"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
Orang yang paling populer dan terkenal di Kota Bandung bertunangan hari ini.Ketika berita ini tersebar, seketika langsung menghebohkan masyarakat kalangan atas.Di dalam kamar mandi wanita.Cintia mengenakan gaun pengantin yang dibuat dari Jogja, wajahnya berseri-seri, melihat dirinya dalam cermin membuatnya tersenyum tipis.Setelah berpacaran selama 3 tahun bersama Rein kekasihnya, akhirnya mereka menikah.Meski semua wanita ingin menjatuhkannya dari belakang, kekasihnya tetap mencintainya selama 3 tahun ini.Wajah Cintia terlihat sangat ceria dan penuh kebahagiaan, matanya berkaca, dengan percaya diri dia menenteng gaunnya berjalan keluar.Sedetik kemudian, dari celah pintu asap halus mengepul keluar, seolah-olah tidak sabar mencari jalan keluar, terus menyelinap masuk ke dalam toilet.Kebakaran?Ekspresi mukanya berubah, dengan cepat dia keluar dengan menutupi hidungnya, pesta yang tadinya sangat ramai, sekarang tidak ada seorang pun, yang tersisa hanyalah asap tebal saja bercampur
Cintia melihat ke arah suara itu berasal, ada seorang anak laki-laki yang terlihat berusia 5 atau 6 tahun yang sama mengenakan pakaian pasien. Wajah anak itu yang sangat tampan, membuat orang tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Hati Cintia tersentuh.Rasanya seperti ada sesuatu yang terpanggil dalam dirinya ... perasaan yang sulit digambarkan.Anak kecil itu dengan cepat berlari ke depan kasur Cintia, langsung memanjat ke atas tempat tidur dengan kaki pendeknya dan memeluk Cintia dengan badan mungil mengemaskannya itu, "Mama, apakah ada orang jahat yang mengganggumu?"Sambil berkata dan melepaskan pelukannya, dia menyeka air mata Cintia dengan tangannya yang kecil.Cintia baru menyadari mungkin karena tadi dia terlalu kesal, dia sampai meneteskan air mata.Saat ini tingkah laku anak kecil ini membuat hati Cintia luluh dan merasa gemas.Namun, Cintia yakin kalau dia sama sekali tidak mengenalinya.Cintia tersenyum dan mengelus rambut lembut keriting anak kecil itu, dengan kelembut
Cintia melihat Rein dengan tatapan dingin.Kemarin Rein sudah meninggalkan Cintia tanpa memedulikan keselamatannya dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan Starvy. Meskipun sangat memilukan, mereka sudah menjalin hubungan selama 3 tahun. Jadi, Cintia ingin memberi kesempatan dan mendengar penjelasan Rein, tentu saja bukan berarti Cintia akan memaafkannya.Namun saat ini, dia merasa penjelasan Rein hanya sedang mempermalukan diri sendiri.Rein tidak mendapat jawaban dari Cintia, dia menoleh ke arah pria itu.Penampilannya yang menarik masih membuat pandangan Rein terdiam, dia langsung mengenali pria di depannya adalah petugas pemadam kebakaran yang bergegas menyelamatkan Cintia kemarin. Saat itu, pria tersebut mengenakan helm penyelamat dan tidak terlihat dengan jelas sehingga Rein tidak memperhatikan wajahnya, hanya melihat badannya yang tegap tinggi."Rein, kita putus ya," ucap Cintia.Hubungan selama 3 tahun, berakhir di sini.Rein tiba-tiba merasakan sakit di hatinya.Dengan tatapan
Setelah keluar dari rumah sakit, Rein langsung menuju ke kediaman Keluarga Dijaya.Jacob dengan semangat bertanya "Apakah Cintia sudah setuju untuk membatalkan pertunangan ini?"Rein menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian melihat ke arah Starvy yang menggemaskan, dengan lembut berkata, "Sudah putus, dengan begitu masalah pembatalan pertunangan juga sudah pasti. Hanya saja, aku kasihan pada Starvy, dia harus menunggu beberapa saat lagi.""Tidak apa-apa." Starvy menggelengkan kepala, kemudian memandang dengan lembut, "Aku akan merasa bahagia bersama Kak Rein."Rein melihat Starvy yang penuh pengertian dan lembut, membuatnya luluh.Memilih Starvy adalah pilihan yang benar.Rein menahan perasaannya, "Tadi pada saat aku menjenguk Cintia, di kamarnya ada seorang pria, pria yang waktu itu menjadi petugas pemadam kebakaran.""Benar-benar kebiasaan buruk yang tidak bisa berubah. Rein, kamu harusnya sudah sejak awal berpisah dengannya, dia tidak pantas untukmu!" kata Jacob dengan yakin.Rein
"Erik demi menunggumu, tidur terlambat satu jam dari biasanya," ujar Samuel, mencairkan suasana.Hati Cintia sedikit tergerak, dia mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Sebenarnya, Tuan Samuel bisa menjelaskan pada Erik kalau aku bukan mamanya."Samuel hanya melihatnya dengan wajah murung.Keheningan yang tiba-tiba ini membuat Cintia berpikir apakah dia sudah salah bicara?!Tanpa banyak berpikir, Cintia menambahkan, "Kebakaran itu hanyalah kecelakaan. Tuan Samuel tidak perlu sengaja mengantarkan makanan untukku. Aku tidak memerlukan dua perawat itu. Selain itu, aku akan membayar uang ponsel itu.""Aku kira Nona Cintia adalah orang yang cerdas.""..."Jadi bagian mana yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh?!"Erik membutuhkan sosok mama," kata Samuel dengan suara berat."Terus?" tanya Cintia dengan kebingungan.Samuel menatap Cintia cukup lama.Pelan-pelan, nada bicaranya menjadi berat, "Apalagi dia menyukaimu, jadi sangat jelas terlihat kalau aku sedang mengejarmu.""..." Dia benar
"Tentu saja." setelah seminggu berinteraksi, Cintia dan Erik juga mempunyai hubungan yang dekat, "Aku akan memberikan nomor teleponku untukmu. Kalau kamu merindukanku, telepon saja aku. Aku akan datang menemuimu ketika aku ada waktu luang.""Kamu harus menepati janjimu."Dengan susah payah Cintia jongkok.Samuel mengerutkan keningnya.Cintia mempertahankan posisi setara dengan Erik, mengelus-elus kepalanya dengan lembut, "Aku janji."Erik tersenyum menggemaskan dan dengan semangatnya mencium pipi Cintia.Samuel mengkerutkan jidatnya lebih hebat lagi."Aku pergi dulu, ya," kata Cintia dengan wajah yang lembut."Mama, hati-hati ya," ucap Erik dengan manis.Itu dia, kenapa Erik masih tidak mau mengubah panggilannya pada Cintia.Setiap kali memberitahukan kalau Cintia bukan ibunya, Erik akan mengira kalau dia tidak diingkan lagi, matanya merah berkaca-kaca, benar-benar sangat kasian.Cintia juga tidak ingin memaksa lagi.Erik akan mengerti ketika dia besar nanti.Cintia mengenakan tongkat,