Share

Bab 7

Penulis: BalqizAzzahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 08:31:15

🍁🍁🍁

Maria duduk di sofa ruang tamu dengan wajah penuh kekhawatiran. Matanya menatap tajam ke arah putranya, David, yang duduk di seberangnya dengan ekspresi keras kepala. Pembicaraan ini harus segera dilakukan, sebelum David dan Zoya bertindak terlalu jauh.

"David, kasihanilah istrimu, Clara," ujar Maria dengan suara yang bergetar. "Dia sangat menderita melihatmu terus bersama wanita itu. Setiap malam dia menangis, setiap hari dia hidup dalam bayang-bayang pengkhianatanmu. Sudah cukup, Nak. Putuskan hubunganmu dengan Zoya."

David menarik napas panjang, lalu menggeleng dengan mantap. "Aku tidak bisa, Bu. Aku mencintai Zoya, dan... dia sedang mengandung anakku."

Maria terperanjat. Mata tuanya melebar dalam keterkejutan. "Apa?" suaranya hampir tak keluar.

David menunduk, merasa bersalah tetapi tetap teguh pada pendiriannya. "Zoya hamil, Bu. Aku tidak bisa meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Anak itu adalah darah dagingku."

Maria merasakan dadanya sesak. Ia tak pernah menyangka bahwa anaknya akan terjerumus sejauh ini. "David! Bagaimana bisa kau melakukan ini? Anak hasil zina bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan! Kau sudah menghancurkan pernikahanmu, menghancurkan hati Clara! Apa kau bahkan peduli padanya?"

David menatap ibunya dengan sorot mata yang sulit ditebak. "Aku peduli, Bu. Tapi perasaanku juga nyata. Aku tidak bisa mengabaikan Zoya dan anak yang dikandungnya."

Maria tak mampu menahan air matanya. Ia menangis, meratapi pilihan buruk yang dibuat anaknya.

Di ambang pintu, tanpa mereka sadari, Clara berdiri dengan tubuh gemetar. Ia datang hendak menyajikan teh untuk ibu mertuanya, tetapi kini ia justru mendengar kenyataan yang menghancurkan hatinya.

Mata Clara membelalak, tubuhnya melemah, dan dunia seakan berputar dengan cepat. Ia merasa sesak, napasnya terengah-engah. Dan dalam sekejap, tubuhnya limbung.

"Clara!" Maria berteriak panik saat menoleh dan melihat menantunya jatuh pingsan di lantai.

David bergegas menghampiri istrinya, wajahnya berubah pucat. "Clara! Sayang, bangun!"

Maria menangis lebih keras. Hatinya semakin pedih melihat Clara yang begitu rapuh akibat ulah putranya. "Lihat apa yang telah kau lakukan, David! Kau telah menghancurkan istrimu!"

David hanya bisa memeluk tubuh Clara yang tak sadarkan diri, perasaan bersalah mulai menyelimutinya. Ia kini dihadapkan pada kenyataan pahit yang harus ia hadapi: keputusan yang ia buat tidak hanya menghancurkan satu hati, tetapi banyak hati sekaligus.

Di dalam ruangan yang penuh ketegangan itu, hanya isak tangis Maria yang menggema, sementara Clara masih tergeletak tak sadarkan diri di pelukan suaminya yang mulai merasakan dampak dari keputusannya sendiri.

***

Clara membuka matanya perlahan. Cahaya putih dari lampu di langit-langit kamar rumah sakit membuatnya menyipitkan mata. Semua terasa buram dan samar, tapi suara isakan pelan mulai terdengar jelas. Saat penglihatannya mulai fokus, ia melihat dua sosok di samping ranjangnya—Maria, ibu mertuanya, dan David, suaminya. Wajah mereka penuh kesedihan. Mata David memerah, air matanya mengalir tanpa henti. Begitu pula dengan Maria, yang menggenggam tangannya erat, seolah takut kehilangan.

"Clara… syukurlah kamu sadar…" suara Maria bergetar penuh haru. Namun, Clara hanya diam, membisu.

Hatinya terasa kosong. Kosong tapi sekaligus penuh dengan sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang menghancurkan setiap sudut jiwanya. Kenyataan itu kembali terbayang dalam kepalanya—Zoya hamil.

Zoya, perempuan itu, selingkuhan David, telah mengandung anak dari pria yang Clara cintai. Anak yang selama ini ia dambakan, yang selama ini ia doakan dalam setiap sujudnya, tetapi tak pernah Tuhan berikan kepadanya. Sekarang, justru perempuan lain yang mengandung darah daging David. Sungguh ironi yang kejam.

Clara menelan ludah. Ada benjolan di tenggorokannya yang membuatnya sulit bernapas. Jari-jarinya yang pucat menggenggam selimut putih di atas tubuhnya, berusaha mencari pegangan. Tapi tidak ada yang bisa menggenggam hatinya yang kini terasa hampa.

"Sayang… maaf… aku…" David terisak, suaranya pecah di udara yang terasa begitu berat. Ia mencoba menyentuh tangan Clara, tetapi Clara menarik tangannya. Gerakan kecil itu seolah membentuk dinding yang tak kasat mata di antara mereka.

Maria ikut menangis lebih keras. "Clara, anakku… jangan seperti ini. Kami sangat khawatir…"

Namun, Clara tetap diam. Bibirnya terkunci rapat, seperti enggan mengeluarkan sepatah kata pun. Ia takut jika ia berbicara, tangisnya akan pecah. Ia takut jika ia mulai berbicara, ia tidak akan pernah bisa berhenti meluapkan sakit hatinya.

David pasti tidak akan meninggalkan Zoya. Clara tahu itu. Zoya memiliki sesuatu yang selama ini tidak bisa ia berikan kepada David—seorang anak. Itu adalah kuasa terbesar yang kini dimiliki perempuan itu. Tidak peduli seberapa banyak David memohon maaf, tidak peduli seberapa dalam kesedihannya saat ini, kenyataannya tidak akan berubah. Ada seorang anak yang akan lahir dari hubungan terlarang mereka.

Clara merasa marah, tetapi lebih dari itu, ia merasa kalah. Bagaimana mungkin ia memenangkan hati suaminya, jika kini Zoya memiliki sesuatu yang mengikat David lebih erat daripada pernikahan mereka?

Dalam pikirannya yang kacau, Clara bertanya-tanya—apakah masih ada tempat untuknya di hati pria itu? Apakah masih ada alasan baginya untuk tetap bertahan? Atau, apakah ini saatnya untuk melepaskan semua, meski itu berarti menyerahkan pria yang paling ia cintai kepada perempuan lain?

"Clara, maafkan aku. Aku harus segera menikahi Zoya sebelum perutnya membuncit. Aku berharap kamu mau menerima keputusanku ini, dan terimalah anak itu sebagai calon dari anakmu juga." ucap David dengan suara sedikit bergetar.

Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya jatuh, mengalir tanpa bisa ia cegah. Tapi Clara tetap tidak bersuara. Hanya diam. Hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam luka yang seakan tak akan pernah bisa sembuh.

***

Clara duduk di tepi ranjangnya yang luas, menatap bayangan dirinya di cermin besar di sudut kamar. Mata sembabnya mencerminkan betapa pilu hatinya. Seakan dunia tengah mengujinya dengan cobaan yang tak kunjung usai. Hidup yang selama ini tampak sempurna bagi orang lain, nyatanya penuh kepalsuan dan penderitaan. Untuk apa punya harta melimpah, rumah megah, aset yang tak terhitung jumlahnya, jika suaminya sendiri tidak setia?

David, lelaki yang dulu ia pikir adalah cinta sejatinya, kini menjadi sumber luka terdalam dalam hidupnya. Kepercayaannya hancur saat ia mengetahui perselingkuhan suaminya dengan seorang wanita muda bernama Zoya. Betapa sakit hatinya melihat David menghabiskan waktu dengan wanita itu, sementara dirinya hanya bisa menangis dalam kesendirian. Clara merasa seperti manusia paling tidak beruntung di dunia.

Namun, semakin lama ia tenggelam dalam kesedihan, semakin besar tekadnya untuk bertindak. Dia tidak bisa membiarkan Zoya merebut suaminya begitu saja. Dia tidak boleh menyerah dan membiarkan dirinya dipermalukan. Jika selama ini David terpikat oleh pesona Zoya, maka Clara harus menunjukkan bahwa dirinya lebih berharga. Ia harus mencuri kembali perhatian suaminya, mengingatkan David bahwa rumah tangga mereka masih ada, bahwa ia masih layak diperjuangkan.

"Nak, minum obatmu dulu," ucap Maria yang melangkah masuk ke dalam kamar Clara sambil membawa nampan berisi sebotol air dan obat-obatan.

"Bu, jangan repot-repot. Aku bisa mengambilnya sendiri nanti," ucap Clara.

"Aku tidak merasa direpotkan, aku senang bisa merawat mu." Maria mengelus rambut menantunya lembut. "Bersabarlah nak, aku yakin semua masalah dalam rumah tanggamu ini akan segera selesai. Kamu wanita kuat." Maria mencoba memberikan nasihat positif untuk mengajarkan hati dan jiwa Clara yang sedang lemah.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin, Bu." janji Clara.

Maria, sosok ibu mertua yang selama ini menjadi tempatnya bersandar di tengah badai. Maria memutuskan untuk tinggal bersama mereka, bukan hanya untuk merawat Clara, tetapi juga untuk mengawasi gerak-gerik David. Wanita tua itu tidak bisa tinggal diam melihat anaknya menghancurkan rumah tangganya sendiri. Ia tahu betapa Clara mencintai David dan bagaimana menantunya itu telah berjuang mempertahankan pernikahan mereka. Sebagai seorang ibu, Maria ingin memastikan bahwa David sadar akan kesalahannya sebelum semuanya terlambat.

Kehadiran Maria membawa sedikit ketenangan bagi Clara. Ada seseorang yang memahami lukanya, yang peduli dan ingin membantunya melewati masa sulit ini. Namun, itu saja tidak cukup. Ia harus menemukan cara agar David kembali melihatnya seperti dulu, mencintainya seperti saat mereka pertama kali jatuh cinta. Apakah dia harus berubah menjadi sosok yang lebih menarik? Atau menunjukkan betapa berartinya dirinya dalam kehidupan David?

Clara sadar bahwa ini bukan hanya tentang memenangkan kembali suaminya, tetapi juga tentang menghargai dirinya sendiri. Jika David tetap memilih Zoya meski ia telah berjuang, maka mungkin ia harus berpikir ulang apakah pernikahan ini masih layak dipertahankan. Namun, sebelum menyerah, ia akan mencoba. Ia akan melakukan apa pun agar tidak kalah dari Zoya.

Malam itu, Clara menatap dirinya di cermin, menghapus air matanya, dan mengangkat dagunya dengan mantap. Ia tidak akan membiarkan kesedihan menguasai hidupnya lagi. Jika David masih memiliki hati untuknya, ia akan menemukannya kembali. Jika tidak, ia akan mencari jalan untuk bahagianya sendiri.

Untuk saat ini, Clara hanya bisa diam dan menahan rasa sakit. Tapi dimadu bukanlah cita-cita yang diinginkan oleh istri manapun. Sampai kapankah Clara sanggup bertahan?

Bersambung....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 75

    Tangis bayi menggema di ruang bersalin, disusul suara tangis bahagia dari Clara yang terbaring lemah namun tersenyum lega. Di sampingnya, Erick menggenggam erat tangan sang istri sambil menatap dokter yang membawa seorang bayi mungil dalam selimut biru."Selamat ya, Pak Erick, Bu Clara. Bayi laki-lakinya sehat dan kuat," ucap sang dokter.Erick nyaris tak bisa menahan air matanya saat sang perawat menyerahkan bayi itu ke pelukannya. Jantungnya berdegup cepat, takjub, dan penuh syukur saat menatap wajah kecil yang masih merah namun begitu sempurna.“Dia... luar biasa,” bisik Erick lirih, air mata menetes perlahan dari sudut matanya. “Terima kasih, Clara. Terima kasih banget...”Clara tersenyum lemah namun bahagia. “Akhirnya... dia datang juga ya.”Erick menunduk, menyentuhkan keningnya ke kening sang bayi. “Selamat datang, pangeran kecilku... Radja Pratama.”Clara menoleh pelan. “Kamu sudah siapkan nama?”Erick mengangguk. “Iya. Radja, karena dia pewaris kita. Pratama, karena dia yang

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 74

    Langkah kaki David terasa berat saat keluar dari lobi hotel, ditemani Agnes yang masih berusaha menyembunyikan wajahnya dengan kacamata hitam dan masker. Mereka berjalan cepat, seolah dikejar waktu dan rasa malu yang masih menggantung di udara.Namun, nasib berkata lain."David?" suara yang sangat dikenalnya membuat David langsung berhenti melangkah. Ia menoleh, dan di sana, berdiri Clara bersama Erick—mantan istrinya dan sahabat lama yang kini jadi rekan bisnis.Agnes spontan membeku di sampingnya.Clara tersenyum tipis, pandangannya tajam menyapu dari atas ke bawah. "Kalian berdua... dari dalam hotel?"David segera bersikap tenang. "Kami tidak bersama. Kebetulan saja kami masing-masing ada urusan di hotel ini."Agnes mengangguk cepat, seperti ayam disemprot air. “Iya, benar. Aku... aku ada meeting juga tadi pagi. Sendiri. Bukan sama dia.”Clara mengangkat alis, menyilangkan tangan. “Oh, ya? Tapi kenapa kalian keluar bareng... dan pakai baju yang sama kayak kemarin malam?”David meli

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 73

    Lampu neon berkedip cepat saat musik berdentum dari segala penjuru ruangan. Aroma alkohol dan parfum mahal bercampur menjadi satu di udara. David duduk di salah satu sofa VIP bersama Deren, asistennya yang paling setia. Gelas demi gelas ditenggak, masing-masing mencoba melupakan kekacauan yang baru saja terjadi dalam hidup David—perceraian dengan Clara, wanita yang dulu ia cintai, dan pengkhianatan yang tak bisa dimaafkan.“Minum lagi, Pak. Lupakan semuanya malam ini,” ujar Deren sambil menyodorkan segelas tequila.David menerima tanpa protes. Wajahnya sudah memerah, pandangannya mulai kabur. Namun rasa kosong di dadanya terasa lebih kuat dari efek alkohol mana pun. Ia tertawa keras tanpa alasan, berusaha mengubur rasa bersalah dan penyesalan yang terus menghantui.Beberapa jam berlalu, mereka berdua benar-benar mabuk. Deren bahkan tak mampu berdiri tegak, sementara David berjalan terhuyung-huyung menyusuri lorong gelap menuju pintu keluar. Kepalanya berdenyut, dan setiap langkah sepe

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 72

    Hujan turun perlahan, menyelimuti kota dengan udara dingin yang menusuk hingga ke tulang. Zoya berdiri di depan jendela apartemennya, memandang rintik hujan yang membasahi jalanan. Di belakangnya, Danis duduk di sofa dengan ekspresi muram, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menanggapi permintaan Zoya. "Aku sudah memutuskan, Danis," suara Zoya terdengar tegas namun lirih. "Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku tidak mau menjadi orang ketiga dalam pernikahanmu." Danis menatapnya lekat, hatinya terasa diremas. "Aku hanya ingin bersamamu dan anak kita, Zoya. Aku merasa lebih dihargai saat bersamamu dibandingkan dengan…" Ia menghentikan kalimatnya, enggan menyebut nama istrinya. Zoya menarik napas dalam. "Danis, aku tidak bisa hidup dalam bayang-bayang hubungan yang tidak jelas. Aku tidak mau anak kita tumbuh dalam situasi yang penuh kebohongan dan ketidakpastian. Jika kau ingin berada di sisi kami, selesaikan dulu semuanya. Aku tidak akan menerima separuh hatimu." Danis men

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 71

    Clara menghela napas panjang saat duduk di teras rumahnya, menikmati semilir angin sore yang menerpa wajahnya. Hidupnya terasa lebih damai akhir-akhir ini. Tidak ada lagi gangguan dari Agnes yang selama ini selalu berusaha mengusik ketenangannya. Bahkan, David pun sudah jarang muncul di hadapannya. Semua terasa begitu tenang, begitu sempurna, apalagi dengan kehadiran Erick, suami yang selalu setia di sisinya.Erick muncul dari dalam rumah, membawa segelas jus jeruk dan menyerahkannya kepada Clara. Ia tersenyum hangat, lalu duduk di sampingnya. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanyanya sambil mengelus perut Clara yang semakin membesar."Tidak ada," jawab Clara, tersenyum kecil. "Aku hanya menikmati momen ini. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku merasa tenang seperti ini."Erick tersenyum, lalu mencium kening istrinya dengan lembut. "Kalau begitu, mari kita buat hari ini lebih menyenangkan. Bagaimana kalau kita pergi ke kedai jus favoritmu?"Mata Clara berbinar. "Itu ide y

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 70

    Agnes melangkah masuk ke dalam ruangan dengan wajah lesu. Thomas, yang sedang duduk santai di sofa dengan segelas wine di tangannya, menatapnya sekilas sebelum kembali menyesap minumannya. “Kamu terlihat seperti orang yang kalah,” sindir Thomas tanpa basa-basi. Agnes mendesah panjang, lalu menjatuhkan diri ke sofa di seberangnya. “Aku memang kalah, Tom. Aku menyerah.” Thomas menaikkan satu alisnya. “Menyerah? Sejak kapan Agnes yang kukenal tahu artinya menyerah?” Agnes menyandarkan kepalanya ke belakang, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. “Sejak aku sadar bahwa aku tidak akan pernah bisa menyentuh perempuan itu.” Thomas mulai tertarik. Dia meletakkan gelasnya dan bersandar, menunggu penjelasan lebih lanjut. “Clara benar-benar beruntung,” lanjut Agnes dengan suara getir. “Ada dua pria yang menjaganya dengan nyawa mereka. Erick, suaminya sekarang. Dan David… mantan suaminya yang jelas-jelas masih punya rasa.” Mata Thomas melebar. “Clara? Tunggu… Clara yang kau ma

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 69

    "Hatchii!" Zoya buru-buru menutup mulutnya dengan tisu. Ia mengerutkan kening. Katanya kalau bersin tiba-tiba, itu tandanya ada seseorang yang sedang membicarakannya. Entah siapa, tapi dia malas memikirkannya lebih jauh. Yang jelas, hari ini dia hanya ingin menikmati waktunya tanpa gangguan. Duduk di sofa ruang tamunya yang luas, Zoya melirik ke arah putranya yang tengah bermain dengan Sus Juni. Bocah kecil itu tertawa riang, membuat hati Zoya sedikit tenang meski tubuhnya masih terasa lelah. Lelah bukan hanya karena kurang tidur, tetapi juga karena pekerjaannya yang menuntutnya untuk selalu tampak menggoda dan siap memanjakan para pria hidung belang. Hari ini, dia memutuskan untuk mengambil libur beberapa hari. Dia butuh istirahat, butuh waktu hanya untuk dirinya sendiri dan anaknya. Tidak ada pria yang menjamahnya, tidak ada tuntutan untuk bersikap manis atau mengobral senyum palsu. Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat. Tok! Tok! Tok!Zoya mengernyit. Siapa yang dat

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 68

    Clara duduk di salah satu sudut ruang tamu, memperhatikan dengan sedikit canggung interaksi antara dua pria yang pernah dan masih mengisi hidupnya—David, mantan suaminya, dan Erick, suami keduanya. Tidak ada ketegangan di antara mereka, justru sebaliknya. Mereka terlihat terlalu akrab untuk ukuran dua pria yang pernah berada dalam hidup wanita yang sama. Dan semua ini gara-gara Agnes. Wanita itu telah membuat hidup Clara seperti roller coaster dalam beberapa minggu terakhir. Dari percobaan mencelakainya hingga berbagai intrik yang membuatnya hampir kehilangan kewarasannya. Namun yang membuatnya lebih bingung adalah kenyataan bahwa kini David dan Erick justru mendiskusikan Agnes dengan nada yang begitu santai, seakan mereka sedang membicarakan cuaca. Samar-samar, Clara menangkap percakapan mereka. "Agnes itu cantik, kaya... Kenapa dia tidak mencari pria single saja untuk diganggu?" ucap David dengan nada heran. Clara menajamkan pendengarannya. Agnes memang punya segalanya—kec

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 67

    Agnes duduk di depan cermin riasnya, menatap bayangan dirinya yang sempurna. Wajahnya tanpa cela, dengan hidung mancung, bibir penuh, dan mata tajam yang selalu berhasil menundukkan pria mana pun. Tubuhnya langsing dengan lekukan yang didambakan banyak wanita. Ia adalah model papan atas, seorang pengusaha sukses di industri kecantikan, wanita yang memiliki segalanya—harta, kecantikan, dan status sosial. Tapi kenapa… kenapa seorang Clara, wanita biasa yang hanya seorang ibu rumah tangga, bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa Agnes miliki? Cinta. Bukan sekadar cinta biasa, tetapi cinta yang ugal-ugalan, menggebu-gebu, liar. Dua pria sekaligus menggilai Clara seperti hidup mereka bergantung padanya. Erick, pria berkarisma dengan latar belakang bisnis kuat, dan David, lelaki dengan aura bad boy yang liar namun memikat. Mereka berdua rela berseteru demi seorang Clara. Clara yang bukan siapa-siapa. Agnes mengepalkan jemarinya. Ia mengenal Dion, bahkan pernah mendekatinya. Namun

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status