maja juga kesepian. Karena kasihan dan sang putri tak bisa ke taman lagi, teman Pangeran Maja diajak sang Putri untuk tinggal bersama di kerajaan. Akhir cerita, sang Putri tak lagi kesepian karena dia sudah punya teman yang akan menemaninya selamanya di kerajaan. ” Ayah Nyimas mengakhiri dongengnya.

“ Ayah, sampai sekarang Nyimas belum  tahu  nama sang Putri ? ”

“ Kamu bisa menamainya sendiri.”

“ Kenapa harus begitu ayah ? kan ini dongeng ayah ”

Ayah Nyimas tak menjawab, dia hanya tersenyum.

“ Kalau begitu, sang putri itu namanya Nyimas ” Jawab Nyimas

Nyimas beranjak turun dari pangkuan ayahnya. Dia berdiri dan berjalan didepan kedua orang tuanya.

“ Lalu Ibu menjadi Putri Isti, Pangeran Majanya Ayah dan Pangeran yang menemani Nyimas adalah Hasta. ” Celetuk Nyimas sambil menunjuk Ibu dan Ayahnya.

          Ayah dan Ibunya hanya tertawa. Mereka berdua memandang Nyimas yang bertingkah lucu didepan. Begitulah sore hari mereka lalui bertiga. Ibu merawat bunga kamboja yang tak pernah berhenti menggugurkan daunnya dan Nyimas yang selalu menunggu ayahnya pulang untuk menceritakan dongeng Putri dan Pangeran. Dengan ditemani secangkir teh buatan ibu. Selalu berulang seperti ini.

##

“ Nyimas, sudah berapa hari Hasta sakit ? ” tanya Ayah Nyimas dengan mulut penuh

“ Sudah tiga hari ayah. Kata mas Arka, Hasta demam dan butuh istirahat. Jadi Nyimas disuruh pulang sama mas Arka. ” Jawab Nyimas yang sibuk memisahkan duri dari ikan

“ Halah, paling itu alasan Mas Arka nggak mau kamu main kerumahnya. Nanti dia kamu ajak main terus. Mas Arka kan harus belajar masuk kuliah. ” Ibu Nyimas membalas

“ Ibu sok tahu, Mas Arka suka kok main sama Nyimas. Buktinya Mas Arka selalu dengar cerita Nyimas kalau Hasta belum pulang ngaji. ” Bela Nyimas

“ Itu karena terpaksa Nyimas. Mas Arka menghormati kamu karena kamu tamu. ”

Ayah dan Ibu Nyimas terkekeh.

“ Nanti habis sholat Isya nemenin ayah jenguk Hasta ya ? Nanti kamu bantu ayah bawa buah-buahan untuk Hasta. Sekalian kita antar dia ke rumah sakit. ”

“ Ibu nggak ikut ? ”

“ Ibu jaga rumah, kalau ada tamu nanti siapa yang buka pintu ? ” 

          Ibu Nyimas telah menyiapkan buah-buahan sejak sore tadi ketika Nyimas mengaji. Dia memetiknya di kebun belakang rumah. .

          Setelah berjama’ah sholat isya dirumah, Nyimas segera berganti gaun karena dia akan mengantar Hasta ke rumah sakit kota. Ayahnya sudah sejak 10 menit yang lalu memanaskan mobil menunggu Nyimas bersiap. Ibunya dari tadi juga meneriaki Nyimas untuk cepat. Setelah selesai, Nyimas keluar kamar dengan berlari ke Ibunya. Tersenyum tanpa berdosa lalu berpamitan. Ayahnya menunggu didepan rumah. Nyimas menyusul semangat. Tak berapa lama mereka berdua menuju rumah Hasta.

          Rumah Hasta hanya berjarak 10 meter dari rumah Nyimas. Mereka masih satu gang dengan selisih 5 rumah. Jalanan masih ramai karena kebetulan malam ini malam minggu. Ada beberapa ibu-ibu yang duduk di pos RT saling berbincang. Sedangkan warung kopi juga ramai dibandingkan hari-hari biasanya. Ada pula perkumpulan karang taruna di rumah pak RT yang bertetangga sebelah rumah Hasta. Berbeda dengan rumah Hasta hening, sandal yang diletakkan diteras rumah berjumlah 3 pasang. Menandakan bahwa penghuni rumah Hasta masih lengkap.

          Setelah menjenguk Hasta, ayah Nyimas menggendong Hasta menuju mobil. Dibelakang Nyimas membawa beberapa baju Hasta yang mungkin diperlukan jika Hasta akan rawat inap. Bibi dan Mas Arka juga ikut mengantar Hasta ke rumah sakit. Sudah 3 hari Hasta demam dan tak turun. Di kampung ini tidak memiliki fasilitas puskesmas sehingga warga yang sakit harus pergi ke rumah sakit kota untuk pengobatan.

          Setelah diperiksa, Hasta diharuskan untuk rawat inap. Mas Arka dan Nyimas menemani Hasta di ruangan. Malam ini kemungkinan mereka akan tidur menemani Hasta. Setelah mereka bertiga tertidur, Ayah Nyimas pergi keluar bersama Bibi.

“ Aku titipkan Nyimas dan Dewi. Minggu besok aku akan pergi ke Palembang untuk waktu yang lama. Ku tinggalkan nomer telefonku jika kamu memerlukannya. Jangan beritahu mereka berdua jika aku akan pergi. ” ucap Ayah Nyimas

          Wanita yang merawat Hasta tersebut hanya terdiam menunduk tak berani menatap wajah ayah Nyimas. Matanya terpejam menahan tangis. Entah apa yang yang dia fikirkan.

“ Oh ya Ayu. Kamu juga harus menjaga rahasiaku dengan Hasta. Tenang saja, aku akan memberitahunya di waktu yang tepat. Ku percayakan mereka bertiga padamu. ” pria tersebut menyandarkan tubuhnya di kursi dan menghisap rokok baru.

“ Uang kuliah Arka kelak mungkin aku tak bisa menanggungnya lagi. Tapi akan aku usahakan dia mendapatkan beasiswa ke Jerman sesuai denga cita-citanya. Temanku di Palembang bekerja di kedutaan Jerman.  ”

“ Siapa yang hendak kamu temui di Palembang ? ”

“ Teman lama ” jawabnya dengan tersenyum

##

          Sebenarnya, Nyimas tak benar-benar tidur. Alas tikar membuatnya susah untuk melelapkan diri. Ditambah lagi dia harus berbagi tikar dengan Arka yang bertubuh besar.  Dia bangun dan terduduk. Ditengoknya Hasta yang juga masih terjaga. Hasta menangis. Nyimas tergerak untuk bangkit menemani Hasta.

“ Kenapa kamu menangis ? ” Tanya Nyimas

“ Nyimas, aku rindu ibu.  ” Jawab Hasta terbata-bata.

“ Mau aku dongengkan cerita Putri dan Pangeran tidak ? ”

“ Tidak, aku sudah bosan. ” Protes Hasta

“ kali ini, ada rahasia besar di cerita itu. ” Nyimas berbisik,

“ Kamu tahu tidak, nama sang putri yang tidak pernah aku tahu ternyata Nyimas. ” Suara Nyimas semakin pelan berbisik.

“  Lalu Putri Isti itu Ibu dan Pangeran Maja itu Ayah. Kamu juga ada di dongeng itu, jadi temannya Pangeran Maja. Jadi kamu selamanya bermain denganku. ”

“ Tidak mau. ”

“ Hei, kamu akan mendengar 1000 dongeng dariku saat bermain nanti. Kamu tidak akan pernah bosan denganku. Tapi tunggu dulu ya. Aku harus membaca 1000 buku sebelum membuat 1000 dongeng. Kamu harus temani aku ke perpustakaan sekolah waktu istirahat setiap hari. Setelah itu, aku bisa menceritakan dongeng yang lebih bagus dari ayah. ” Jelas Nyimas.

“ Bagaiman akhir dongeng Putri dan Pangeran  ? kamu selalu tidak sempat menceritakan akhirnya. ”

“ Oh ya, baik dengarkan aku baik-baik. ”

Nyimas naik ke ranjang tidur Hasta dan duduk. Hasta juga terduduk sehingga mereka berdua saling berhadapan.

“ Putri Nyimas mengajak  Pangeran Hasta untuk tinggal bersamanya di Kerajaan. Karena Pangeran Hasta kesepian dan Putri Nyimas tak bisa pergi lagi ke taman. ”

“ Terus ? ”

“ Itu sudah akhir Hasta. ”

“Sudah biasa aku dengar. ”

“ Baik, Putri Nyimas tak menyukai kehidupan kerajaan. dia menyerahkan kerajaan untuk Pangeran Hasta. Pangeran Maja tak menyukainya juga. Akhirnya mereka meninggalkan kerajaan dan pergi di taman, disana Pangeran Hasta dan Putri Nyimas membangun rumah yang indah dan tinggal bersama disana dengan damai. Bagaimana ? ”

“ Kamu tak pandai mendongeng. ”

          Hasta menjulurkan kakinya bersiap tidur,  badan Nyimas terdorong dan hendak terjatuh. Tanpa rasa bersalah Hasta mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan Nyimas merasa sebal memukul badan Hasta.

“ Aku ini sakit. ” Ucap Hasta dengan nada tinggi

“ Maaf. ”

“ Selamat malam ! ”

          Suara jangkrik berdenging dalam malam. Nyimas kembali ke bawah untuk bersiap tidur. Dia merasa bersalah telah memperburuk suasana hati Hasta. Diambilnya kertas dari tas kecil yang ia bawa. Arka yang sudah tidur terbangun karena tas kecil itu mengenai kepalanya. Nyimas tak menyadarinya dan duduk disamping Arka menulis akhir cerita Putri dan Pangeran yang bagus untuk diceritakan kembali kepada Hasta. Tak ingin menganggu, dia memejamkan mata meskipun sadar. Dari sana Arka berharap bisa mendengar celotehan dari Nyimas, celoteh yang berasal dari hatinya. Tentang pangeran dan putri tak bernama.

​

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status