ELA
Ela melepas gaun yang melekat pada tubuhnya sesaat setelah dia tiba di kamarnya. Dia mematut dirinya di depan cermin besar, melihat refleksi wajah dan tubuhnya yang terlihat menyedihkan sembari termenung. Gerakannya mengganti pakaian kemudian menyisir rambutnya terasa seperti autopilot. Rasa sakit hatinya mengalahkan semua pemikiran yang sedang bercokol hebat di dalam otaknya. Ela tak menyangka bagaimana keluarganya menolak mentah-mentah tentang fakta yang dialaminya dan memilih untuk membicarakan kelanjutan nasib keluarga mereka dibandingkan mengecek keadaannya. Belum lagi Dhanu. Pria yang dia anggap sebagai salah satu orang yang akan membelanya justru memilih untuk mencampakkannya dan dengan tegas mengutarakan penolakannya atas pertunangan mereka. Tak lama Ela tertawa sendiri, seperti orang gila. Ya, dia memang jadi gila! Ternyata ini adalah wajah asli keluarga Dharmawan. Ela ternyata hidup dalam keluarga semu dan semua persepsinya tentang kehangatan keluarga hanyalah ilusi semata. Ilusi yang langsung gugur dan runtuh karena tipu muslihat yang menimpa dirinya dan sang ajudanāPradipta. Ela beranjak menuju recliner seat di dekat balkon kamarnya yang berada di lantai duaādengan pemandangan langsung ke taman depan rumah. Biasanya dia membuka ponselnya saat duduk sambil melihat pemandangan di waktu senggang. Namun tidak untuk sore ini. Dia tak ingat di mana ponselnya berada. Mungkin saja hilang atau diamankan orang lain, entahlah. Pikirannya buntu. Ela tak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan semua masalah ini. āLebih baik kamu nggak usah keluar dari rumah dulu, Ela.āEla mendengar kakaknya berbicara. Pintu kamarnya yang biasanya diketuk dahulu tiba-tiba terbuka begitu saja dan kakaknya melenggang tanpa meminta izin darinya dahulu. Dinamika hubungannya dengan Deshinta memang tak terlalu baik sejak beberapa tahun lalu. Semuanya dimulai ketika pacar Deshinta memilih untuk memutuskan kakaknya dan mengejar dirinya. Tentu saja Ela menolak mentah-mentah dan menunjukkan solidaritasnya kepada sang kakak. Namun sepertinya itu adalah titik mula hubungan mereka yang merenggang, dan seberapa kuat Ela mencoba menjalin kembali hubungannya dengan sang kakak, sekuat itu pula Deshinta menolak uluran tangannya. āKenapa?ā tanya Ela dengan tenang, meskipun dia tahu ke mana arah pembicaraan mereka. āBiar aku dan Papa membereskan masalah ini dengan Dhanu dan keluarganya. Setelah beres baru kamu bisa cabut ke UK atau US. You just need to stay low-key for a while,ā tandas kakaknya yang bersedekap sambil menatap Ela dengan serius. āJadi ini balasanmu, Mbak, atas kesalahpahaman tentang Harsya bertahun-tahun lalu?ā Ela bangkit dari kursinya dan menatap langsung ke manik mata sang kakak. Deshinta sedikit lebih pendek dibanding dirinya yang memiliki tinggi 175 cm. Kakaknya mungkin 10 cm lebih pendek dibanding dirinya, namun tentu sajaāwhere she was lacked in height, she was extremely gifted in other things. Tubuh Deshinta terlihat proporsional dan begitu seksi, ditambah dengan beberapa kali kunjungan plastic surgeon terkemuka di Korea SelatanāDeshinta terlihat begitu seksi dan menggoda. Berkebalikan dengan Elaina yang cenderung ramping tanpa lekuk tubuh indah seperti sang kakak. Deshinta mengedikkan bahunya santai. āKamu memang perlu merasakan gimana rasanya kehilangan orang yang dicintai karena saudara sendiri. It sucks, isnāt it?ā balas Deshinta dengan tak acuh. Gestur tubuh kakaknya kini membuat Ela emosi. āTapi aku bahkan nggak suka sama Harsya! Sama seperti kejadian semalam dengan Pak Dipta! Seharusnya Mbak Des bela aku waktu itu! Bukan memperuncing masalahāā Rentetan protesnya segera dibalas dengan gelengan kepala dan seringai mengejek dari kakaknya. āMemperuncing masalah? Aku?ā Kini suara Deshinta semakin meninggi. āNggak ngaca kamu ya? Semua kekacauan ini karena kamu seorang, Ela! Nggak usah mencari pembenaran dan malah menyalahkan aku!ā Deshinta membentak Ela. āTapi aku juga korban, Mbak!ā Ela berteriak histeris. Akhirnya dia tak bisa menahan gejolak rasa sedihnya yang sudah terlalu dalam. āKamu jelas-jelas menikmati malam itu sama Pradipta! Nggak usah bohong! Aku bisa lihat dari matamu saat memandang pengawal rendahan itu!ā Deshinta kini mengeskalasi perseteruan mereka dengan mendorong tubuh Ela. Ela terkesiap. Kaget kakaknya bertindak agresif sampai seperti ini. āMbak Des!ā Ela tak terima dengan sikap kakaknya. āDonāt blame me if in the end, I will be the one who marries Dhanu. Kamu yang sudah begitu bodoh melepaskan kesempatan itu!ā Selesai mengucapkan hal tersebut, Deshinta keluar dari kamar Ela dan menutup pintu dengan keras. Entah apa yang merasukinya, Ela tak diam saja dan dia mengejar kakaknya. Mungkin untuk bertengkar sebagai penyaluran emosinya, atau dia ingin membela dirinya dari segala bentuk fitnah yang ditujukan kepadanya sejak mereka memergoki dirinya bersama Pradipta tadi pagi. āMbak Des! Kamu nggak bisa pergi begitu saja! Aku nggak terima dihina seperti iniāāEla setengah berlari menuruni tangga marmer dan mengejar kakaknya yang berniat untuk keluar rumah. āPak Ridho, tahan Ela! Jangan biarkan Ela keluar dari rumah ini tanpa perintah Papa atau aku!ā Perintah kakaknya seperti petir di tengah hari bolong. āKamu nggak bisa mengurungku di sini, Mbak!ā Ela memberontak marah. Dia akhirnya bisa memapas jarak dan menghampiri kakaknya lalu menahan agar kakaknya tidak pergi sebelum semuanya terselesaikan. Saat Ela memegang bahu Deshinta, Pak Ridho datang di tengah-tengah mereka dan melerai keduanya. āIbu, tolong jangan memperkeruh keadaan,ā pinta Pak Ridho kepadanya. Namun ucapan Pak Ridho seperti memantik kemarahan Ela jadi semakin membesar. āBukan saya yang memperkeruh keadaan! Kenapa semua orang nggak ada yang percaya sama saya? Kenapa kalian nggak mau berdiri membela saya?ā Ela kini melampiaskan kemarahannya kepada Pak Ridho yang tak tahu apa-apa. āFor Godās sake, Ela! Jaga perilakumu!ā Mama yang mendengar luapan emosi Ela segera menegurnya dari lantai atas. Mama, papa serta Pak Pradipta turun dari lantai dua setelah pintu ruang kerja papa terbuka. Ela menatap pria yang mendapatkan kesialan sepertinya. Wajah Pradipta terlihat tegar dan tak terpuruk seperti dirinya. Mungkin itu sebabnya dia bisa menjadi salah satu ajudan kepercayaan papanya. Pradipta pandai menyembunyikan perasaannya. āTapi benar kan, Ma! Nggak ada satupun yang berdiri membelaku! Kalian semua malah sibuk mencari cara untuk menyelamatkan nama Dharmawan!āāPapa dan Mama sudah sepakat. Dhanu dan Deshinta akan melanjutkan pertunangan ini. Dan kamuā¦ Papa akan cari orang lain untuk menikahimu secepatnya sebelum rumor berhembus semakin kencang.ā Jawaban papa sukses membuatnya berjengit kaget. āPa?ā Ela bertanya dengan lirih. āKeputusan Papa sudah bulat. Dipta berjanji tak akan membuka mulutnya dan dia akan tahu konsekuensi jika berita ini sampai bocor.āPapa seakan tak mendengar rintih pilu darinya. āAku nggak mau menikah dengan orang lain,ā ujarnya. Masih dengan suaranya yang pelan dan serak. Wajah papa memerah. āLalu bagaimana kamu mau bertanggung jawab, huh?ā geram sang papa sambil menunjuk ke arah Ela dengan murka. āPak Hendra, saya sudah sampaikan sejak awal. Saya yang akan bertanggung jawab atasāāPak Pradipta menyela ucapan papa. āHalah! Jangan-jangan ini tipu dayamu untuk menjebak putri saya, ya? Kamu mencari orang untuk membantu rencana busukmu supaya bisa memiliki anak saya. Begitu rupanya!ā Mata Pak Pradipta membulat sempurna mendengar tuduhan papanya. āSumpah demi Tuhan saya tak pernah melakukan hal itu, Pak!ā bantah Pak Pradipta dengan tegas. āLalu kenapa kamu ngotot ingin bertanggung jawab?ā Di tengah-tengah perdebatan antara ayahnya dan ajudannya, muncul satu ide gila dari Elaina. Dia tak ingin menjadi alat politik ayahnya lagi. Sudah cukup dirinya merasa seperti sampah yang bisa begitu saja dibuang jika dia sudah tak berguna lagi. Seperti sekarang. Dibuang begitu saja oleh mantan tunangannya dan juga keluarganya. āPa, aku hanya akan menikah dengan Pak Pradipta.ā Ucapan Ela tersebut sontak membuat ruangan megah ini senyap. Hidung papa kembang kempis mendengarnya. āBagaimana kalau Ela hamil?ā Satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya tadi berhasil membuat ruangan berubah menjadi tegang dan mencekam. āSaya butuh pertanggungjawaban Pak Pradipta.āLihat, betapa terkejutnya wajah kedua orang tuanya serta kakaknya ketika Ela berbicara seperti itu!Mereka semua menganggap Ela gila!Memang benar! Dia sudah gila, dan dia tak akan melepas semua kungkungan yang memenjarakan dirinya dan akan bertindak bebas sesuai keinginan hatinya. āJangan gila kamu!ā Papa mengalihkan pandanganya dari Pradipta kepada dirinya. Ela menyadari jika wajahnya refleks tersenyum. Mungkin ini senyum pertamanya sejak kejadian malam itu. Deshinta sang kakak pun menatapnya seperti Ela seorang pesakitan yang baru saja kabur dari rumah sakit khusus pasien jiwa. āApa mau pria lain bertanggung jawab dengan ini semua dan membesarkan anakku kelak, Pa? Bukankah itu malah menjadi skandal yang lebih besar?ā Ela bertanya langsung kepada papanya. Dia tahu Hendra Dharmawan mementingkan nama baik di atas segalanya. Tentu saja ucapannya tadi langsung mendapatkan perhatian penuh papanya. āPasti ada pria terhormat lainnya yang bisa menikahimu,ā balas sang papa dengan nada
DIPTADipta melihat bagaimana bosnyaāatau mantan bosnya, memperlakukan putrinya sendiri terhadap musibah yang menimpa gadis itu.Setelah naik turunnya emosi seperti roller coaster sejak tadi, Dipta menghela napasnya dan menatap Ela sekali lagi. āMau saya temani?ā tanyanya pelan. Gadis itu terlihat rapuh dan wajahnya pias. Apalagi setelah pertengkaran hebat dengan kedua orang tuanya dan tuntutannya agar dia menikah dengan Dipta, jika ada kehidupan baruāJantung Dipta kembali berpacu kencang. āUhā¦ kapan kita bisa tahu kalau, kamu mengandung?ā tanya Dipta dengan tenang, meskipun kini jantungnya kebat-kebit.Ela mengedikkan bahunya. āSekitar dua minggu? Tunggu apa aku terlambat datang bulan atau nggak,ā jawab Ela pelan. Wajah gadis pun memerah ketika menjelaskan perihal tersebut. Dipta mengangguk. āSaya akan selalu mendukung keputusan Ibu kelak. Mau,uh dilanjutkan atauāā Belum sempat Dipta menjelaskan opsi terakhir yang begitu pahit di mulutnya, Elaina sudah menggelengkan kepalany
āSaya khawatir dengan ucapan buruk orang terhadapmu,ā ujarnya jujur. āSaya nggak pernah merasa malu dengan profesi saya sebagai pengawal. Saya mendapatkan nafkah dengan cara halal. Tapiā¦ saya tidak bisa tutup mata tentang dunia kamu.ā Dipta menambahkan dengan serius. Dunia Elaina dari sudut pandang Dipta penuh dengan persaingan, intrik, saling sikut dan jegal. Perang opini hingga cara-cara kotor dilakukan demi status, kekayaan, kekuatan dan power merupakan cara lumrah dalam dunia elit milik Elaina. Dia tahu Ela pasti akan menjadi sasaran empuk dan target point blank dari para hyena yang menunggu kejatuhan Ela. Belum lagi musuh politik Pak Hendra Dharmawan yang akan mencari celah menjatuhkan pria itu lewat Elaina. āMaksud kamu duniaku kotor, begitu?ā tanya Ela sambil mengernyitkan dahi. Dengan gelagapan Dipta mengoreksi asumsi Ela. āBukan begitu, Ela!ā bantahnya. āMaksud saya, duniamu itu ākan begitu keras. Saya khawatir jika kamu bersama dengan sayaā¦ nanti kamu akan menjadi tar
ELA Percakapannya dengan Dipta berakhir sebelum petang datang. Setidaknya Ela mendapatkan kepastiannya dan dia mulai berani merajut sendiri masa depannya kelak. Mempunyai anak, atau tidak mempunyai anak. Kini pikirannya tercurah pada masalah baru yang timbul akibat dari satu malam panas itu bersama pengawalnya. Di tengah lamunannya, Ela mendapati Dipta berdiri dari kursinya dan memegang gagang kursi yang menopang kepalanya. Sontak Ela menengadah dan menatap Dipta dengan serius. āSaya akan kembali lagi dan berbicara jika semua sudah lebih tenang.ā Dipta mengulas senyum tipis ke arahnya. Aneh sekali, biasanya hanya Dhanu yang mampu membuatnya salah tingkah. Tapi kini senyum
āBukannya kamu sendiri yang ngotot mau menikah dengan Dipta tadi? Why do you think that you are the victim here?ā Sindiran demi sindiran dilontarkan Deshinta tanpa henti kepadanya. Ela mengerjapkan matanya untuk menghilangkan rasa panas yang beresonansi dengan denyut sakit di hatinya. Dia sudah terbiasa beradu pendapat dengan sang kakak. Terutama sejak kejadian Harsya beberapa tahun lalu. Hubungan yang semakin menjauh, ditambah dengan bibit kebencian yang disebar oleh Deshinta secara sadar kini mulai bertumbuh layaknya duri di hati Elaina. āAll of the people, the real victims are Dhanu, Papa and Om Rahmat!ā desis Deshinta penuh penghakiman. Ela tak terima disudutkan dan selalu dianggap sebagai penjahat di mata kakaknya. āKamu malah playing victim di sini!ā Semakin Ela diam, semakin nyalang kebencian yang kakaknya tunjukkan secara gamblang kepadanya. āMbak, aku nggak mau berdebat dengan kamu. Semua yang aku katakan pasti selalu saja dicari pembenarannya sama kamu,ā ujarnya l
Rasanya seperti ditampar keras oleh papanya sendiri. Elaina tak menyangka jika ucapan serendah itu diucapkan oleh papanya sendiri kepada dirinya.“Papa ngomong gitu ke aku?” bisik Ela tak percaya. Papanya bisa mengeluarkan statement menyakitkan seperti itu tanpa beban. Justru tatapan matanya menyiratkan kemarahan yang ditujukan kepadanya.“Itu fakta bukan? Kamu sudah tidur dengan pengawal itu semalam. Siapa yang bisa jamin kamu nggak akan hamil setelahnya.” Ela mereguk salivanya.“Ini gila, Pa! Papa tega bicara seperti itu sama anak sendiri?” Pikirannya tiba-tiba blank. Tak tahu harus bagaimana bersikap setelah papanya sukses menyakiti hatinya bertubi-tubi sejak semalam.
DIPTA āMaaf Pak, tapi kami tidak bisa membuka data CCTV sembarangan. Apalagi kepada pihak yang tidak berwenang dan berkepentingan.ā Penolakan dari resepsionis hotel tempat mereka semalam dijebak menjawab dengan nada simpatik penuh profesionalitas. āTapi kemarin di lantai dua puluh terjadi tindak kriminal! Ada penyekapan danāā Dipta berkata menunjukkan nada frustrasi. āMohon maaf Bapak Pradipta. Tak ada yang bisa kami lakukan untuk itu.ā Kali ini rekan resepsionis pria yang menanggapi permintaannya. āTapi saya menjadi korbannya!ā ujar Dipta setengah mati menahan emosinya. āKami sarankan Anda berkoordinasi dahulu dari pihak kepolisian,ā tambal sang resepsionis yang masih bersikukuh dibalik senyumnya. āTidak mungkin kalian tidak bisa membuka kalau ada tindak kriminal yang terjadi di hotel kalian.ā Dipta berkilah. āBapak Pradipta, kami tetap berpegang teguh pada SOP kami. Silakan koordinasikan dahulu dari pihak yang berwajib agar kami memiliki basis yang kuat membuka CCTV.ā āPrivac
āBukan begitu, Mas. Kami dijebak,ā sanggah Dipta dengan cepat. Menepis prasangka yang dilontarkan oleh sang bos. āDijebak? Please tell me about it,ā balas Mas Sultan, nadanya serius. Pria itu menaruh gelas martininya yang kosong di atas meja, menjaga kontak mata dengan bartender dan meminta seorang pelayan untuk datang ke booth semi privat mereka. āTunggu dulu, kita pindah tempat aja. Jangan bicarakan masalah ini di ruang terbuka seperti ini.ā Mas Sultan menahannya sejenak. Ketika Mas Sultan mengutarakan maksudnya, sang pelayan membantu menuntun mereka menuju sebuah ruang privat dan mengatakan kalau dia standby di dekat pintu jika dirinya dan Mas Sultan membutuhkan sesuatu sebelum akhirnya menutup kembali pintunya. Setelah keadaan kondusif dan sepi, barulah Dipta mengeluarkan tiga buah kamera dari dalam slingbag dan menyerahkan kepada atasannya. Alis kiri Mas Sultan naik sebelah, pertanda meminta penjelasan lebih dalam darinya. āGue sama Elaina dicekoki obat perangsang, M