Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
Orang yang paling populer dan terkenal di Kota Bandung bertunangan hari ini.Ketika berita ini tersebar, seketika langsung menghebohkan masyarakat kalangan atas.Di dalam kamar mandi wanita.Cintia mengenakan gaun pengantin yang dibuat dari Jogja, wajahnya berseri-seri, melihat dirinya dalam cermin membuatnya tersenyum tipis.Setelah berpacaran selama 3 tahun bersama Rein kekasihnya, akhirnya mereka menikah.Meski semua wanita ingin menjatuhkannya dari belakang, kekasihnya tetap mencintainya selama 3 tahun ini.Wajah Cintia terlihat sangat ceria dan penuh kebahagiaan, matanya berkaca, dengan percaya diri dia menenteng gaunnya berjalan keluar.Sedetik kemudian, dari celah pintu asap halus mengepul keluar, seolah-olah tidak sabar mencari jalan keluar, terus menyelinap masuk ke dalam toilet.Kebakaran?Ekspresi mukanya berubah, dengan cepat dia keluar dengan menutupi hidungnya, pesta yang tadinya sangat ramai, sekarang tidak ada seorang pun, yang tersisa hanyalah asap tebal saja bercampur
Cintia melihat ke arah suara itu berasal, ada seorang anak laki-laki yang terlihat berusia 5 atau 6 tahun yang sama mengenakan pakaian pasien. Wajah anak itu yang sangat tampan, membuat orang tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Hati Cintia tersentuh.Rasanya seperti ada sesuatu yang terpanggil dalam dirinya ... perasaan yang sulit digambarkan.Anak kecil itu dengan cepat berlari ke depan kasur Cintia, langsung memanjat ke atas tempat tidur dengan kaki pendeknya dan memeluk Cintia dengan badan mungil mengemaskannya itu, "Mama, apakah ada orang jahat yang mengganggumu?"Sambil berkata dan melepaskan pelukannya, dia menyeka air mata Cintia dengan tangannya yang kecil.Cintia baru menyadari mungkin karena tadi dia terlalu kesal, dia sampai meneteskan air mata.Saat ini tingkah laku anak kecil ini membuat hati Cintia luluh dan merasa gemas.Namun, Cintia yakin kalau dia sama sekali tidak mengenalinya.Cintia tersenyum dan mengelus rambut lembut keriting anak kecil itu, dengan kelembut
Cintia melihat Rein dengan tatapan dingin.Kemarin Rein sudah meninggalkan Cintia tanpa memedulikan keselamatannya dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan Starvy. Meskipun sangat memilukan, mereka sudah menjalin hubungan selama 3 tahun. Jadi, Cintia ingin memberi kesempatan dan mendengar penjelasan Rein, tentu saja bukan berarti Cintia akan memaafkannya.Namun saat ini, dia merasa penjelasan Rein hanya sedang mempermalukan diri sendiri.Rein tidak mendapat jawaban dari Cintia, dia menoleh ke arah pria itu.Penampilannya yang menarik masih membuat pandangan Rein terdiam, dia langsung mengenali pria di depannya adalah petugas pemadam kebakaran yang bergegas menyelamatkan Cintia kemarin. Saat itu, pria tersebut mengenakan helm penyelamat dan tidak terlihat dengan jelas sehingga Rein tidak memperhatikan wajahnya, hanya melihat badannya yang tegap tinggi."Rein, kita putus ya," ucap Cintia.Hubungan selama 3 tahun, berakhir di sini.Rein tiba-tiba merasakan sakit di hatinya.Dengan tatapan