Share

Bab 6. Diam-diam

     Aarav sedang duduk di kelas sambil membaca buku IPA, mata pelajaran kesukaannya apalagi tentang materi biologi.

Di saat sedang santai belajar, tiba-tiba Dennis datang dan memukulnya tanpa alasan, membuat Aarav merasa kesakitan. Dia memegangi bahunya yang terasa perih itu dan menatap Dennis dengan ketakutan. Jantungnya berdetak kencang merasa gugup dan kakinya gemetar. Keringat dingin mengucur membasahi rambut hingga tubuhnya.

Aarav menjadi sangat gugup. Apalagi saat Dennis melempar sebuah buku ke arahnya sambil tersenyum licik.

"Hei culun, tolong kerjain tugasku!" pinta Dennis dengan kasar pada Aarav.

Aarav hanya diam. Dia berusaha menolak permintaannya itu dengan menggelengkan kepalanya.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku lagi sibuk soalnya, lebih baik kamu belajar mengerjakan soalnya sendiri," tolaknya halus. 

Dennis memandang Aarav tak suka.

"Alasan kamu. Sudah sana cepat kerjakan! Atau aku akan memukulmu sekali lagi," ancam Dennis.

"Ta--tapi?"

_Plak_

Tiba-tiba saat Aarav ingin mengatakan sesuatu, Dennis justru kembali menamparnya dan membuat Aarav semakin kesakitan. Tanpa disadari, air matanya mulai menetes dan mengalir membasahi wajahnya. Hatinya benar-benar marah akan perlakuan temannya itu, ingin sekali dia memberikannya pelajaran, tapi tak mampu.

Akhirnya, Aarav pun terpaksa mengerjakan tugas Dennis tersebut, sedangkan Dennis hanya diam dan tersenyum licik melihat Aarav yang tidak berdaya itu.

***

Seorang gadis sedang berada di perpustakaan untuk membaca buku sembari bergurau bersama teman-temannya.

Rambutnya yang lurus sebahu, matanya yang hitam. Senyumnya yang manis. Gadis itu terlihat sangat cantik.

Beberapa saat berlalu, teman gadis itu perlahan mulai menghilang dari pandangan. Sementara dia masih tetap berada di perpustakaan ini sambil memegang bukunya.

Karena merasa kesepian dan sedikit takut akibat sendirian, gadis itu pun memutuskan untuk kembali ke kelas. 

Di tengah jalan menuju ke kelasnya. Tanpa disengaja dia melihat Aarav sedang duduk termenung di taman sambil terus menundukkan tatapannya. Pandangannya kosong seperti tidak ada semangat bahkan harapan. 

Gadis yang melihatnya seperti itu hanya diam dan tersenyum kecil. Dia lalu berjalan menghampiri Aarav.

"Hai," sapanya sambil menepuk bahu Aarav.

Aarav mengedipkan matanya dan mulai tersadar dari lamunannya. Dia memandang gadis yang ada di depannya itu dengan heran. 

"Iya? Ada apa?"

"Kau baik-baik saja 'kan? ku lihat tadi wajahmu terlihat cemas, ada masalah apa? Sini cerita," ucap gadis tersebut. Dia tersenyum kecil, berusaha untuk menenangkan Aarav yang tegang akibat kejadian tadi pagi.

Aarav menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak ada. Aku baik-baik saja, kau salah paham. Tadi aku hanya kelelahan," bantah Aarav.

"Serius?"

Aarav menatap gadis yang ada di depannya itu dengan kesal membuatnya merasa gugup. Dia pun berusaha meminta maaf padanya, tapi saat bibirnya ingin mengucapkan sesuatu, Aarav justru memotong ucapannya itu dengan tertawa pelan.

"Hahaha. Kau pikir aku bohong? Aku jujur kok, lihat aku bahagia. Gak ada masalah apa-apa." 

"Emm, ya sudah kalau begitu. Ngomong-ngomong, kau mau tidak jajan bersama aku? Di kantin?" ajak gadis itu. Aarav hanya diam dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Aku pergi dulu," tolaknya dengan nada halus tapi dingin. Dia lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan gadis itu sendirian di taman.

Melihat kepergian Aarav, gadis itu menggeleng dan tersenyum kecil. Memang sudah jadi kebiasaan pemuda itu berbohong tentang perasaannya, dan ini bukanlah masalah baru bagi gadis itu. Dia hanya heran, kenapa Aarav selalu memanipulasi orang-orang di sekitarnya dengan tersenyum dan berbohong, terutama padanya. Bahkan dia juga tidak pernah menghargainya. Sehingga membuatnya merasa sedih.

Meskipun Aarav sering bersikap dingin pada orang-orang terutama pada perempuan tidak membuat gadis itu putus asa. Dia justru semakin menyukai Aarav dan mulai tulus mencintainya tanpa sepengetahuan Aarav sendiri.

_kring kring kring_

Lamunan gadis itu seketika buyar saat mendengar suara bel sekolah. Dia segera bergegas masuk ke kelas untuk mengikuti pembelajaran.

***

Di kelas, Annisa, teman gadis itu bertanya pada padanya, "Ada apa? Kenapa kau terlambat?"

Gadis itu tersenyum kecil menatap Annisa.

"Dengar ... tadi aku baru saja bertemu Aarav dan dia--"

"Aarav lagi Aarav lagi. Sampai kapan kau akan mengagumi dia seperti ini? Sudah cukup Ra. Kau tidak harus memaksa dirimu untuk tetap mencintai Aarav. Kau juga berhak bahagia, jangan siksa dirimu sendiri dengan melakukan hal ini. Mencintai seseorang yang bahkan tidak menghargai mu," tegur Annisa.

Gadis bernama Tiara itu hanya diam dan tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak bisa Nis. Kalau aku diam dan berusaha melupakannya, hati aku justru semakin tersiksa. Apalagi kalau aku hanya diam.."

Annisa memegang dahinya dan menggelengkan kepalanya pelan. Dia benar-benar tak habis pikir dengan temannya itu. Sedangkan Tiara hanya tersenyum.

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status