Setelah berbincang dengan Claire, Levin bisa lebih fokus dalam pekerjaannya. Johan pun dapat menghela nafas lega karena tuan mudanya tidak lagi terlihat menyeramkan seperti tadi pagi. Setidaknya dengan begitu Johan bisa bekerja lebih tenang.
“Hari ini aku tidak ada jadwal meeting lagi kan?”“Tidak ada, Tuan.”“Good. Aku ingin makan siang bersama calon istri dan putraku.”Keyakinan dalam nada suara Levin membuat Johan mengangkat alis.“Calon istri? Apakah nona Claire sudah pasti akan menerima lamaran anda?”Levin berdecak sebal saat mendengar pertanyaan Johan yang seolah ingin mematahkan optimismenya.“Tidak bisakah kamu mendukungku saja dan jangan bertanya macam-macam?”Johan mengangkat bahu, tampak cuek.“Saya hanya ingin memastikan saja. Lagipula seperti yang anda ceritakan kemarin, setelah putra anda dan nona Claire setuju, masih ada tuan besar Alex yang harus anda hadapi. Setelah itu ada tuan besar Keenan dan nyonya besar Carol. Jadi bisaSetelah berbincang dengan Claire, Levin bisa lebih fokus dalam pekerjaannya. Johan pun dapat menghela nafas lega karena tuan mudanya tidak lagi terlihat menyeramkan seperti tadi pagi. Setidaknya dengan begitu Johan bisa bekerja lebih tenang. “Hari ini aku tidak ada jadwal meeting lagi kan?” “Tidak ada, Tuan.”“Good. Aku ingin makan siang bersama calon istri dan putraku.”Keyakinan dalam nada suara Levin membuat Johan mengangkat alis.“Calon istri? Apakah nona Claire sudah pasti akan menerima lamaran anda?”Levin berdecak sebal saat mendengar pertanyaan Johan yang seolah ingin mematahkan optimismenya. “Tidak bisakah kamu mendukungku saja dan jangan bertanya macam-macam?” Johan mengangkat bahu, tampak cuek.“Saya hanya ingin memastikan saja. Lagipula seperti yang anda ceritakan kemarin, setelah putra anda dan nona Claire setuju, masih ada tuan besar Alex yang harus anda hadapi. Setelah itu ada tuan besar Keenan dan nyonya besar Carol. Jadi bisa
Claire melenggang santai menuju ruangannya dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya sebelum mengundurkan diri. Seharusnya Claire menunggu satu bulan untuk mencari penggantinya, namun di surat pengunduran diri yang diserahkannya tadi, Claire berharap bisa mengundurkan diri lebih cepat, yaitu 2 minggu lagi.Maka dari itu Claire harus menyelesaikan tanggung jawabnya. Dirinya tidak ingin meninggalkan sisa pekerjaan kepada orang yang akan menggantikan posisinya nanti. Claire masih sibuk dengan pekerjaannya saat pintu ruangannya menjeblak terbuka begitu saja hingga wanita itu terkesiap kaget. Dan lebih kaget lagi saat melihat raut wajah Levin yang memerah menahan amarah. Langkah kaki pria itu pun terdengar menakutkan karena berderap ke arahnya dengan kekuatan penuh! Tapi anehnya, meski sempat kaget, Claire berhasil mengendalikan diri dan menatap wajah marah Levin dengan datar, seolah sudah menebak kalau hal ini akan terjadi. “Kenapa kamu harus mengundurkan diri, Claire?”
“Katakan padaku kalau kamu sedang bercanda.”Saking tidak percayanya, Claire sampai mengucapkan kalimat itu. Ya, dipikirkan dari sisi manapun, Claire tidak pernah menyangka kalau daddy Alex dan orangtua Nick memiliki rencana segila itu. Menikah dengan Nick? Oh, Tuhan! Claire tidak pernah memikirkan kemungkinan seperti itu! Dulu, dirinya memang sempat ragu akan perasaannya. Ragu apakah rasa nyaman yang dirasakannya setiap kali bersama Nick didasarkan atas nama persahabatan atau cinta, tapi hanya sebatas itu. Claire tidak pernah berpikir jauh seperti pernikahan. Nyatanya, kini Claire tau kalau rasa nyaman itu hanya sebatas sahabat. Tidak lebih dari itu. Atau mungkin hanya sekedar suka namun kini telah digantikan dengan kehadiran Levin? Entahlah, apapun itu, yang pasti sekarang perasaan itu sudah sirna sepenuhnya.Jadi dirinya tidak mungkin menikah dengan Nick kan? Apalagi kini Claire telah menemukan tambatan hatinya sendiri yaitu Levin! Daddy dari putranya! Gele
Levin masuk ke ruang kerjanya dengan geram. Peringatan Nick membuat emosinya muncul ke permukaan meski hari masih pagi membuat Johan hanya bisa mengusap dada saat tuan mudanya lagi-lagi mengabaikan sapaannya sambil membanting pintu! Serius, hari masih pagi, tapi kepala Levin sudah pusing! Bukan karena pekerjaan, tapi karena otaknya terus memikirkan tentang keputusan apa yang akan diambil oleh Claire nantinya! Meski Levin mantap untuk memperistri Claire, tapi jika Revel enggan menerima kehadirannya, wanita itu pasti akan menolaknya! Di sisi lain, andai Claire dan Revel menerima kehadirannya, masih ada daddy Alex yang harus Levin bujuk agar berkenan memberikan restu atas hubungannya dengan Claire! Shittt! Siapa yang menyangka kalau untuk memperistri Claire, Levin harus melalui banyak hal yang memusingkan seperti ini? Tapi Levin tidak bisa mengeluh karena sesulit apapun, yang dirinya inginkan tetap hanya Claire! Yang pasti, Levin tidak mungkin membiarkan Nick menika
Nick tiba di kantor Claire yang sudah mulai menampakkan kesibukan. Banyak karyawan yang baru tiba di kantor sambil menggenggam segelas kopi. Tidak jarang mereka berjalan menuju ruangan sambil asyik mengobrol dengan rekan kerja lainnya.Pemandangan itu membuat ingatan Nick terlempar ke masa lalu. Masa dimana Claire selalu menyendiri. Jangankan jalan beriringan dengan rekan kerjanya, wanita itu justru terlihat kesepian karena tersisihkan dan terkucilkan! Sungguh menyedihkan! Nick masih asyik dengan pikirannya saat satu suara menerpa indera pendengarannya.“Untuk apa kamu datang ke kantor sepagi ini? Apa kamu baru saja mengantar Claire?” Pertanyaan yang bernada tidak suka itu berasal dari Levin. Tanpa Levin sadari, Nick menghela nafas lega. Setidaknya dugaannya tidak terbukti karena Claire juga tidak mengajak Levin! Itu artinya Nick tidak benar-benar tersisihkan bukan? Karena Claire memang hanya ingin mengajak Revel seorang! “Tidak. Aku hanya mampir sebentar
“Nick?” “Ya?”“Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Apakah terlalu berlebihan jika aku meminta hal seperti itu pada Tuhan?” “Tidak. Mungkin Tuhan hanya perlu waktu untuk mengabulkan keinginanmu.”“Yah, semoga saja tidak terlalu lama.”Nick mengulas senyum tipis. Pria itu menatap wajah Claire dalam-dalam.“Sepertinya kamu lelah. Lebih baik hari ini kamu istirahat yang banyak. Aku juga akan pulang agar tidak mengganggu waktu istirahatmu.”Claire mengangguk membuat sebersit rasa kecewa merasuk ke hati Nick. Pelan tapi pasti keadaan mulai berubah. Jika dulu Claire betah berlama-lama menghabiskan waktu dengannya dan menahan kepulangannya, kini Claire malah mengiyakan ucapannya dengan mudah! Sepertinya arti kehadiran Nick di mata Claire perlahan berubah, tidak sekuat dulu. Dan itu semua terjadi karena ulah Levin! Damn!“Aku ke kamar dulu. Thanks untuk hari ini, Nick.”“You are welcome, My Lil Sister.”Nick memandang Claire yang berjalan menjauhinya