Share

Bab 5 - Perseteruan

ELA

 

Ela melepas gaun yang melekat pada tubuhnya sesaat setelah dia tiba di kamarnya. Dia mematut dirinya di depan cermin besar, melihat refleksi wajah dan tubuhnya yang terlihat menyedihkan sembari termenung. Gerakannya mengganti pakaian kemudian menyisir rambutnya terasa seperti autopilot. Rasa sakit hatinya mengalahkan semua pemikiran yang sedang bercokol hebat di dalam otaknya. 

Ela tak menyangka bagaimana keluarganya menolak mentah-mentah tentang fakta yang dialaminya dan memilih untuk membicarakan kelanjutan nasib keluarga mereka dibandingkan mengecek keadaannya. 

Belum lagi Dhanu. Pria yang dia anggap sebagai salah satu orang yang akan membelanya justru memilih untuk mencampakkannya dan dengan tegas mengutarakan penolakannya atas pertunangan mereka. 

Tak lama Ela tertawa sendiri, seperti orang gila. 

Ya, dia memang jadi gila! 

Ternyata ini adalah wajah asli keluarga Dharmawan. Ela ternyata hidup dalam keluarga semu dan semua persepsinya tentang kehangatan keluarga hanyalah ilusi semata. Ilusi yang langsung gugur dan runtuh karena tipu muslihat yang menimpa dirinya dan sang ajudanā€“Pradipta. 

Ela beranjak menuju recliner seat di dekat balkon kamarnya yang berada di lantai duaā€“dengan pemandangan langsung ke taman depan rumah. Biasanya dia membuka ponselnya saat duduk sambil melihat pemandangan di waktu senggang. 

Namun tidak untuk sore ini. Dia tak ingat di mana ponselnya berada. Mungkin saja hilang atau diamankan orang lain, entahlah. Pikirannya buntu. Ela tak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan semua masalah ini. 

ā€œLebih baik kamu nggak usah keluar dari rumah dulu, Ela.ā€

Ela mendengar kakaknya berbicara. Pintu kamarnya yang biasanya diketuk dahulu tiba-tiba terbuka begitu saja dan kakaknya melenggang tanpa meminta izin darinya dahulu. 

Dinamika hubungannya dengan Deshinta memang tak terlalu baik sejak beberapa tahun lalu. Semuanya dimulai ketika pacar Deshinta memilih untuk memutuskan kakaknya dan mengejar dirinya. Tentu saja Ela menolak mentah-mentah dan menunjukkan solidaritasnya kepada sang kakak. 

Namun sepertinya itu adalah titik mula hubungan mereka yang merenggang, dan seberapa kuat Ela mencoba menjalin kembali hubungannya dengan sang kakak, sekuat itu pula Deshinta menolak uluran tangannya. 

ā€œKenapa?ā€ tanya Ela dengan tenang, meskipun dia tahu ke mana arah pembicaraan mereka. 

ā€œBiar aku dan Papa membereskan masalah ini dengan Dhanu dan keluarganya. Setelah beres baru kamu bisa cabut ke UK atau US. You just need to stay low-key for a while,ā€ tandas kakaknya yang bersedekap sambil menatap Ela dengan serius. 

ā€œJadi ini balasanmu, Mbak, atas kesalahpahaman tentang Harsya bertahun-tahun lalu?ā€ Ela bangkit dari kursinya dan menatap langsung ke manik mata sang kakak. 

Deshinta sedikit lebih pendek dibanding dirinya yang memiliki tinggi 175 cm. Kakaknya mungkin 10 cm lebih pendek dibanding dirinya, namun tentu sajaā€“where she was lacked in height, she was extremely gifted in other things. Tubuh Deshinta terlihat proporsional dan begitu seksi, ditambah dengan beberapa kali kunjungan plastic surgeon terkemuka di Korea Selatanā€“Deshinta terlihat begitu seksi dan menggoda. Berkebalikan dengan Elaina yang cenderung ramping tanpa lekuk tubuh indah seperti sang kakak. 

Deshinta mengedikkan bahunya santai. 

ā€œKamu memang perlu merasakan gimana rasanya kehilangan orang yang dicintai karena saudara sendiri. It sucks, isnā€™t it?ā€ balas Deshinta dengan tak acuh. 

Gestur tubuh kakaknya kini membuat Ela emosi. 

ā€œTapi aku bahkan nggak suka sama Harsya! Sama seperti kejadian semalam dengan Pak Dipta! Seharusnya Mbak Des bela aku waktu itu! Bukan memperuncing masalahā€“ā€ Rentetan protesnya segera dibalas dengan gelengan kepala dan seringai mengejek dari kakaknya. 

ā€œMemperuncing masalah? Aku?ā€ Kini suara Deshinta semakin meninggi. 

ā€œNggak ngaca kamu ya? Semua kekacauan ini karena kamu seorang, Ela! Nggak usah mencari pembenaran dan malah menyalahkan aku!ā€ Deshinta membentak Ela. 

ā€œTapi aku juga korban, Mbak!ā€ Ela berteriak histeris. 

Akhirnya dia tak bisa menahan gejolak rasa sedihnya yang sudah terlalu dalam. 

ā€œKamu jelas-jelas menikmati malam itu sama Pradipta! Nggak usah bohong! Aku bisa lihat dari matamu saat memandang pengawal rendahan itu!ā€ Deshinta kini mengeskalasi perseteruan mereka dengan mendorong tubuh Ela. 

Ela terkesiap. Kaget kakaknya bertindak agresif sampai seperti ini. 

ā€œMbak Des!ā€ Ela tak terima dengan sikap kakaknya. 

ā€œDonā€™t blame me if in the end, I will be the one who marries Dhanu. Kamu yang sudah begitu bodoh melepaskan kesempatan itu!ā€ 

Selesai mengucapkan hal tersebut, Deshinta keluar dari kamar Ela dan menutup pintu dengan keras. 

Entah apa yang merasukinya, Ela tak diam saja dan dia mengejar kakaknya. Mungkin untuk bertengkar sebagai penyaluran emosinya, atau dia ingin membela dirinya dari segala bentuk fitnah yang ditujukan kepadanya sejak mereka memergoki dirinya bersama Pradipta tadi pagi. 

ā€œMbak Des! Kamu nggak bisa pergi begitu saja! Aku nggak terima dihina seperti iniā€“ā€

Ela setengah berlari menuruni tangga marmer dan mengejar kakaknya yang berniat untuk keluar rumah. 

ā€œPak Ridho, tahan Ela! Jangan biarkan Ela keluar dari rumah ini tanpa perintah Papa atau aku!ā€ Perintah kakaknya seperti petir di tengah hari bolong. 

ā€œKamu nggak bisa mengurungku di sini, Mbak!ā€ Ela memberontak marah. 

Dia akhirnya bisa memapas jarak dan menghampiri kakaknya lalu menahan agar kakaknya tidak pergi sebelum semuanya terselesaikan. 

Saat Ela memegang bahu Deshinta, Pak Ridho datang di tengah-tengah mereka dan melerai keduanya. 

ā€œIbu, tolong jangan memperkeruh keadaan,ā€ pinta Pak Ridho kepadanya. 

Namun ucapan Pak Ridho seperti memantik kemarahan Ela jadi semakin membesar. 

ā€œBukan saya yang memperkeruh keadaan! Kenapa semua orang nggak ada yang percaya sama saya? Kenapa kalian nggak mau berdiri membela saya?ā€ Ela kini melampiaskan kemarahannya kepada Pak Ridho yang tak tahu apa-apa. 

ā€œFor Godā€™s sake, Ela! Jaga perilakumu!ā€ Mama yang mendengar luapan emosi Ela segera menegurnya dari lantai atas. 

Mama, papa serta Pak Pradipta turun dari lantai dua setelah pintu ruang kerja papa terbuka. 

Ela menatap pria yang mendapatkan kesialan sepertinya. Wajah Pradipta terlihat tegar dan tak terpuruk seperti dirinya. Mungkin itu sebabnya dia bisa menjadi salah satu ajudan kepercayaan papanya. Pradipta pandai menyembunyikan perasaannya. 

ā€œTapi benar kan, Ma! Nggak ada satupun yang berdiri membelaku! Kalian semua malah sibuk mencari cara untuk menyelamatkan nama Dharmawan!ā€

ā€œPapa dan Mama sudah sepakat. Dhanu dan Deshinta akan melanjutkan pertunangan ini. Dan kamuā€¦ Papa akan cari orang lain untuk menikahimu secepatnya sebelum rumor berhembus semakin kencang.ā€ Jawaban papa sukses membuatnya berjengit kaget. 

ā€œPa?ā€ Ela bertanya dengan lirih. 

ā€œKeputusan Papa sudah bulat. Dipta berjanji tak akan membuka mulutnya dan dia akan tahu konsekuensi jika berita ini sampai bocor.ā€

Papa seakan tak mendengar rintih pilu darinya. 

 ā€œAku nggak mau menikah dengan orang lain,ā€ ujarnya. Masih dengan suaranya yang pelan dan serak. 

Wajah papa memerah. 

ā€œLalu bagaimana kamu mau bertanggung jawab, huh?ā€ geram sang papa sambil menunjuk ke arah Ela dengan murka. 

ā€œPak Hendra, saya sudah sampaikan sejak awal. Saya yang akan bertanggung jawab atasā€“ā€

Pak Pradipta menyela ucapan papa. 

ā€œHalah! Jangan-jangan ini tipu dayamu untuk menjebak putri saya, ya? Kamu mencari orang untuk membantu rencana busukmu supaya bisa memiliki anak saya. Begitu rupanya!ā€ 

Mata Pak Pradipta membulat sempurna mendengar tuduhan papanya. 

ā€œSumpah demi Tuhan saya tak pernah melakukan hal itu, Pak!ā€ bantah Pak Pradipta dengan tegas. 

ā€œLalu kenapa kamu ngotot ingin bertanggung jawab?ā€ 

Di tengah-tengah perdebatan antara ayahnya dan ajudannya, muncul satu ide gila dari Elaina. 

Dia tak ingin menjadi alat politik ayahnya lagi. 

Sudah cukup dirinya merasa seperti sampah yang bisa begitu saja dibuang jika dia sudah tak berguna lagi. 

Seperti sekarang. Dibuang begitu saja oleh mantan tunangannya dan juga keluarganya. 

ā€œPa, aku hanya akan menikah dengan Pak Pradipta.ā€ 

Ucapan Ela tersebut sontak membuat ruangan megah ini senyap. 

Hidung papa kembang kempis mendengarnya. 

ā€œBagaimana kalau Ela hamil?ā€ 

Satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya tadi berhasil membuat ruangan berubah menjadi tegang dan mencekam. 

ā€œSaya butuh pertanggungjawaban Pak Pradipta.ā€ 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
carsun18106
setelah melihat reaksi dhanu kemarin yg bahkan had the audacity to call ela broken goods, sudah sepantasnya dhanu dgn des saja
goodnovel comment avatar
carsun18106
good, ela!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status