Compartilhar

Bab 3 Obsidian Dingin

last update Última atualização: 2025-09-15 16:40:45

Iris terdiam membeku. ‘A-apa yang dia katakan? Apa dia berbicara padaku?’ pikirnya. Ia tidak begitu menangkap apa yang CEO itu baru saja katakan.

Iris bertambah gugup ketika sepatu CEO itu tiba-tiba saja berputar menghadap ke arahnya.

‘Ya Tuhan, dia mengenaliku! Bagaimana ini?’

Iris sangat panik, namun dipermukaan ia berusaha menjaga sikapnya untuk tetap tenang.

“Miss Villar, Mr. Sinclair bertanya padamu!” Vincent menegur Iris yang diam saat ditanya.

‘Mr. Sinclair? Namanya bukan—Easton?’

Refleks Iris mengangkat wajahnya dan seketika bertemu dengan kedua mata misterius pria itu.

Ia terpaku. Bayangan kejadian semalam bermain di benaknya. Kedua obsidian hitam itu melekat dalam ingatannya, memberi kesan mendalam.

Namun apa yang dipancarkannya saat ini sedikit berbeda dari semalam. Iris merasa pancaran mata pria dihadapannya ini, penuh dengan misteri, terasa berjarak dan—tanpa emosi?

Reaksi pria itu datar saja. Seakan mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

‘Apa dia tidak ingat kejadian semalam?’ Iris dibuat heran oleh reaksi pria itu. Dia sama sekali tidak mengenalinya!

“Killian bukan?” CEO itu bertanya.

“A-apa?” Tersadar dari lamunannya, Iris bertanya dengan gugup.

“Parfum yang kamu pakai. Killian royal leather.” Easton Sinclair—CEO itu berkata.

"Ki—Kilian?" Bibirnya dengan susah payah menyebut parfum yang Easton tanyakan.

“Ah, Iris! Itu nama parfum yang kamu pakai. Apa kamu tidak tahu?” Tiba-tiba saja Emberly menimpali dengan suara ceria yang dibuat-buat sembari mendekati Iris, kemudian tersenyum manis pada Easton.

“Ooh.. i-iya benar. Sepertinya memang itu, Tuan… Killian mm.. Killian Leather…” Iris segera merespon untuk menghilangkan kecanggungan, akan tetapi ia justru membuat dirinya terlihat gugup.

“Kamu—tidak tahu parfum yang kamu pakai?” tanya Easton. Tatapan matanya memperhatikan Iris dengan tajam, seperti tengah menyelidik.

Pandangan mata Easton turun ke kemeja yang Iris kenakan.

Iris bertambah gugup. “Ooh, tidak Tuan—saya, ini sebenarnya parfum— pacar saya. Jadi saya tidak begitu hafal merk-nya. Begitu— Mr. Sin—clair.” Ia menjawab dengan terbata-bata. Ia berharap CEO itu berhenti memperhatikan kemeja yang ia pakai.

“Pacar?”

Iris berhasil mengalihkan pandangan mata Easton dari memperhatikan pakaiannya. Sebagai ganti, Easton kembali beradu tatap dengannya.

Sekilas, Iris melihat sedikit kilatan di tatapan mata pria itu sebelum kedua obsidian itu kembali berubah dingin.

Dengan gugup Iris menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, kemudian mengangguk dengan canggung. Tiba-Tiba saja tangan Easton terangkat dan mengarah kepadanya.

‘Apa yang dia lakukan? Mau apa dia?’ Batin Iris dengan jantung berdebar seperti genderang perang.

“Mr. Sinclair! Saya—senang sekali Anda akhirnya datang ke perusahaan hari ini. Saya yakin SDP Corp. akan bertambah besar dengan kepemimpinan Anda.” Tiba-tiba saja Emberly berdiri di depan Iris, menghalangi gadis itu dari pandangan mata Easton.

Easton beralih menatap Emberly. Ia menurunkan tangannya perlahan, urung melakukan apa yang hendak dilakukannya.

“Vincent,” panggil Easton tanpa menoleh.

“Ya, Tuan.” Vincent berjalan mendekat.

Entah mengapa, ruangan menjadi terasa sunyi. Tidak ada yang berani bicara. Bahkan Emberly pun menundukkan wajah.

“Sudah kamu kerjakan perintahku?” tanya Easton.

“Sudah, Tuan. Miss Lorne ini dari bagian General Affair.” Vincent menunjuk Emberly dengan telapak tangannya yang terbuka.

Easton menatap ke depan, namun entah mengapa, Iris merasa jika pria itu justru tengah memperhatikannya.

Iris khawatir Easton sudah mengenali kemeja yang ia kenakan. Dengan gelisah ia menggigit bibir dan meremas ujung roknya.

Di saat Iris merasakan ketegangan yang sangat, Vincent berjalan ke arahnya. ‘Mau apa dia?” Batin Iris dengan gugup. Perutnya bergejolak, dan ia merasa cemas.

“Miss Villar…”

Iris mengangkat sedikit wajahnya. Perutnya semakin terasa tidak enak dan jantungnya berdetak semakin cepat.

“Kamu boleh pergi. Urusanmu selesai di sini.” Vincent menunjukkan Iris arah pintu keluar.

Boleh pergi? Iris hampir tidak percaya mendengarnya.

Tanpa berpikir lagi, ia pun mengangguk lalu berjalan keluar sambil melirik Easton. Namun siapa sangka, pria itu pun tengah melirik ke arahnya!

Iris menundukkan wajah dan bergegas keluar dari ruangan. Namun saat ia telah berada di luar kantor Vincent, perutnya kembali berulah. Dengan cepat ia berlari menuju toilet.

Hweek! Hweek! Hweeeek!

Setelah selesai memuntahkan cairan asam yang membuat perutnya bergolak, Iris menutup mulutnya dengan telapak tangan dan terduduk lemas di lantai kamar mandi.

“Hell of a day…” gumamnya pelan sambil memegangi perutnya yang masih terasa tidak enak.

Ia memang belum sarapan pagi itu. Tetapi tidak pernah sampai semual ini.

‘Emberly lalu Easton…’ keluhnya dalam hati.

Perlahan Iris beranjak dan keluar dari toilet dengan langkah yang gontai. Rasa-rasanya ia masih sangat lemas. Akan tetapi ia harus kembali ke departemen tempatnya magang.

“Iris, apa kamu baik-baik saja?” Olivia Moore, manager pemasaran, menghampirinya. “Kamu kelihatan pucat.”

“Hanya asam lambung yang naik, Miss Moore… nanti akan membaik,” jawab Iris dengan lemah.

Olivia menggeleng. “Ambillah istirahat hari ini. Pergi temui dokter. Jangan memaksakan diri,” ujar Olivia dengan nada tegas sambil ia menepuk pundak Iris, lalu melangkah pergi.

Ucapan menejer departemen magang adalah perintah baginya. Ia pun pulang lebih awal hari itu dan pergi ke klinik langganannya.

Baru saja ia menginjakkan kaki di lobi rumah sakit, perutnya kembali berulah. Serta merta Ia menutup mulut dan berlari ke arah toilet.

Namun, sebelum ia sampai ke toilet, tiba-tiba saja seseorang datang dari samping dan tabrakan itu tidak terelakkan.

Hweeek!

“Aaahhh!” pekikan terperangah dari orang-orang di sekitar terdengar hampir bersamaan.

Iris mengangkat wajahnya yang pucat dan ia terkesiap melihat muntahannya mengotori baju seorang pria.

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 6 Makan Malam Keluarga

    “Mr. Sinclair… hahaha Anda lucu sekali…” Iris tertawa dengan canggung.“Ini ayahku, Harlan Sinclair. Apa karena nama keluarga kalian sama, maka Anda memanggil ayahku, Dad?” Iris menganggap Easton bercanda.Sebab tidak mungkin Harlan memiliki anak seorang Easton. Pria itu bahkan tidak pernah tersenyum!Iris masih tertawa sendiri. Ia menepuk lengan Harlan.”Dad, ini bosku di tempat magang. Dia—hanya bercanda saja…”Akan tetapi tudak ada satupun dari mereka yang tertawa atau bahkan tersenyum. Keduanya tampak serius.“Apa yang membuatmu berpikir aku sedang bercanda, Miss Villar?” tanya Easton dengan nada dan raut wajah dingin seperti biasanya.Iris berhenti tertawa. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun melihat wajah Easton yang sama sekali tidak tersenyum atau tertawa, membuatnya kembali berpikir. Tidak mungkin kan kalau…Iris menoleh kepada Harlan. “Dad…?” Melihat raut wajah ayahnya, perasaan Iris menjadi tidak menentu. Jantungnya berdegup semakin cepat, dan pikirannya berusaha menyangkal

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 5 Tak Terduga

    Iris menatap Emberly dengan tidak percaya. Pasalnya Ia melihat sendiri bagaimana sikap mereka saat mereka pertama kali bertemu. Sama sekali asing dan tidak mengenal satu sama lain. Dan itu terjadi hanya beberapa hari yang lalu.Iris sempat bertanya mengenai Easton pada karyawan senior. Mereka mengatakan bahwa Easton dikenal sebagai pengusaha yang gigih dan handal. Hanya dalam beberapa tahun saja, Easton sudah berhasil membesarkan SDP Corp.— perusahaan yang dibangunnya dari nol.Bahkan enam bulan yang lalu, Easton mengakuisisi perusahaan tempat mereka bekerja dan menggantinya dengan nama SDP Corp. Rekam jejaknya sangat profesional, dan dia terkenal sangat serius dan bahkan disebut sebagai workaholic. Mereka juga mengatakan bahwa Easton adalah orang yang tegas dan tidak suka tersenyum. Sedangkan mengenai kehidupan pribadinya, tidak banyak orang yang tahu. Dia tidak memiliki banyak skandal seperti banyak pengusaha muda lainnya. Jarang terlihat dekat dengan perempuan dan bahkan selama i

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 4 Sekertaris

    “Maaf! Maaf… aku—tidak sengaja…” Iris segera meminta maaf. Tangannya mencari-cari sesuatu untuk mengelap muntahan itu. Namun sayangnya ia tidak menemukan apa pun untuk membersihkan jas pria itu.“Kamu baik-baik saja?” Bukannya marah, pria itu justru terlihat khawatir. “Aku—hweeek!” Iris kembali merasa mual. Namun untungnya, kali ini hanya keluar gas saja.“Mari, biar kubantu.” Pria itu melepas jas yang terkena muntahan, lalu membantunya berjalan. “Tidak apa, saya bisa sendiri…” Iris merasa sungkan dan hendak menolak bantuan pria itu.“Tubuhmu lemas. Kamu yakin bisa jalan sendiri? Ayo, tidak usah sungkan. Sedikit lagi sampai.” Pria itu menolak, dan justru mengarahkannya masuk ke dalam ruangan UGD. Iris semakin bingung, nmun ia tidak merasa takut. Sebab di ruangan itu ada beberapa orang perawat. “Saya Dokter Finch. Berbaringlah, biar aku periksa.” “Anda—Dokter?” Iris tidak menyangka jika pria itu adalah seorang dokter. Dia terlihat muda dan trendy. Ia menduga usia mereka tidak j

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 3 Obsidian Dingin

    Iris terdiam membeku. ‘A-apa yang dia katakan? Apa dia berbicara padaku?’ pikirnya. Ia tidak begitu menangkap apa yang CEO itu baru saja katakan.Iris bertambah gugup ketika sepatu CEO itu tiba-tiba saja berputar menghadap ke arahnya.‘Ya Tuhan, dia mengenaliku! Bagaimana ini?’Iris sangat panik, namun dipermukaan ia berusaha menjaga sikapnya untuk tetap tenang.“Miss Villar, Mr. Sinclair bertanya padamu!” Vincent menegur Iris yang diam saat ditanya.‘Mr. Sinclair? Namanya bukan—Easton?’Refleks Iris mengangkat wajahnya dan seketika bertemu dengan kedua mata misterius pria itu.Ia terpaku. Bayangan kejadian semalam bermain di benaknya. Kedua obsidian hitam itu melekat dalam ingatannya, memberi kesan mendalam.Namun apa yang dipancarkannya saat ini sedikit berbeda dari semalam. Iris merasa pancaran mata pria dihadapannya ini, penuh dengan misteri, terasa berjarak dan—tanpa emosi?Reaksi pria itu datar saja. Seakan mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.‘Apa dia tidak ingat kejadian se

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 2 Siapa Bertanggung-jawab?

    Iris duduk di meja kerjanya. Ia gelisah, menggigit bibirnya dengan tidak tenang. Kedua tangannya tidak bisa diam, terus bergerak mengikuti perasaannya yang bercampur aduk.Ia tidak salah lihat. CEO yang ia lihat tadi adalah Mr. Easton!Tetapi, bagaimana mungkin?Jelas-jelas semalam Emberly mengatakan kalau Mr. Easton adalah tamu perusahaan, bukan CEO mereka!Ada apa sebenarnya? Apakah Emberly sengaja menutupinya? Tetapi untuk apa?Belum hilang kebingungannya, Emberly tahu-tahu datang, dan menariknya ke ruangan pantry.“Em, kamu mau apa?” Iris protes sambil meringis, menatap tangan Emberly yang mencengkeram lengannya.“Sudah kubilang, pembicaraan kita belum selesai!” sergah Emberly. Ia mengikuti pandangan Iris dan tiba-tiba menyeletuk, “Baju apa yang kamu pakai?” Ia merasa ada sesuatu yang janggal pada pakaian yang Iris kenakan, meski ia tidak tahu apa.Iris refleks menepis tangan Emberly. “Apa yang kamu inginkan?!” Ia mengalihkan pembicaraan, berharap Emberly tidak membahas pakaian ya

  • Satu Malam, Dua Rahasia: Lelaki Dingin Itu Ayah Anakku   Bab 1 Malam Itu

    “Mr. Easton! Apa—apa yang Anda—”Pria itu mengunci kedua tangan Iris dan mulai mencumbuinya dengan membabi buta.“Tuan, Anda tidak boleh—Aahh!”BRETT! Suara sobekan baju yang dikenakan Iris terdengar keras di ruangan itu.Pria itu menekan Iris lebih keras. “Puaskan aku...” suara berat dan rendah pria itu terdengar dekat telinga.Nafas yang menderu, menyentuh permukaan pundak Iris yang terekspos, bagai sentuhan sebuah bulu, ringan dengan sensasi menggelitik.Tubuh Iris gemetar, berusaha memberontak melawan cumbuan pria itu. “Ja-jangan Mr. East—humptt…”Pria itu membungkam mulut Iris dengan miliknya, menciumnya seperti seorang yang dahaga, menahan suara parau yang keluar dari bibir gemetar gadis itu.Iris memberontak, berusaha menolak pria itu. Namun dia terus menindihnya, tidak memberinya kesempatan untuk melepaskan diri atau menolak.Lama-lama, perlawanan Iris melemah dan penolakannya sia-sia. Ia hanya bisa pasrah, hanyut terbawa oleh arus tuntutan pria itu.***Malam berlalu, bergant

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status