Home / Fantasi / Satu Malam dengan Raja Naga / Bab 75: Yang Tidak Bisa Ditulis Ulang

Share

Bab 75: Yang Tidak Bisa Ditulis Ulang

Author: Ragil Avelin
last update Huling Na-update: 2025-07-19 12:30:02

Akar pohon waktu kini menembus dimensi-dimensi baru,

menciptakan fondasi dunia yang bebas dari ketentuan lama.

Setiap cabangnya adalah cerita baru.

Setiap daunnya adalah jiwa yang diberi kesempatan.

Tapi jauh di dalam tanah—di bawah cahaya dan di luar naskah—

ada satu ruang gelap yang tak tersentuh oleh akar manapun.

Ruang itu bukan kosong.

Ia dibuang.

Dan di dalamnya,

ia menunggu.

Bukan karena tak sabar.

Tapi karena tahu, cepat atau lambat…

pintu akan terbuka.

---

Di permukaan, Kaelira memeluk anaknya sambil menikmati ketenangan sesaat.

Anara dan Lyrian menjaga di sisi kanan dan kiri pohon waktu.

Nerevan menulis sesuatu di atas tanah—bukan mantra,

tapi semacam kode untuk mendeteksi jika ada perubahan dalam pola realita.

“Mereka yang dulu datang untuk menghapus, sekarang mengh
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 84: Tak Ada Peta untuk Pulang

    Firen duduk di tepi kolam pagi itu,tatapannya kosong ke arah permukaan air yang tenang.Di sekelilingnya,daun-daun jatuh tanpa suara,seolah dunia pun tak ingin mengganggunya.Sudah tiga hari ia tidak menulis.Bukan karena kehabisan kata,melainkan karena satu kalimat di kepalanya terus berputar:"Bagaimana jika apa yang aku tulis tidak berarti apa-apa?"Kalimat itu sederhana.Tapi ia menekan dada Firen lebih keras dari luka perang manapun.Dan ia bukan satu-satunya.Renai, yang dulu naik panggung dengan keberanian polos,mulai menghindari tempat itu.Ia merasa suaranya terlalu kecil.Terlalu biasa.“Kenapa aku yang bicara,kalau yang lain bisa jauh lebih bijak?”Dan anak laki-laki yang dulu menulis pertanyaan di buku kosong,mulai merobek halaman-halaman yang ia tulis sendiri.“Pertanyaan-pertanyaan ini tidak penting,”katanya.“Tak satu pun membuat dunia berubah.”

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 83: Kalimat Pertama

    Hari pertama setelah dunia tanpa bayangan dimulaitidak diawali dengan cahaya dramatisatau suara langit yang bergemuruh.Ia dimulai dari keheningan.Bukan keheningan yang mencekam,tapi keheningan yang terasa seperti undangan.Seseorang bangun di tengah padang rumput kecil.Seorang gadis muda,rambutnya belum pernah digunting,matanya belum pernah melihat darah.Ia tidak tahu siapa lima orang yang membentuk dunia ini.Ia bahkan belum tahu nama tempat ia berdiri.Yang ia tahu…adalah bahwa angin yang menyentuh pipinya terasa hangat.Dan ada suara dari dalam dirinyayang seperti baru lahir.Ia berjalan.Tanpa arah.Tanpa tujuan.Tapi tidak tersesat.Langkah kakinya menuntunnya ke tanah kosong,tempat sebatang pohon muda tumbuh sendirian.Di sana, angin seolah berubah jadi bisikan.Bukan suara manusia,tapi rasa.Ia duduk di dekat pohon itu.Mengusap batangn

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 82: Dunia Tanpa Bayangan

    Tanah yang mereka injak terasa aneh.Bukan karena asing,tapi karena untuk pertama kalinya…tidak ada satu pun yang mengancam dari bawahnya.Udara tidak membawa sihir liar,tidak ada kilat di langit,tidak ada suara langkah yang mengendap di semak.Sunyi,tapi bukan kesepian.Lebih seperti dunia yang akhirnya belajar mendengarkan.Kaelira menghela napas panjang.“Ini pertama kalinya aku berdiri tanpa armor,dan tidak merasa terancam.”Anara menyeringai tipis.“Pertama kalinya aku tidak ingin membunuh sesuatu hanya karena tenang itu terasa mencurigakan.”Nerevan mendongak ke langit.Burung-burung kecil terbang melintasi awan pucat.Tak satu pun membawa pesan gelap,tak satu pun meledak jadi makhluk kutukan.Mereka hanya… terbang.“Apakah kita benar-benar sudah keluar dari siklus?” tanyanya pelan.Lyrian menunduk, menggenggam tanah.Tidak ada racun.Tidak ada mantr

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 81: Dunia yang Tidak Ditulis

    Mereka berdiri di tengah lingkaran.Tak ada yang berkata-kata.Namun semua tahu:ini bukan titik akhir.Juga bukan titik awal.Ini adalah ruang kosongdi mana satu kalimat akan menentukan arah segalanya.Langit di atas mereka bukan biru.Tanah di bawah mereka bukan coklat.Semua telah kehilangan warna karena belum dipilih.Bahkan waktu…berhenti berdetak.Kaelira membuka mulut lebih dulu.“Sesuatu terasa salah.”Nadanya tenang.Tapi tidak hampa.Seperti nada seseorang yang baru menyadari bahwa diam…tidak selalu damai.Anara mengangguk.“Karena kita berdiri di tempat yang tidak punya sejarah.”Ia menatap tanah di bawah.“Di mana tidak ada satu pun yang pernah terjadi.”Nerevan menyusul,“Tempat seperti ini seharusnya memberi kebebasan.Tapi kenapa rasanya malah seperti kita ditelanjangi?”Lyrian menatap ke udara yang tidak bergerak.“Karena tidak ada

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 80: Cermin Tanpa Bayangan

    Langkah pertama terasa… hampa.Tanah yang mereka injak tidak keras,tidak lembut,tidak ada rasa sama sekali.Seperti melangkah di atas udara yang enggan memberi respons.Namun tidak menolak.Mereka berjalan tanpa arah,karena dunia tak lagi menunjukkan utara.Tapi tidak ada yang panik.Karena mereka tahu—mereka tidak sedang mencari tempat.Mereka sedang menuju pengakuan.Kaelira menatap lurus ke depan.Tapi tak ada apa-apa.Hanya kabut.Putih.Diam.Bukan kabut yang menutupi,melainkan kabut yang… menunggu.Anara akhirnya bicara,“Tempat ini sepi dengan cara yang berbeda.”Nerevan menambahkan,“Karena di sini tidak ada masa lalu.”Lyrian menggenggam jubahnya.“Dan belum ada masa depan.”Sang anak berdiri di depan mereka semua.Ia mengangkat tangan,dan dari udara kosong,muncul satu cermin tinggiyang tidak menampilkan pantulan.

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 79: Penunggu Sebelum Segalanya

    Mereka muncul di sebuah ruang yang tidak bisa dijelaskan.Tidak ada langit.Tidak ada tanah.Hanya gradasi warna yang terus berubah,seolah dunia itu belum memutuskan akan menjadi apa.Tidak ada suara.Tapi kehadiran terasa berat.Bukan menakutkan—tapi seperti diawasi oleh sesuatuyang tidak bisa tertipu oleh tampilan luar,karena ia hanya melihat niat.Kaelira menggenggam jubahnya erat.“Kita… sudah sampai?”Anara menatap sekeliling. “Ini bukan akhir.Ini… ruang antara. Tempat yang tidak seharusnya dihuni terlalu lama.”Lyrian menyentuh udara di sekitarnya.“Energi di sini... tak ada waktu. Tak ada arah.Seperti… tempat menunggu sesuatu yang belum diputuskan.”Sang anak berdiri paling tenang.Kakinya tidak menyentuh lantai,karena memang tidak ada lantai.Ia hanya mengambang dengan mantap,seolah tubuh kecilnya tahu:tempat ini adalah tempat kelahiran sesuatu yang j

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status