Share

BERTEMU KEMBALI

"Kau?" Keandra kaget. Tidak menyangka Anes yang dimaksud Azka adalah Anes yang itu. Wanita yang pernah disekap nya selama dua hari tiga malam.

Sedangkan Anes. gadis itu melengos. Membuang tatapannya ke arah lain saat tanpa sengaja beradu tatap dengan Keandra. Anes yang sudah menduganya dari suaranya tadi, tidak ingin membalas tatapan Keandra yang dingin dan tajam menusuk.

"Anda sudah mengenal Anes sebelumnya, Tuan?" tanya Azka, mengerutkan dahinya melihat siluet wajah Keandra saat bertatapan dengan Anes.

Tersadar dari terpaku nya, Keandra segera menguasai keadaan. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Bahkan bertemu pun baru sekarang," bantah Keandra, bohong.

'Hh! Dasar pembohong! bagaimana dia bisa bilang kalau kami baru bertemu sekarang? Padahal dia sudah meninggalkan noda di tubuhku yang takkan pernah bisa terhapus selamanya.' batin Anes, diam-diam mendengkus kesal.

"Oh. Saya pikir Anda mengenal Anes," ucap Azka, menganggukkan kepalanya. Kemudian, "Anes! Kamu boleh kembali bekerja," perintah Azka.

"Baik Pak." Anes menurut. Langsung duduk kembali di kursinya.

"Mari Tuan Kean. Kota ke ruangan Anda sekarang," ajak Azka.

"Hm." Keandra mengangguk. Lalu keduanya pergi dari meja Anes. Menuju ruangan Arsen, ayah Keandra sekaligus kakak ipar Anes.

Anes masih diam di tempatnya. Tidak berani melihat kepergian Keandra. Gadis itu merasa frustasi. Menurutnya dunia ini terasa sempit karena harus bertemu kembali sosok yang telah merenggut kehormatannya. Memporak-porandakan jiwanya.

'Sial sekali nasibku. Apa benar dia akan memimpin perusahaan, menggantikan Kak Arsen? Kalau benar, itu artinya aku harus bertemu dengannya setiap hari. Dan itu artinya aku harus segera resign dari kantor ini. Aku tidak Sudi bertemu laki-laki bajingan seperti dia,' batin Anes, sepeninggal Keandra. Tanpa sadar tangannya mengepal erat di atas meja. Sedangkan tubuhnya kembali bergetar saat mengingat malam kelam itu. wajahnya juga terlihat pucat. Di balik kemarahannya, ternyata Anes menyimpan trauma yang mendalam atas kejadian malam itu.

***

"Bisa kamu bawa data beberapa karyawan di kantor ini?" pinta Keandra saat dirinya sudah duduk di kursi yang biasa Arsen duduki. Wajahnya terlihat dingin dan kaku. persis seperti ayahnya saat berhadapan dengan para karyawan.

"Bisa Tuan. Anda ingin data karyawan di bagian apa?"

"Karyawan magang. Aku ingin data mereka," jawab Kean, datar.

"Hah. karyawan magang?" Azka ingin meyakinkan pendengarannya.

"Hm."

"Tapi untuk apa Tuan? untuk apa Tuan ingin mengetahui karyawan magang?" tanya Azka yang sudah yakin dengan pendengarannya yang tidak salah.

Keandra tidak menjawab. Hanya menatap tajam kepada Azka. Seolah berkata kalau Azka tidak usah ikut campur dengan apa yang dilakukannya.

Azka sampai merinding melihat tatapan dingin Keandra. Dia mengerti kalau saat ini juga doa harus segera kabur dari ruangan itu.

"Baiklah, Tuan. Saya mengerti. Saya akan membawakan data yang Anda inginkan, segera," pamit Azka. Segera pergi meninggalkan ruangan Keandra.

"Sialan. Aku sampai lupa gadis itu diculik dari tempat basement tempat ini. Tentu saja doa pasti ada di kantor ini," gumam Keandra. "Tapi siapa dia sebenarnya? Kenapa anak buahku lama sekali menyelidiki asal usul dia?" lanjut Keandra. kesal dengan anak buahnya yang belum juga memberikan laporan tentang siapa Anes sebenarnya.

Sekarang Keandra sedang menunggu Azka. ingin segera memeriksa data tentang Anes.

***

Sore hari. Semua karyawan kantor satu persatu sudah keluar dari bangunan megah itu. Sudah waktunya jam kantor selesai. Termasuk Erika. Sahabat Anes itu sudah sejak tadi pulang. Tidak menunggu Anes dulu yang sedang menyelesaikan pekerjaannya yang belum beres. Padahal biasanya dia menunggu Anes selesai. Tapi hari ini sahabat Anes itu sedang buru-buru.

Akhirnya Anes selesai juga mengerjakan tugasnya. Diapun segera membereskan semuanya. Dia ingin cepat pulang. Agar perasaan tenang.

Sejak tadi dia bekerja dengan hati yang berdebar. Takut dengan keberadaan Keandra di kantornya.

Setelah selesai, Anes segera beranjak pergi menuju lift. Berharap tidak bertemu dengan laki-laki berengsek yang sedang berusaha dihindarinya.

Anes berdiri di depan lift khusus petinggi perusahaan. Statusnya yang adik ipar dari pemilik perusahaan, Arsen Sagara. Membuatnya bebas menggunakan lift manapun. Termasuk lift khusus para petinggi.

Pintu lift akhirnya terbuka. Anes masuk ke dalamnya. Anes memencet tombol satu. Tempat dimana lobby kantor berada. Pintu lift pun mulai tertutup perlahan. Ingin membawa penghuninya turun ke lantai bawah.

Namun ternyata lift itu tidak langsung turun ke bawah. Tapi malah ke atas. Ke lantai puncak. Sepertinya ada yang memencet tombolnya dari lantai atas terlebih dahulu sebelum Anes memencetnya tadi.

Hingga,

Ting!

Lift akhirnya berhenti saat tujuan sudah sampai. Pintu lift mulai terbuka perlahan. Anes segera beranjak. Hendak keluar dari lift. Menyangka sudah berada di lobby kantor. Dia tidak sadar kalau saat ini sedang ada di lantai puncak bangunan itu. Tempat dimana orang yang pertama memencet lift.

Namun sayang. Sebelum Anes melaksanakan niatnya, mendadak aura hitam menyelimuti ruangan lift. Bayangan seseorang, pemilik aura hitam itu sedang berdiri di pintu lift yang terbuka. Menghalangi Dea keluar dari lift.

Keandra Mahardika Sagara. Sang pemilik aura hitam itu tersenyum smirk ke arah Anes. Dengan tatapan yang tajam menghunus seperti biasanya.

Tubuh Anes seketika bergetar hebat. Rasa trauma yang ditinggalkan laki-laki itu masih melekat di dirinya. Seketika ketakutan menghiasi wajahnya.

Anes ingin melangkah keluar dari dalam lift. Tidak peduli Kean yang sedang berdiri di hadapannya. Pokoknya dia harus pergi dari sana. Pergi dari bahaya. Menghindar dari pria berengsek yang telah merenggut kehormatannya.

Namun kakinya terasa seperti dipaku ke lantai. Tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan untuk sekedar menggeser kakinya sekalipun. Saat ini dia malah berdiri tak bergeming dengan tubuh yang benar-benar gemetar dengan keringat dingin yang mulai mengucur.

Apalagi saat pemilik aura hitam itu masuk ke dalam lift. Berdiri di depannya, Semakin membuat Anes sukar menggerakkan tubuhnya. Hanya menatap Keandra penuh ketakutan dan terluka.

“Halo. Akhirnya kita bertemu kembali?” sapa pria itu. Dengan senyum smirk yang tak luput dari bibirnya.

Tatapan tajam ke netra Anes, langsung menembus jantung gadis itu. Membuatnya semakin tidak bisa menggerakkan badannya. Diam terpaku di tempat. Dengan wajah yang pias dan tubuh yang terus gemetar.

"Pe_pergi!" pinta Anes, terbata. Meminta Keandra pergi dari lift yang sama dengannya. Benar-benar takut berada di ruangan kecil bersama manusia jelmaan iblis.

"Pergi? Tentu saja. Tapi nanti. setelah sampai," jawab Keandra, tenang. Bersandar di dinding lift dekat pintu.

Anes tidak bicara lagi. Masih terdiam. Menunggu lift segera berhenti di tempat yang dia inginkan yaitu lobby. Anes berharap segera keluar dari lift.

Hingga lift itu benar-benar berhenti dan pintu mulai terbuka.

Anes masih diam. berharap Kean duluan keluar dari lift.

Namun ternyata laki-laki itu tidak juga pergi. Masih bersandar di dekat pintu lift. Malah dengan seenaknya doa menekan tombol menutup. Hingga pintu lift kembali menutup.

Anes tersentak kaget. Dengan segenap keberanian yang mencoba dikumpulkannya, dia melangkah melewati Kean sebelum pintu lift benar-benar tertutup.

Sayangnya Keandra tidak membiarkan Anes pergi. Dia meraih tangan Anes.

"Mau kemana kamu?" tanya Keandra dengan suara datarnya.

“A_aku mau pulang.” Walau gugup, akhirnya Anes berhasil menjawab.

“Pulang? Ck.. Ck.. Padahal sudah aku peringatkan sebelumnya. Jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku, jika tidak ingin kesialan menghampirimu,” ucap Kean, dingin. Tangannya langsung mencengkeram dagu Anes. Sedangkan wajah dinginnya dia dekatkan ke telinga Anes.

“Tapi kamu masih saja bandel. Jadi jangan salahkan aku, kalau akhirnya aku kembali mengulang kejadian malam itu,” Bisiknya di telinga Anes.

Selesai bicara. Tangannya langsung mendorong tubuh Anes ke belakang. Hingga dengan terpaksa gadis itu mundur ke belakang. Hanya dua langkah. Sebab punggungnya sudah menyentuh dinding berlapis kaca yang ada di lift tersebut.

Tidak sampai di situ. Tangan kekar Kean diletakkan di kedua sisi kepala Anes. Dengan tubuh yang menghimpit gadis malang itu. Membuat pergerakannya terkunci oleh tubuh Deva.

“Le_lepas! A_aku mau pu_pulang,” lirih Anes, menatap penuh permohonan. Air mata sudah mengalir membasahi pipinya yang mulus. Sementara tubuh itu terus bergetar ketakutan.

Namun bukannya menjauhkan tubuhnya dari Anes, Kean malah semakin memepet tubuh itu. Membuat gadis itu sedikit kesusahan dalam bernafas.

“Melepasmu? Boleh. Tapi setelah ini,” jawab Kean, tersenyum licik.

Tanpa aba-aba, Kean melahap bibir Anes yang bergetar. Menghisap bibir itu secara brutal. Seolah ingin melahap habis bibir mungil di hadapannya sampai tidak tersisa.

Sekuat tenaga Anes berontak. Namun tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Kean. Hingga Anes akhirnya menyerah. Membiarkan Kean melakukan apa yang dimauinya.

Merasa Anes sudah tidak lagi memberontak, Kean pun melepaskan pagutannya. Merenggangkan sedikit tubuhnya. Menyisakan sedikit jarak diantara mereka. Hingga dadanya dan dada Anes tidak lagi terlalu menempel.

Kean menghisap oksigen yang hampir habis akibat serangannya di bibir Anes. Sementara ibu jarinya menyentuh bibir Anes yang ranum.

“Bibirmu manis, Jalang! Apalagi tubuhmu. Nikmat. Sayangnya kamu sok jual mahal padaku. Kamu baru mau menyerahkan tubuhmu kalau aku paksa.”

Kean mengusap bibir Anes lagi dengan jarinya. Kali ini tidak ada kekasaran dalam usapannya. Matanya pun menatap sayu bibir Anes yang basah akibat salivanya. Ingin kembali mengecup bibir itu.

Anes masih diam. Membiarkan saja apa yang akan dilakukan Kean lagi. Hanya matanya yang menatap penuh kebencian wajah berengsek di depannya.

Wajah Kean kian mendekat. Ingin kembali memagut bibir Anes. Hanya tinggal lima senti lagi bibir Kean bertemu dengan bibir, ketika tiba-tiba,

Bugh!

Anes memukulkan keningnya sekuat tenaga ke kening Kean. Tidak peduli kepalanya yang akan pening. Anes melakukan itu. Membuat tubuh Kean mundur tanpa sadar sambil memegang keningnya yang berdenyut nyeri.

Tidak sampai di situ. Melihat Kean yang mundur ke belakang dalam keadaan lengah, kaki Anes beraksi. Satu kakinya mengangkat ke atas.

Bugh!

Kaki Anes menendang keras tubuh bagian bawah milik Kean. Tubuh Kean yang paling sensitif. Yang telah mengoyak kehormatan Anes.

Kaget dan nyeri menyerang tubuh Kean. Laki-laki itu langsung melolong kesakitan sambil memegang tubuh intinya.

“Shit! Dasar jalang sialan. Kamu ingin merusak masa depanku?” teriaknya. Menggema di ruangan lift yang kecil.

Kedua tangan Kean yang tadinya memegang kepala, kali ini memegang aset berharganya. Tubuhnya membungkuk. Menikmati kesakitan yang kini dirasakannya.

Anes tidak menyia-nyiakan kesempatan. Gadis itu segera memencet tombol buka di samping pintu hingga lift pun terbuka. Dia pun segera kabur dari cengkeraman Kean.

Berlari menuju pintu keluar. Itu yang dilakukan Anes agar bisa terlepas dari Kean. Tidak peduli dengan pandangan mata beberapa orang yang masih ada di lobby. Yang menatap aneh kepadanya.

Sesampainya di luar, dia langsung pergi ke basement. Tempat dimana mobilnya di parkir.

Dengan nafas yang terengah-engah, Anes sampai di mobilnya. Tangannya yang bergetar, berusaha merogoh tas punggungnya. Hendak mencari kunci mobilnya.

Karena panik, Anes tidak langsung menemukan kunci itu. Anes terus berusaha mencari kunci mobilnya. Berpacu dengan waktu.

Di tengah kepanikan nya mencari kunci, tiba-tiba sebuah tangan menepuknya dari belakang.

Anes semakin panik. Dengan tubuh yang gemetar, Anes memalingkan wajahnya ke belakang.

“Mau ke mana kamu?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status