Bab 14
Aku bertanya padamu
Apa rencana yang hendak kuceritakan
Jika seandainya tak seorangpun yang tuli
Gerakan Feminis sudah bubar, sejak kejadian fajar tadi beberapa orang terpaksa dipulangkan. Rencana sore di hari kedua untuk melakukan aksi demonstrasi damai batal. Justru disaat matahari terbenam, alun – alun sudah bersih seperti sedia kala. Petugas kebersihan kota dan beberapa bantuan dari para feminis membersihkan sisa – sisa tenda yang hancur.
Nyimas yang sempat pingsan sudah siuman beberapa jam kemudian. Beberapa ketua dari masing – masing kampus menungguinya. Di puskesmas terdekat Nyimas hingga saat ini masih terbaring meski sudah sadar. Hanya matanya saja yang bisa berbicara bahwa dia masih memikirkan keadaan orang - orang. Nyimas termenung, melihat cahaya sore yang silau dari jendela kamar rawat sementaranya. Mukanya berminyak, tak sempat ia harus merawat dirinya.
&ldquo
Bab 15Ketika aku bertemu dengan titikAku bertanya padanya didepan cerminApakah kamu memerlukan sebuah koma ?“ Bangun ! ”Nyimas masih tertidur, tak ada reaksi berarti darinya meski sudah ditampar berulangkali. Kaos merah muda yang masih terpakai sudah tak lagi menampakkan kefeminiman warnanya. Beberapa noda hitam dan coklat merusak arti. Beberapa bagian tubuhnya lebam kebiruan karena ia terjatuh dua kali. Belum sempat sembuh seutuhnya, dia sudah terkena sial yang sama.“ Cepat bangun hei orang sosialis ! ” Wanita tua itu terus berlaku kasar.Matanya mengerenjak. Kornea mata yang berwana coklat mulai terlihat sedikit. Ia mulai bangun. Namun bukan di puskesma, dia terduduk di sebuah kursi dengan badan yang terikat kencang. Bekas ikatan itu menyesakkan darahnya sehingga badannya terasa kaku. Belum lagi pipinya terasa pedas yang belum ia sadari bekas tam
Epilog“ Hei Zamrud ! ”“ Nyimas, aku nggak tahu kamu di Lampung ? Mau main ke rumah wak dulu ? ” Zain menyerobot Zamrud untuk berbicara. Zamrud sendiri masih terperangah dengan Nyimas yang ditemui tempat peristirahat bus di Lampung.“ Aku habis dari rumah wak. Ini mau pulang. ”“ Nahhhh, kau tak bilang – bilang. Untung saja kita ketemu disini. Zamrud mau menyusul kau di Palembang. ” Tunjuk Zain ke arah Zamrud dibelakangnya. Masih termalu – malu dengan penampilan Nyimas.Nyimas melihat Zamrud dengan senang. Sudah sekian lama mereka tidak berkirim kabar dan saling memendam rasa. Walau sebenarnya sudah tahu. Zain melihat gelagat mereka yang tak berubag dari SMA hanya menggelengkan kepala.“ Duduk saja dikursi situ. Waktu istirahatku masih 15 menit. Kau sendiri Nyimas ? ” Zain menggiring mereka berdua di tempat yang teduh dan berkurs
Ketika Hitamnya Pena Telah Memudar oleh airDisaat itulah kertas menyerap dengan cepat sisa tintaAgar sang pemilik memori tak lupaDengan ceritanya dikemudian hari Sejak 30 menit lalu gadis berkaos merah yang duduk disana hanya menatap jarum jam berjalan maju. Seolah membenci waktu yang semakin berjalan. Sedangkan wanita yang lebih tua juga duduk di kursi bawah jam dinding. Menggunakan baju terusan berwarna putih yang tampak lusuh. Wajahnya lelah dan kotor. Lebam biru dengan luka yang terbuka kecil menambah cerita buruk bagi perempuan tua itu.“ Kapan Ayah akan pulang ?” gadis itu membuka mulutnya dengan suara serak.“ Jangan kamu tunggu Ayahmu. Dia tak akan kembali. ” Angin dingin masuk menambah suasana beku diruang makan. Lampu tak ada yang dinyalakan ka
Apakah aku bisa tetap menjagaTentang tulisanmu yang kau kirimOleh angin ceritakan rindu tentang pergi dan pulangDan tanda tanya sebuah rasa terselubung Warung kopi itu telah ramai, Arka dan Hasta terlambat untuk menikmati secangkir kopi legendaris darinya. Setelah mendarat di Surabaya, Arka langsung menuju warung kopi. Hasta telah datang 15 menit sebelumnya dan warung kopi tersebut sudah penuh dengan pengunjung. Mereka berdua hanya bisa mencium aroma kopi dari seberang jalan, cukup memanggil kembali nostalgia masa sekolah dulu.“ Mas Arka mau nunggu disini dulu ? ” Tanya Hasta“ Tidak, kita pulang ke rumah saja. Tapi, setidaknya kita bisa membeli 2 bungkus kopi. ” Arka tersenyum ke arah Hasta“ Apa mau masuk dulu ? Aku kangen dengan suasana warung kopi ini. Sejak Mas Arka pergi, aku nggak pernah ke s
Bab 3Apa aku harus mencari cerita lain ?Untuk memberikanku cinta yang tak tuntas darimu 25 Agustus 2007, Nyimas bermain kumbang di teras rumahnya. Menemani ibu yang sedang menyiram bunga kamboja. Tak berapa lama, kumbang itu terbang terusik tangan gadis kecil itu. Nyimas beralih ke bunga kamboja. Diambilnya daun-daun jatuh dari bunga kamboja mengikuti langkah ibunya. Nyimas berjongkok melihat bunga kamboja yang mulai mekar. Warnanya putih, merah dan kombinasi keduanya. Sudah 10 tahun Ibu Nyimas merawat bunga kamboja, dimulai dari satu biji kamboja yang diberikan ayahnya. Sekarang sudah 4 pohon kamboja.“ Ibu, kata Mas Arka kalau bunga itu manis karena dia punya madu. Kenapa bunga bisa punya madu ? ” celoteh Nyimas“ Itu memang pekerjaan bunga untuk memasak madu. Nanti madunya akan dimakan serangga. ”“ Tapi bunga ini pahit rasanya. Nyimas pernah menjilat bunganya. ” Nyimas menjulurkan li
Aku cinta dan tak berarti lemahJustru kamulah yang membuatku kuatUntuk membalas dendam perasaan dari air kehidupanDan peluh dari teriakanmu tentang kulit jari yang mengelupas Pria itu Zamrud, berbadan kekar yang telah melewati fase membingungkan dalam hidupnya. Setelah perjalanan dari rumah sakit, ia kembali ke rumah. Sang istri telah menyambutnya dengan teh hangat di meja tamu, setelahnyya wanita itu sendiri sedang sibuk membuat sarapan. Zamrud duduk menatap langit-langit ruangan yang mulai menghitam. Rumah itu sudah tua, seumur dengan pernikahannya dengan Dewi. Diruang tamu inilah dia mengucapkan akad nikah dengan mas kawin bunga kamboja putih di teras rumah. Itu permintaan dari Dewi. Tidak seperti wanita pada umumnya, Dewi sangat menyukai bunga. terlebih lagi bunga berwarna putih. Karena pada masa itu harga bunga mawar putih mahal
Maafkan aku, yang tak bisa mengembalikan jejak kakimuUntuk kemudian kau berikan pada lainnyaAtau tanah yang kau bisiskiBiarkan aku sebagai perawat untuknya Perpisahan, satu hal yang tak diinginkan. Walau begitu, kenangannya tentang seseorang membuat Zamrud harus pergi. Entah berapa langkah lagi dia akan benar-benar akan keluar atau tetap terjebak dalam permainannya sendiri. Zamrud meninggalkan Dewi dan Nyimas untuk pergi ke kota. Bohong, dia harus berbohong terus demi cintanya. Banyak yang bilang dia pria tak berlogika. Hanya mementingkan keberadaan dirinya tanpa tahu manusia lain juga mempunyai perasaan. Entah apa hubungannya, bagi Zamrud dia harus cepat menyelesaikan pelik diri sendiri baru meminta ma’af. Satu jam yang lalu, Nyimas telah pergi bersama Arka. Walau masih SMA, Zamrud percaya Arka lebih bisa menjaga Nyimas dibanding dirinya. Dia pria yang tak banyak menuntut dan suka memperhatikan orang. T
Ketika jam mulai berdetakSatu tusuk untuk ingatan tentang dirimu yang selalu tertunduk“ Apa Nyimas masih menulis dongeng ? ”Hasta tersenyum kecut. Matanya melihat keatas sambil menghela nafas. Hangantnya bauan kopi pesanan sudah hilang berganti dengan bau tanah yang khas setelah hujan. Masih rintik diluar, tapi cukup untuk membasahi rambut. Bu Sri hendak memulai ceritanya, sudah saatnya untuk jujur dengan dirinya. Tapi suaranya sangat serak untuk berbicara tentang kebohongan dirinya sendiri.“ Mas Arka masih ingat damar kurung yang dibeli dengan Nyimas ? ”“ Iya. ”“ Dia menyimpannya di gudang rumah. Nyimas menunggu mas Arka pulang untuk melukisnya. ” canda Hasta. Tapi tak terlihat sedang bercanda. Arka sedikit memahami situasi ini. Dia hanya diam saja dan tak banyak bertanya. Walau banyak sekali gemuruh hatinya untuk berkata. Dilihatnya kanan-kiri. Pengun