Share

Bab 2 Siapa Bertanggung-jawab?

Author: Misya Lively
last update Last Updated: 2025-09-15 16:38:33

Iris duduk di meja kerjanya. Ia gelisah, menggigit bibirnya dengan tidak tenang. Kedua tangannya tidak bisa diam, terus bergerak mengikuti perasaannya yang bercampur aduk.

Ia tidak salah lihat. CEO yang ia lihat tadi adalah Mr. Easton!

Tetapi, bagaimana mungkin?

Jelas-jelas semalam Emberly mengatakan kalau Mr. Easton adalah tamu perusahaan, bukan CEO mereka!

Ada apa sebenarnya? Apakah Emberly sengaja menutupinya? Tetapi untuk apa?

Belum hilang kebingungannya, Emberly tahu-tahu datang, dan menariknya ke ruangan pantry.

“Em, kamu mau apa?” Iris protes sambil meringis, menatap tangan Emberly yang mencengkeram lengannya.

“Sudah kubilang, pembicaraan kita belum selesai!” sergah Emberly. Ia mengikuti pandangan Iris dan tiba-tiba menyeletuk, “Baju apa yang kamu pakai?” Ia merasa ada sesuatu yang janggal pada pakaian yang Iris kenakan, meski ia tidak tahu apa.

Iris refleks menepis tangan Emberly. “Apa yang kamu inginkan?!” Ia mengalihkan pembicaraan, berharap Emberly tidak membahas pakaian yang ia kenakan apalagi menyangkut-pautkannya dengan Mr. Easton.

“Kamu sengaja melakukan ini?” tuduh Emberly sambil melangkah maju dengan tatapan mengintimidasi.

“Melakukan—apa?” Iris merasa gugup. Bukan karena tuduhan Emberly, tetapi karena kedekatan fisik mereka. Ia mundur menjauh dan diam-diam mengendus.

‘Sial! Wangi tubuhku sama persis seperti pria itu?!’ umpat Iris di dalam hati, menyadari parfum pria itu melekat di kemeja yang ia kenakan.

Akan tetapi, Emberly terus mendekat. “Kamu ingin membuatku kehilangan pekerjaan?” tanya Emberly dengan tatapan menuduh.

‘Apa? Kenapa dia menuduhku seperti itu?’

“Sudah kubilang, aku terjebak kemacetan!” Iris membela diri, tidak mau disalahkan.

Kesal dengan tuduhan Emberly, ia mempertanyakan tindakan seniornya.

“Kamu yang tidak jujur, Emberly. Kenapa justru menimpakan kesalahan padaku?”

“Aku? Tidak jujur?” Emberly tertawa dengan canggung untuk menutupi kecemasan di hatinya.

Ia khawatir Iris mengetahui bahwa sebenarnya dirinya-lah yang ditugaskan untuk menjemput Mr. Easton. Namun, Ia tidak mau Iris mengetahuinya, kemudian menumpukan kesalahan itu padanya.

Iris yang mengacaukan tugas itu, jadi dia yang harus bertanggung jawab!

Dengan geram, Emberly menghardik Iris, menimpakan tanggung jawab padanya. “Kamu sendiri yang mau menjemput Mr. Easton. Tapi setelah kamu mengacaukannya, kamu menumpukan kesalahan padaku?”

Iris mengerutkan keningnya, merasa ada yang salah. Seakan percakapan mereka tidak saling menyambung.

Lagipula, Ia tidak bermaksud menumpukan kesalahan pada Emberly. Ia hanya tidak suka dikambinghitamkan. Apalagi kemacetan itu adalah force majeure, tidak ada yang bisa menghindarinya, termasuk juga dirinya.

Iris ingin mengatakan bahwa dia tidak menyalahkan Emberly. Tetapi Ia juga ingin tahu mengapa Emberly menutupi identitas Mr. Easton darinya.

Namun sebelum ia sempat berbicara, Emberly mendapat panggilan telepon.

“Halo?”

“Emberly Lorne?” terdengar suara seorang pria dari ujung lain sambungan telepon.

“Ya, siapa ini?”

“Saya Vincent Bennet—asisten pribadi Mr. Sinclair. Datang ke kantorku! Ada yang ingin kubicarakan.”

Mendengar nama Vincent Bennet dan Mr. sinclair, Emberly langsung terdiam membeku.

Mengapa asisten CEO menghubunginya? Apakah ini karena komplain Mr. Easton?

Emberly melirik Iris. “M-mr… Bennet. Kalau boleh saya tahu, apa—yang ingin—Anda bicarakan?”

“Saya tunggu di kantor sekarang!”

Klik. Sambungan telepon itu berakhir, meninggalkan kepanikan di hati Emberly.

‘Habis sudah riwayatku! Aku pasti dipecat! Dan ini semua gara-gara anak magang ini!’ Batin Emberly sambil berjalan bolak-balik dengan gelisah.

“Ikut aku!” Emberly menarik Iris tiba-tiba.

“Eh? Lepas, Em! Lepas!” Iris menolak, namun Emberly terus menariknya masuk ke dalam lift.

“Emberly, kenapa memaksaku?” protes Iris.

Begitu Emberly melepaskannya, Iris berusaha memencet tombol nomor lantai berikutnya, namun Emberly menghalangi.

Dia mendorong Iris menjauhi panel lift. “Kamu—ikut aku bertemu dengan Mr. Bennet!” seru Emberly.

“Mr. Bennet? S-Siapa dia?”

Mendengar nama itu, Iris mempunyai perasaan tidak enak. Apalagi Emberly terlihat sangat gelisah setelah mendapat telepon dari orang itu.

Emberly meliriknya dengan sinis, lalu maju mendekat.

“Mr. Bennet adalah asisten CEO! Dan kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu!” seru Emberly sambil ia menunjuk dada Iris.

Asisten CEO? Mereka akan pergi menemui asisten pria itu?

Raut wajah Iris berubah. Ia panik.

Begitu paniknya, ia sampai mundur dan membentur dinding lift.

“Kenapa denganmu?” tanya Emberly sambil menatap Iris dengan heran.

Iris menggeleng.

Emberly membalas dengan dengusan kasar. “Dengar! Kamu yang mengacaukan semua ini. Jangan bicara macam-macam! Ikuti saja apa yang aku katakan, kalau kamu masih mau magang di sini!”

Pintu lift terbuka dan Emberly menarik Iris keluar bersamanya menuju ruangan kerja Vincent.

Di ruangan kerja Vincent.

Setelah memperkenalkan diri, Iris dan Emberly berdiri dengan menundukkan kepala.

“Siapa diantara kalian yang bertugas menjemput Mr. Easton?” Vincent Bennet menatap kedua perempuan di hadapannya bergantian.

“Saya, Tuan,” jawab Emberly. Ia lalu segera beralasan, “Semalam saya mengajak Iris untuk membantu saya menyetir mobil karena saya masih harus mengetik laporan pekerjaan. Tetapi—” Ia melirik Iris. “Ada truk mogok di jalan, dan menyebabkan kemacetan yang panjang. Itu sebabnya kami terlambat sampai di bandara.”

Terdengar helaan nafas Vincent. “Lalu siapa yang datang menemui Mr. Easton di hotel?”

Kening Emberly berkerut tajam. Hotel? Seketika ia melirik Iris, alisnya menyatu dalam garis tegas, sorot matanya menuntut penjelasan.

Sementara Iris, kepalanya tiba-tiba dipenuhi adegan-adegan malam itu yang...

Iris meremas ujung roknya, semakin gelisah dengan pertanyaan itu. Apa yang akan terjadi jika mereka mengetahui ia tidur dengan CEO?

Perut Iris bergejolak, tidak sanggup memikirkannya.

Yang jelas, Ia tidak mau dikeluarkan dari kerja magang. Ini adalah tahun terakhirnya kuliah, dan ia tidak mau gagal.

Iris melirik Emberly dan mendapati tatapan tajam seniornya itu membuatnya semakin gelisah.

“Sa—saya Tuan. Saya merasa bersalah, dan ingin meminta maaf serta memastikan keberadaan Mr. Easton.” Emberly menjawab dengan beralasan.

Bagaimanapun mereka tidak boleh tahu jika ia menyuruh Iris mengerjakan tugasnya. Dan alangkah baiknya jika ia bisa memanfaatkan situasi itu untuk keuntungannya.

Vincent menoleh kepada Iris. “Dan kamu?”

Iris tidak tahu harus menjawab apa. Ia begitu gugup. Saat hendak membuka mulutnya, Emberly mendahuluinya bicara.

“Iris— dia mengantar saya ke hotel, lalu saya menyuruhnya pulang. Bagaimana pun, Mr. Easton adalah tanggung jawab saya.” Emberly ingin memberi kesan amanah.

Vincent menatap Iris, lalu Emberly. Lalu ia mengangguk. “Hm… Baiklah…” ucapnya, kemudian dia berbalik badan.

Diam-diam Iris menghembuskan nafas lega. Ia lega asisten CEO itu percaya kata-kata Emberly. Ia berharap masalah itu selesai sampai di sini dan mereka berdua diperbolehkan pergi.

Tepat saat itu, pintu ruangan terbuka, dan pria berambut hitam, berwajah chisel berjalan masuk dengan langkah yang steady. Tubuhnya yang kekar dan atletis bergerak elegan dalam setelan jas tailor made berwarna gelap. Pandangan matanya tajam, memancarkan aura misterius yang kuat.

Pria itu! Iris terkesiap. Tubuhnya tegang dan nafasnya tertahan.

CEO itu berjalan semakin dekat, dan Iris menundukkan wajahnya, tidak berani memperlihatkan wajahnya.

Dari ujung matanya, ia melihat sepatu kulit hitam mengkilap pria itu berjalan di depannya, sebelum tiba-tiba berhenti.

Easton Sinclair berhenti melangkah. Ia terdiam, menghirup udara. Lalu, ia menoleh, menatap perempuan muda berkemeja putih.

“Kenapa kamu pakai parfum laki-laki?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 6 Makan Malam Keluarga

    “Mr. Sinclair… hahaha Anda lucu sekali…” Iris tertawa dengan canggung.“Ini ayahku, Harlan Sinclair. Apa karena nama keluarga kalian sama, maka Anda memanggil ayahku, Dad?” Iris menganggap Easton bercanda.Sebab tidak mungkin Harlan memiliki anak seorang Easton. Pria itu bahkan tidak pernah tersenyum!Iris masih tertawa sendiri. Ia menepuk lengan Harlan.”Dad, ini bosku di tempat magang. Dia—hanya bercanda saja…”Akan tetapi tudak ada satupun dari mereka yang tertawa atau bahkan tersenyum. Keduanya tampak serius.“Apa yang membuatmu berpikir aku sedang bercanda, Miss Villar?” tanya Easton dengan nada dan raut wajah dingin seperti biasanya.Iris berhenti tertawa. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun melihat wajah Easton yang sama sekali tidak tersenyum atau tertawa, membuatnya kembali berpikir. Tidak mungkin kan kalau…Iris menoleh kepada Harlan. “Dad…?” Melihat raut wajah ayahnya, perasaan Iris menjadi tidak menentu. Jantungnya berdegup semakin cepat, dan pikirannya berusaha menyangkal

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 5 Tak Terduga

    Iris menatap Emberly dengan tidak percaya. Pasalnya Ia melihat sendiri bagaimana sikap mereka saat mereka pertama kali bertemu. Sama sekali asing dan tidak mengenal satu sama lain. Dan itu terjadi hanya beberapa hari yang lalu.Iris sempat bertanya mengenai Easton pada karyawan senior. Mereka mengatakan bahwa Easton dikenal sebagai pengusaha yang gigih dan handal. Hanya dalam beberapa tahun saja, Easton sudah berhasil membesarkan SDP Corp.— perusahaan yang dibangunnya dari nol.Bahkan enam bulan yang lalu, Easton mengakuisisi perusahaan tempat mereka bekerja dan menggantinya dengan nama SDP Corp. Rekam jejaknya sangat profesional, dan dia terkenal sangat serius dan bahkan disebut sebagai workaholic. Mereka juga mengatakan bahwa Easton adalah orang yang tegas dan tidak suka tersenyum. Sedangkan mengenai kehidupan pribadinya, tidak banyak orang yang tahu. Dia tidak memiliki banyak skandal seperti banyak pengusaha muda lainnya. Jarang terlihat dekat dengan perempuan dan bahkan selama i

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 4 Sekertaris

    “Maaf! Maaf… aku—tidak sengaja…” Iris segera meminta maaf. Tangannya mencari-cari sesuatu untuk mengelap muntahan itu. Namun sayangnya ia tidak menemukan apa pun untuk membersihkan jas pria itu.“Kamu baik-baik saja?” Bukannya marah, pria itu justru terlihat khawatir. “Aku—hweeek!” Iris kembali merasa mual. Namun untungnya, kali ini hanya keluar gas saja.“Mari, biar kubantu.” Pria itu melepas jas yang terkena muntahan, lalu membantunya berjalan. “Tidak apa, saya bisa sendiri…” Iris merasa sungkan dan hendak menolak bantuan pria itu.“Tubuhmu lemas. Kamu yakin bisa jalan sendiri? Ayo, tidak usah sungkan. Sedikit lagi sampai.” Pria itu menolak, dan justru mengarahkannya masuk ke dalam ruangan UGD. Iris semakin bingung, nmun ia tidak merasa takut. Sebab di ruangan itu ada beberapa orang perawat. “Saya Dokter Finch. Berbaringlah, biar aku periksa.” “Anda—Dokter?” Iris tidak menyangka jika pria itu adalah seorang dokter. Dia terlihat muda dan trendy. Ia menduga usia mereka tidak j

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 3 Obsidian Dingin

    Iris terdiam membeku. ‘A-apa yang dia katakan? Apa dia berbicara padaku?’ pikirnya. Ia tidak begitu menangkap apa yang CEO itu baru saja katakan.Iris bertambah gugup ketika sepatu CEO itu tiba-tiba saja berputar menghadap ke arahnya.‘Ya Tuhan, dia mengenaliku! Bagaimana ini?’Iris sangat panik, namun dipermukaan ia berusaha menjaga sikapnya untuk tetap tenang.“Miss Villar, Mr. Sinclair bertanya padamu!” Vincent menegur Iris yang diam saat ditanya.‘Mr. Sinclair? Namanya bukan—Easton?’Refleks Iris mengangkat wajahnya dan seketika bertemu dengan kedua mata misterius pria itu.Ia terpaku. Bayangan kejadian semalam bermain di benaknya. Kedua obsidian hitam itu melekat dalam ingatannya, memberi kesan mendalam.Namun apa yang dipancarkannya saat ini sedikit berbeda dari semalam. Iris merasa pancaran mata pria dihadapannya ini, penuh dengan misteri, terasa berjarak dan—tanpa emosi?Reaksi pria itu datar saja. Seakan mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.‘Apa dia tidak ingat kejadian se

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 2 Siapa Bertanggung-jawab?

    Iris duduk di meja kerjanya. Ia gelisah, menggigit bibirnya dengan tidak tenang. Kedua tangannya tidak bisa diam, terus bergerak mengikuti perasaannya yang bercampur aduk.Ia tidak salah lihat. CEO yang ia lihat tadi adalah Mr. Easton!Tetapi, bagaimana mungkin?Jelas-jelas semalam Emberly mengatakan kalau Mr. Easton adalah tamu perusahaan, bukan CEO mereka!Ada apa sebenarnya? Apakah Emberly sengaja menutupinya? Tetapi untuk apa?Belum hilang kebingungannya, Emberly tahu-tahu datang, dan menariknya ke ruangan pantry.“Em, kamu mau apa?” Iris protes sambil meringis, menatap tangan Emberly yang mencengkeram lengannya.“Sudah kubilang, pembicaraan kita belum selesai!” sergah Emberly. Ia mengikuti pandangan Iris dan tiba-tiba menyeletuk, “Baju apa yang kamu pakai?” Ia merasa ada sesuatu yang janggal pada pakaian yang Iris kenakan, meski ia tidak tahu apa.Iris refleks menepis tangan Emberly. “Apa yang kamu inginkan?!” Ia mengalihkan pembicaraan, berharap Emberly tidak membahas pakaian ya

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 1 Malam Itu

    “Mr. Easton! Apa—apa yang Anda—”Pria itu mengunci kedua tangan Iris dan mulai mencumbuinya dengan membabi buta.“Tuan, Anda tidak boleh—Aahh!”BRETT! Suara sobekan baju yang dikenakan Iris terdengar keras di ruangan itu.Pria itu menekan Iris lebih keras. “Puaskan aku...” suara berat dan rendah pria itu terdengar dekat telinga.Nafas yang menderu, menyentuh permukaan pundak Iris yang terekspos, bagai sentuhan sebuah bulu, ringan dengan sensasi menggelitik.Tubuh Iris gemetar, berusaha memberontak melawan cumbuan pria itu. “Ja-jangan Mr. East—humptt…”Pria itu membungkam mulut Iris dengan miliknya, menciumnya seperti seorang yang dahaga, menahan suara parau yang keluar dari bibir gemetar gadis itu.Iris memberontak, berusaha menolak pria itu. Namun dia terus menindihnya, tidak memberinya kesempatan untuk melepaskan diri atau menolak.Lama-lama, perlawanan Iris melemah dan penolakannya sia-sia. Ia hanya bisa pasrah, hanyut terbawa oleh arus tuntutan pria itu.***Malam berlalu, bergant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status