Apa maksud dari "baiklah"? Apakah sudah cocok?Cintia sudah siap-siap untuk meminta karyawan butik mengemas setelan Erikson dan membawanya pergi. Lalu, dia melihat ada karyawan butik lain sedang membawa sebuah gaun pesta yang memukau."Aku ingin mencoba yang ini!" Miya berteriak kepada karyawan butik dengan mata berbinar. Dia langsung berjalan ke depan dan menghentikannya."Maaf, Nona Miya, gaun ini adalah milik Nona Cintia," kata karyawan butik dengan penyesalan."Apa maksudnya miliknya? Aku yang melihatnya lebih dulu! Aku ingin mencobanya sekarang juga," kata Miya dengan paksa. Bahkan tanpa persetujuan dari karyawan butik, dia langsung merebut dan mulai mencobainya dengan semangat.Setelah mencoba begitu banyak gaun, hanya gaun inilah yang memenuhi selera Miya."Ini benar-benar cantik," puji Starvy sambil merasa agak cemburu di dalam hatinya. Sebenarnya, dia juga tertarik pada gaun ini."Nona Miya, gaun ini adalah pesanan pribadi Nona Cintia ....""Berapakah harganya?" Miya sama se
Starvy membantu Miya menarik ritsleting dengan seluruh tenaga.Miya terus menahan napasnya. Namun, tak peduli bagaimanapun caranya, ritsleting itu tetap tidak bisa ditarik."Miya, aku benar-benar tidak bisa menariknya lagi," kata Starvy yang putus asa dan tidak berdaya."Bagaimana mungkin! Pinggangku sangat ramping!" kata Miya yang tidak bisa menerima kenyataan ini.Miya tidak dapat membayangkan bagaimana dia akan dicemooh oleh Cintia, kalau Cintia tahu Miya tidak dapat mengenakan gaun ini. Ini sungguh memalukan."Benar-benar tidak bisa lagi. Kalau dipaksa, risletingnya akan rusak.""Kalau rusak, ya sudah! Keluarkan tenagamu!""Kalau sampai rusak, kamu akan dicerca oleh Cintia. Cintia pasti akan menyuruhmu untuk ganti rugi.""Kalau aku tidak bisa mengenakannya, Cintia juga tetap akan menyuruhku untuk membayar gaun ini!" kata Miya dengan pelan sambil menggertakkan giginya."Pinggangmu sangat ramping. Kalau kamu saja tidak bisa memakainya, gaun ini pasti tidak akan muat untuk Cintia. Kal
Meskipun begitu, tidak ada yang mau mengakui kecantikan Cintia."Terima kasih." Cintia tersenyum lembut pada Erikson, lalu menoleh ke arah Miya, "Silahkan dibayar."Miya sangat kesal sampai wajahnya memerah.Cintia benar-benar bisa mengenakan gaunnya!"Kamu tidak mau mengaku kalah? Kenapa? Apakah Kamu tidak mau membayarnya?" kata Cintia mencibir.Miya menggertakkan giginya.Miya membuat taruhan di depan begitu banyak orang. Kalau Miya mengingkarinya, dia akan merasa sangat malu."Berapa harganya!" Miya menggertakkan giginya lagi."Nona Miya, gaun ini dijahit langsung dengan tangan dan dikerjakan secara khusus. Harganya senilai delapan belas miliar rupiah," jawab pegawai toko."Apa!" Miya mengira kalau dia sudah salah dengar.Gaun yang mewah, biasanya hanya senilai ratusan juta rupiah.Harga gaun ini bahkan melebihi belasan miliar rupiah!"Gaun ini dibuat di Jogjakarta. Ada lebih dari lima ratus butir berlian di gaun itu. Semuanya dijahit dengan tangan oleh seorang ahli terbaik," jelas
Cintia menggandeng tangan Erikson, lalu mereka meninggalkan toko.Begitu mereka sampai di gerbang mal, ada sesorang tiba-tiba berdiri di depan dan menghalangi jalan mereka."Kenapa? Apakah kamu sudah menyesal membelikan gaun ini?" Cintia terlihat tegang, lalu menatap Rein yang napasnya sedikit terengah-engah."Aku tidak sepelit itu." Rein menghela napas, "Semua sudah terjadi, lupakan saja. Lagi pula, kekayaan Keluarga Halim tidak akan terkuras hanya karena membeli gaun itu."Cintia tersenyum sinis.Benar.Keluarga Halim memang tidak akan kekurangan uang, tetapi kekayaan Keluarga Halim ini, semua berkat Cintia yang sudah bekerja keras untuk mereka!"Aku selalu menelepon dan mengirimkan pesan singkat padamu, tapi kamu selalu tidak menanggapinya," kata Rein terus terang dan mengabaikan sindiran Cintia."Apakah kamu sudah melupakan statusmu ….""Meskipun kita sudah berpisah, tapi kita tetap bisa berteman.""Itu hanya pendapatmu saja." Cintia memandang Rein dengan dingin, "Aku sudah menghap
Samuel tidak membalas pesan.Cintia mengerutkan bibirnya, lalu menoleh ke arah Erikson, "Erik, ayahmu lembur malam ini. Apakah kamu mau ikut bersamaku pulang ke rumahku?""Boleh." Erikson yang merasa bersemangat, "Aku ingin main ke rumah Mami."Cintia sedikit tersenyum, kemudian dia mengusap kepala Erikson yang kecil dengan penuh kasih sayang.Setelah pulang ke rumah, Cintia menyalakan TV dan memutarkan kartun untuk Erikson. Kemudian, Cintia mulai memikirkan makan malam yang harus disiapkan untuk Erikson.Meskipun Cintia sudah bertahun-tahun tinggal seorang diri, dia tidak punya waktu untuk memasak karena sibuk mencari uang. Kalau Cintia tidak punya uang, dia akan memasak mi instan. Kalau Cintia punya uang, dia akan memesan makanan dari luar.Setelah berpikir panjang, Cintia pun memutuskan untuk memesan makanan saja.Cintia tidak perlu khawatir mengenai kebersihan dan keamanan makanan, kalau dia memesannya dari restoran kelas atas.Cintia duduk di sebelah Erikson dan mulai memilih maka
"Mami, kenapa wajahmu memerah?" Setelah Erikson mengukur dengan tangannya, dia menyadari keanehan Cintia.Erikson menatap Cintia dengan wajah yang polos.Cintia semakin tersipu saat Erikson menatapnya.Akhirnya Cintia dapat mengerti kalau ucapan anak-anak itu polos dan tidak bermaksud jahat.Cintia pun berkata dengan buru-buru, "Kamu tunggu di sini, aku akan mengambilkan baju dan memakaikannya untukmu.""Baik." Erikson mengangguk patuh.Cintia mengambil baju putih miliknya. Baju itu cukup untuk menutupi sampai lutut Erikson, jadi tidak perlu mengenakan celana.Cintia memeluk Erikson dan duduk di kasurnya yang empuk, lalu Cintia pun mengeringkan rambut Erikson.Saat rambutnya dikeringkan, Erikson merasa semakin mengantuk.Erikson pun tertidur.Ketika Cintia mengembalikan pengering rambut itu, Erikson sudah berbaring di atas kasur dan tertidur.Melihat wajah Erikson yang imut itu, membuat hati Cintia terasa hangat.Cintia memeluk Erikson yang tertidur, lalu mengambil selimut untuk Erikso
"…" Cintia masih mengira Samuel tidak melihat pesannya, "Jadi untuk apa kamu ke sini?""Makan."Cintia benar-benar kehabisan kata-kata."Kamar mandi di sebelah mana?" tanya Samuel."Di dalam."Karena tinggal sendiri, Cintia tidak memiliki kamar mandi umum bahkan ruang tamu di kamar studionya dibuat transparan tanpa sekat.Samuel masuk ke kamar, melirik Erikson yang tertidur, lalu langsung berjalan ke kamar mandi. Saat Cintia berbalik ingin pergi, tiba-tiba dia teringat sesuatu, tepat saat Samuel akan menutup pintu, Cintia bergegas ke kamar mandi.Samuel mengernyitkan alis dan berkata, "Nona Cintia, ini …."Wajah Cintia sedikit merah. Ketika selesai mandi, Cintia mengganti semua pakaian termasuk pakaian dalam di kamar mandi, dan dia meninggalkannya di sana. Cintia mengambil pakaiannya dan langsung menyembunyikan di belakangnya.Samuel melihatnya dan terlihat tertawa.Setelah mengambil pakaiannya, Cintia berbalik dan langsung pergi …."Nona Cintia." Samuel yang di belakang memang
Selama ini, Samuel tidak pernah mengatakan latar belakang keluarganya, dia hanya memberi tahu namanya adalah Samuel Purnomo."Ya." Samuel mengakui, lalu bertanya, "Kapan kamu mengetahuinya?""Baru saja." Cintia menjawab, "Tapi tidak sulit untuk mengetahuinya. Nama belakangmu adalah Purnomo, yang kedua adalah ayah tunggal, dan yang ketiga adalah dermawan. Satu-satunya hal yang tidak cocok mungkin adalah …."Samuel memiringkan kepala sambil mengangkat alisnya."Kamu jauh lebih tampan dari rumor yang beredar.""Makasih Nona Cintia atas pujiannya.""…" Cintia hanya mengungkapkan sebuah fakta."Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu," kata Samuel secara langsung.Sebenarnya Cintia juga tidak peduli. Mereka tidak berada pada situasi di mana mereka harus saling merendahkan satu sama lain. Hari ini dia bertanya, tetapi itu kebetulan karena tanggal 17 bertepatan dengan ulang tahun Tuan Besar Frans yang ke-70, setidaknya Cintia perlu mengerti untuk apa Samuel memintanya meluangka