Home / Fantasi / Satu Malam dengan Raja Naga / Bab 109: Gerbang yang Tak Pernah Ditutup

Share

Bab 109: Gerbang yang Tak Pernah Ditutup

Author: Ragil Avelin
last update Last Updated: 2025-07-30 20:05:41

Langit utara tampak seperti kanvas kelabu yang dicoret-coret sembarangan. Angin menggigit, membawa serta serpihan es yang menusuk kulit. Di balik pegunungan terjal, tersembunyi sebuah lembah yang tak tercatat dalam peta mana pun. Di sanalah mereka mendarat—Liora, Raja Naga, Sereth, dan Drakhan.

Tanah di sekitar mereka terasa mati, sunyi yang tak alami. Pepohonan kaku, dan tidak ada suara burung atau binatang. Yang terdengar hanya deru napas mereka dan gemuruh lembut sihir kuno yang berdenyut pelan di tanah.

“Ini tempatnya,” kata Raja Naga sambil memandangi batu besar berbentuk spiral yang berdiri di tengah lembah.

Liora melangkah mendekat. Batu itu dipenuhi ukiran kuno—bahasa yang bahkan tidak dia kenali. Tapi begitu tangannya menyentuh permukaan dinginnya, aliran sihir merambat ke dalam dirinya, seolah menyapa darah yang telah lama tertidur.

“Ini bukan batu biasa,” gumam Liora.

“Ini adalah Penjaga Gerbang Eltherion,” jawab Raja Naga. “Sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 112: Regu Penjaga Bayangan

    Tiga hari setelah forum Eltherion, dunia bergerak cepat. Para perwakilan dari kerajaan dan klan mulai menetap di wilayah netral, membangun fondasi pertama untuk Dewan Penjaga Dunia. Namun, di balik semua kesibukan itu, Liora dan kelompok kecilnya mempersiapkan sesuatu yang tak bisa diumumkan secara terbuka.Regu Penjaga Bayangan.Empat orang: Liora, Sereth, Drakhan, dan Irelia—dipilih bukan karena mereka kuat, tapi karena mereka pernah berdiri di sisi batas antara kehancuran dan harapan. Mereka tahu seperti apa kegelapan itu. Dan mereka tahu, belum semuanya tertutup.Di ruang bawah tanah reruntuhan Eltherion, mereka berkumpul di ruang sihir tua yang dulunya digunakan para penjaga mantra penjuru dunia. Dinding batu penuh dengan ukiran kuno yang berpendar samar dalam cahaya obor.“Aku sudah menemukan tiga lokasi retakan tipis antara dunia kita dan kehampaan,” ujar Sereth, membuka gulungan peta yang dibentangkan di atas meja bundar. “Yang paling berb

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 111: Dunia yang Tak Sama Lagi

    Udara terasa asing. Langit terlihat biru, tapi rasanya seperti dilukis ulang oleh tangan yang berbeda. Liora terbangun di atas rumput yang lembut, tubuhnya basah oleh embun pagi. Namun tidak ada kabut, tidak ada bayangan, tidak ada suara raungan dari langit kelam seperti terakhir kali ia membuka matanya.Matanya menatap langit—dan ia tahu, dunia ini bukan yang sama lagi.Seseorang berlari ke arahnya.“Liora!” teriak Sereth, napasnya terengah. Ia terjatuh berlutut di samping Liora, memeluknya erat. “Kau... hidup. Aku pikir... aku pikir—”Liora mengangkat tangannya, menepuk bahu Sereth pelan. “Aku juga tidak yakin. Tapi... rasanya aku benar-benar kembali.”Tak lama, Raja Naga, Drakhan, dan beberapa pasukan manusia muncul. Mereka datang dari balik reruntuhan, wajah mereka penuh luka dan debu, tapi mata mereka bersinar—mereka melihat keajaiban yang tak pernah mereka harapkan: Liora kembali dari ruang antara hidup dan lenyap.Raja Nag

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 110: Takdir yang Dipelintir

    Liora menatap Arven tanpa berkedip. Sosok itu tampak seperti manusia—seperti dahulu—tapi aura di sekitarnya sudah bukan milik dunia fana. Matanya memantulkan kehampaan, dan kulitnya bagai terbuat dari cahaya yang dibungkus kegelapan. Satu langkah pria itu saja membuat tanah cermin di bawahnya retak.“Arven...” suara Liora nyaris tak terdengar. “Kenapa kau di sini?”“Aku tidak pernah benar-benar pergi,” jawab Arven, suaranya tenang namun menggema dalam setiap sudut ruang aneh itu. “Tempat ini... adalah ujung dari segalanya. Dan awal dari sesuatu yang tak bisa kau pahami.”Liora mengangkat tombaknya. “Jangan uji aku. Aku datang untuk menutup gerbang ini.”Arven tertawa kecil. “Kau mengira bisa menutup apa yang bahkan para naga tertua pun tak mampu hancurkan? Gerbang ini bukan hanya lubang... ini akar dari dunia.”Liora mulai bergerak, perlahan mendekatinya. “Apa yang kau mau? Kau membuka ini semua, membangkitkan naga putih, menyeret dunia d

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 109: Gerbang yang Tak Pernah Ditutup

    Langit utara tampak seperti kanvas kelabu yang dicoret-coret sembarangan. Angin menggigit, membawa serta serpihan es yang menusuk kulit. Di balik pegunungan terjal, tersembunyi sebuah lembah yang tak tercatat dalam peta mana pun. Di sanalah mereka mendarat—Liora, Raja Naga, Sereth, dan Drakhan.Tanah di sekitar mereka terasa mati, sunyi yang tak alami. Pepohonan kaku, dan tidak ada suara burung atau binatang. Yang terdengar hanya deru napas mereka dan gemuruh lembut sihir kuno yang berdenyut pelan di tanah.“Ini tempatnya,” kata Raja Naga sambil memandangi batu besar berbentuk spiral yang berdiri di tengah lembah.Liora melangkah mendekat. Batu itu dipenuhi ukiran kuno—bahasa yang bahkan tidak dia kenali. Tapi begitu tangannya menyentuh permukaan dinginnya, aliran sihir merambat ke dalam dirinya, seolah menyapa darah yang telah lama tertidur.“Ini bukan batu biasa,” gumam Liora.“Ini adalah Penjaga Gerbang Eltherion,” jawab Raja Naga. “Sa

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 108: Dua Bayangan di Langit

    Ledakan hitam tadi bukan sekadar kilatan sihir, tapi lubang di antara dunia. Begitu cahaya itu menghilang, langit di atas mereka berubah. Bintang-bintang padam. Awan menggulung seperti ombak yang sedang marah. Dan di tengah langit itu, dua naga hitam tiruan mengepakkan sayap—masing-masing selebar lapangan dan dipenuhi aura kematian.Liora tersungkur, tapi tubuhnya cepat pulih. Ia menggertakkan gigi, menahan rasa panas yang menjalar di lengan kirinya. Simbol naga yang menyala di kulitnya tampak membara, seolah memperingatkan bahwa kekuatan yang ia bangkitkan belum cukup untuk melawan makhluk sebesar itu.Di sampingnya, Raja Naga meludah ke tanah, darah hitam mengalir dari sudut bibirnya. “Kau baik-baik saja?”“Belum mati,” jawab Liora sambil berdiri lagi. “Tapi sepertinya mereka pengen aku mati sekarang.”Di atas mereka, dua naga bayangan meraung. Getarannya mengguncang tanah. Debu dan batu beterbangan ke segala arah. Sereth dan Drakhan memutar di

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 107: Tanah di Bawah Api

    Perjalanan menuju selatan dimulai saat matahari belum benar-benar naik. Langit terlihat seperti arang yang dilumuri abu—tidak gelap, tapi juga tidak memberi harapan. Liora menaiki naga penjaga yang disiapkan khusus untuknya, seekor betina bersisik keemasan dengan nama "Sereth". Meski belum sepenuhnya terbiasa, kini tubuhnya mulai menyatu lebih baik dengan gerakan sang naga. Seperti sepasang entitas yang perlahan belajar berdansa.Di belakangnya, Raja Naga menaiki Drakhan, naga hitam legam bermata biru. Tidak ada pelindung, tidak ada pasukan. Hanya mereka berdua. Sebuah pilihan yang mengejutkan, tapi juga penuh makna. Perjalanan ini bukan ekspedisi militer. Ini perjalanan darah.“Mereka akan mengawasi langit utara sementara kita pergi,” ujar Raja Naga saat terbang sejajar dengan Liora. Suaranya terdengar jelas meski angin mengamuk di sekeliling mereka.Liora mengangguk. “Dan kau yakin tempat itu… masih bisa ditemukan?”“Tanah di Bawah Api tidak per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status