Home / Romansa / Scarred Hearts / Tuan Putri Kecil

Share

Scarred Hearts
Scarred Hearts
Author: bittermelon

Tuan Putri Kecil

Author: bittermelon
last update Last Updated: 2021-09-02 08:03:55

Arion berusia tujuh tahun ketika adiknya terlahir ke dunia. Seorang bayi berpipi merah, dan jari jemari mungil. Putri kecil keluarga Adiputra

Siang itu, Arion baru pulang dari sekolah. Ia bergegas mengganti pakaian, dan juga  sepatunya dengan sendal rumahan. Saking tergesa-gesanya ia, Arion hampir jatuh tersandung kakinya sendiri.

Ia berlari dari kamarnya menuju kamar tidur utama, tempat ibunya beristirahat setelah diijinkan untuk pulang dari rumah sakit. Jantung Arion berdegup gugup sekaligus excited. Suara rengekan bayi terdengar pelan. Arion mengendap dari celah pintu kamar, berusaha agar langkah kakinya tidak mengusik sang adik. Ibunya duduk bersandar di kepala ranjang sambil menimang sebuah buntalan kain.

"Arion," sapa sang ibu sambil tersenyum. Ia mengalihkan pandangan pada buntalan kain di gendongannya, dan berkata, "Nanda, lihat, Kak Arion udah datang."

Arion mendekat ragu.

Raut wajah ibunya masih tampak sedikit pucat dan kelelahan, namun, ada senyum lembut yang tersungging di bibirnya. Perut yang sebelumnya membuncit, tempat Arion sering menempelkan telinga untuk mendengar pergerakan adiknya dari balik kulit, kini tampak mengempis di bawah selimut beludru halus yang menutupinya. Arion menatap buntalan kain itu dengan mata hitam bulatnya yang penuh dengan kepolosan anak-anak.

"Lihat, Arion, adik kecilmu. Lucu, 'kan?" Ibunya mengangsurkan buntalan itu pada Arion. Isi di dalamnya menggeliut pelan. "Tuan putri kecil kita. Akhirnya, Arion bisa menjadi ksatria sungguhan, ya? Yang melindungi tuan putri," goda sang ibu.

Anak laki-laki itu tidak menjawab. Matanya terpaku pada sosok kecil yang tengah memejamkan mata dalam buaian ibunya. Pipinya gembil dan merah. Adiknya ini kecil sekali, dan tampak lembut. Arion mengulurkan tangan untuk mengusap pipi si bayi. Kulitnya terasa halus di permukaan jari Arion. 

Satu tangan sang adik yang berjari mungil menyembul dari balik kain yang menyelimutinya. Ketika Arion menyentuhkan pelan telunjuknya pada jari-jari kecil itu, adiknya menggeliut, lalu telunjuk Arion digenggam.

Tangan yang menggenggam telunjuknya terasa hangat dan halus. Mata Arion berbinar-binar senang. Ia menoleh pada ibunya.

"Wah," ujar ibunya sambil tertawa kecil. "Kayaknya Nanda udah bisa ngenal kakaknya, nih."

Cengiran lebar menghiasi wajah Arion. "Ini Kak Arion," Arion bicara pada si bayi sambil menunjuk dirinya sendiri. "Selamat datang, Nanda."

***

Alyasha Ayu Diarawan adalah seorang wanita yang namanya cukup tersohor di dunia modelling. Wajahnya sering menghiasi sampul majalah terkenal. Pada polling tentang 'Wanita yang Paling Ingin Dinikahi' yang di majalah fashion, nama Alyasha berada di peringkat pertama.

Alyasha bertubuh tinggi semampai. Kulitnya putih bersih, dan rambut cokelatnya ikal bergelombang. Ia memiliki paras ayu yang lembut ketika tersenyum. Namun, jika sudah melenggang di jalur catwalk dengan sepatu hak tinggi yang mengetuk lantai, Alyasha seperti berubah seratus delapan puluh derajat. Nampak lebih tegas, berwibawa, dan kuat. Membuat siapapun yang menyaksikannya berdecak kagum.

Alyasha memutuskan untuk meninggalkan dunia modelling setelah ia menikah. Keputusan yang sangat disayangkan oleh banyak orang, namun tidak sedikit pula yang memberi dukungan mengingat alasannya untuk berhenti dari dunia modelling adalah untuk fokus mengurus keluarga.

Alyasha menikah dengan seorang pengusaha muda bernama Arya Adiputra, seorang pemilik perusahaan garmen yang ketika itu tengah berkembang pesat. Arya adalah anak seorang konglomerat. Ayahnya adalah seorang pebisnis, sementara ibunya adalah seorang pengacara.

Namun, Arya lebih memilih untuk merintis perusahaan baru miliknya sendiri. Meski ia masih tergolong anak muda dan banyak yang memandang sebelah mata, Arya telah mempelajari kiat-kiat bisnis dari sang ayah sejak kecil. Ia mendirikan perusahaan garmen yang memiliki  kualitas barang lebih baik dan harga yang terjangkau. Dalam kurun waktu yang tergolong singkat, perusahaan garmen milik Arya telah berhasil menempati posisi bersama deretan perusahaan-perusahaan besar lain.

Arya bertemu dengan Alyasha ketika ia mendapat undangan dari salah satu acara fashion show di mana perusahaannya menjadi salah satu sponsor.

Dari sekian banyak model yang melenggang di atas panggung, mata Arya hanya terpaku pada sosok Alyasha yang melangkah penuh kepastian dan kepercayaan diri di jalur catwalk. Cara Alyasha mengangkat dagu, membuatnya terkesan kuat, namun tidak arogan, dan tidak sepenuhnya menghilangkan kesan kewanitaan yang lembut dalam dirinya.

Arya merasa pandangan mereka sempat bertemu sesaat. Dan seluruh dunianya tiba-tiba saja menyempit menjadi sosok Alyasha seorang.

Ketika acara selesai, Arya menyelinap ke back stage untuk menemuinya. Sedikit basa-basi, ia setengah berbohong ketika mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk menawari Alyasha menjadi model pakaian untuk mempromosikan brand perusahaannya. Di luar dugaan, Alyasha langsung menyetujui. Arya sadar bahwa Alyasha juga memiliki ketertarikan terhadapnya.

Arya belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Namun, begitu bertemu dengan Alyasha, Arya mengerti seperti apa rasanya bahagia karena menyukai orang lain.

Hubungan mereka berdua menjadi semakin dekat begitu mereka mulai bekerja bersama. Mereka memutuskan untuk mencoba menjalin kasih. Cukup lama setelahnya, melalui berbagai pertimbangan yang serius, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah.

Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki sehat yang diberi nama Arion Adiputra. Tujuh tahun kemudian, seorang putri kecil hadir diantara mereka, Annanda Adiputra.

Memiliki keluarga kecil yang bahagia, hidup Arya terasa lengkap dan sempurna.

***

Arion tengah menjaga Annanda yang telah berusia delapan belas bulan karena ibunya sedang pergi ke minimarket untuk membeli popok bayi.

Di musim lebaran begini, banyak asisten rumah tangga yang minta ijin untuk pulang kampung. Satu-satunya yang masih bekerja untuk membantu Alyasha mengurus rumah adalah Bi Titin, yang saat ini sedang sakit. Alyasha merasa tidak enak untuk mengganggu istirahat perempuan paruh baya itu hanya untuk membeli popok. Toh, Arion sudah bisa diandalkan untuk menjaga adiknya barang sebentar.

"Mamammaamamama.... "

Ocehan bayi memenuhi ruang tamu. Arion duduk bersila di depan adik kecilnya yang sedang memencet-mencet bebek karet. Suara kwekkwekkwek membuat bocah berusia delapan belas bulan itu tergelak senang. Dengan semangat ia memasukkan si bebek ke dalam mulut, dan mulai mengunyah bebek malang itu diantara gigi-gigi kecilnya.

"Jangan gitu, Nanda," ujar Arion sambil berusaha menjauhkan si bebek dari bibir sang adik. "Jangan makan bebeknya. Mau biskuit?" tawarnya sambil memberi sekeping biskuit bayi.

"Da?"

Annanda kecil menelengkan kepala. Jari-jari mungilnya membuka dan menutup, terulur pada Arion. Ia menyerahkan biskuit itu pada Annanda yang langsung memasukkannya ke dalam mulut. Belum beberapa kunyahan, biskuit itu sudah dilepehkan. Sisa biskuit tak berdosa di tangannya dilempar begitu saja.

"Dadadammmgamamamaa...." rengeknya meminta si bebek.

Arion tidak tega menatap mata cokelat bulat dengan pipi gembil dan bibir yang dicebikkan itu.

"Tunggu disini dulu. Kakak cuci bebeknya, baru main kunyah." 

Anak laki-laki itu beranjak, tetapi Annanda tidak mengerti kata tunggu. Ia menangis keras-keras ketika sang kakak membawa pergi si bebek.

"Iya, iya. Jangan nangis." Arion buru-buru kembali setelah mencuci bebek di westafel dapur. "Nih, bebeknya kubalikin."

"Mmuuhuu... mamamammaa...."

Annanda meraih bebeknya, lanjut menggigit-gigit. "Da!" ujarnya riang sambil tergelak kencang. Arion berjongkok di depannya.

"Nanda."

Annanda mendongak, menepuk kedua tangannya sambil menggumam-gumam. Bebek terjepit diantara bibir, berlumuran air liur. Arion menoel pipi bayi itu gemas lalu mengecup keningnya. Adiknya mengerjap, dan tiba-tiba saja bersin.

"Aish," keluh Arion sambil meraih tisu. "Nggak sopan bersin pas seseorang menciummu, Non." 

Bocah kecil itu menelengkan kepala ketika Arion menyapu hidungnya dengan tisu.

"Da?" Ia mengulurkan bebek penuh liur.

Arion terkekeh. "Makasih. Tapi kamu nggak perlu ngasih bebek berliur sebagai permintaan maaf."

Annanda bertepuk tangan lagi lalu melempar bebeknya. Ia mengulurkan kedua tangan kepada sang kakak, minta digendong. 

"Ngantuk, ya?" Arion mengangkat adiknya, dan menggendong bayi itu sambil mengusap-usap punggungnya. Annanda menggumam-gumam kecil sambil menyamankan kepalanya di bahu Arion. Lengan kecilnya melingkari leher sang kakak.

Tak berapa lama kemudian, Annanda kecil terlelap dalam gendongan hangat kakaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Scarred Hearts   Breakdown

    Apa yang kau inginkan, Annanda.Jika pertanyaan itu diucapkan padanya ketika ia masih kecil, Annanda akan memiliki banyak sekali jawaban. Banyak sekali hal di yang ia inginkan di dunia ini.Namun Annada yang sekarang bukan lagi anak kecil naif yang masih menatap dunia di sekitarnya dengan mata berbinar-binar penuh harap dan kebahagiaan. Banyak sekali hal yang telah disaksikan oleh kedua pasang mata itu, dan hal-hal tersebut telah membuat Annada berubah jauh dari ia yang dulu.Annanda menatap anak lelaki yang berdiri demikian dekat darinya. Wajah mereka demikian dekat hingga ia bisa mencium aroma mint napas Arga. Sepasang mata kelam yang tajam itu tampak seperti danau gelap tanpa dasar. Annanda ingin tenggelam di dalamnya, namun juga takut.Apa yang ia inginkan?Tidak ada banyak hal di dunia ini yang masih bisa ia sebut sebagai miliknya. Annanda yang sekarang tidak memiliki keberanian untuk untuk mengakui apakah ia diijinkan untuk meng-klaim sesuatu yang berharga seperti Arga sebagai m

  • Scarred Hearts   Perasaan yang Tidak Menentu

    Annanda menciumnya.Ulangi.Annanda menciumnya.Roger that!Arga sampai sama sekali tidak bergerak saking kagetnya ia. Ia hanya berdiri mematung di sana seperti orang bodoh, dengan bibir sedikit membuka karena syok. Jangan salah paham. Ini tentu saja bukan kali pertama ia ciuman, oke?! Walaupun bersetubuh lebih sering ia lakukan daripada berciuman, tetap saja ia bukannya orang yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hal ini!Reaksinya yang hanya terpaku diam semata-mata dikarenakan syok! Sama sekali bukan karena ia tidak tahu harus melakukan apa dengan tangan, bibir, dan anggota tubuhnya yang lain. Otaknya benar-benar blank. Seperti kartu memori yang tidak sengaja ter-format dan kini kosong melompong. Ia tidak bisa memikirkan apapun selain tubuh Annanda yang lebih pendek darinya berjinjit untuk meraih Arga yang tidak kepikiran untuk menunduk. Harumnya yang manis dan terkecap sampai ke belakang tenggorokan Arga. Hangat bibirnya...Annanda mengeluarkan suara pelan yang teredam

  • Scarred Hearts   Susah Dijelaskan, Mending Ciuman

    Hari sudah sore. Matahari sudah sangat condong di ufuk barat, hampir sepenuhnya tenggelam. Waktu berlalu dengan cepat ketika kau mendongkol sepanjang hari.Arga bermaksud untuk pulang. Sungguh. Ia bahkan telah mengambil jalan memutar untuk keluar lewat gerbang belakang karena Mahesa memberitahu bahwa Anna menunggunya di gerbang depan. Ia tidak ingin melihat wajah anak itu untuk sementara ini.Ia tidak ingin...."...."Anna mendongak ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya. Mata cokelat hangat itu bertemu dengan obsidian gelap milik Arga. Anak lelaki itu menahan keinginannya untuk segera berpaling dan lari. Atau berjalan mendekat untuk menghampiri gadis itu. Tidak, tidak. Coret kalimat yang terakhir. Arga tidak ingin menghampiri Annanda. Sama sekali tidak.Sepertinya ada sesuatu yang tercermin dalam ekspresi Arga, karena setelah beberapa saat berdiri diam dan memandangnya tanpa ekspresi, Annanda akhirnya memalingkan pandangan sedikit, sebelum membuka mulut untuk bicara.

  • Scarred Hearts   Friends with Benefit

    Ren sesungguhnya tidak benar-benar serius ketika ia menawarkan diri untuk berbicara pada Annanda.Annanda, meski ia adalah seorang gadis dan tubuhnya jauh lebih kerempeng daripada Ren, tetap saja menakutkan bagi anak laki-laki tersebut mengingat Ren pernah melihat sendiri bagaimana ia menyeret seorang kakak kelas dengan begitu brutalnya hingga hair extention kakak kelas tersebut lepas semua.Annanda sangat ganas. Muka juteknya sama sekali tidak menolong kesan pertama yang Ren miliki tentangnya.Namun Ren sudah terlanjur berkata pada Mahesa bahwa ia akan menemui Annanda. Ia tidak suka berbohong pada orang lain, terlebih pada sahabatnya sendiri.Maka, ketika Bastian dan Mahesa membereskan bola-bola basket yang mereka gunakan untuk latihan sebelumnya, Ren menyandang tas punggung di sebelah bahunya dan melangkah menuju gerbang depan sekolah.Ren melihat seseorang sedang berdiri di depan gerbang, memunggunginya. Namun orang tersebut jelas bukan Annanda.Dilihat sekilas pun, walau Ren hany

  • Scarred Hearts   Menghindar, Mengabaikan

    Saran Niko untuk meminta maaf berputar-putar di benak Annanda seperti lebah yang mendengung mengganggu.Haruskah ia melakukannya? Namun, Annanda tidak pernah memilikiskillyang baik dalam membangun komunikasi dengan orang lain. Ia tidak tahu bagaimana harus mendekati Arga yang terlihat sekali sedang menghindarinya dan masih kesal padanya.Lama-lama, Annanda jadi pusing sendiri. Hatinya terus menerus mendesaknya untuk mendekat dan menyapa, namun, kata-kata tidak mau keluar dari bibirnya.Alhasil, beberapa kali berpapasan dengan Arga, ia selalu terdiam dan membeku di tempat sembari memaku pandangan pada sang pemuda namun ia tidak mengatakan apapun.Arga hanya menatapnya sekilas sembari mengangkat sebelah alis. Meliha

  • Scarred Hearts   Yuk, Pacaran

    "Jadi?"Niko mengangkat kepalanya sedikit. Ia baru sadar Annanda menuntunnya ke sebuah ruangan yang jauh dari keramaian. Tidak ada siapapun di sini. Hanya meja dan kursi yang ditumpuk-tumpuk dan kardus-kardus yang entah berisi apa. Sepertinya ini ruang kelas lama yang dialihfungsikan sebagai gudang.Annanda menunggu jawaban dengan tangan disilangkan di depan dada. Ekspresinya sedatar permukaan meja, namun, Niko hampir bisa melihat api tak kasat mata berkobar di belakang tubuhnya.Niko menelan ludah sembari berpikir alangkah beruntungnya ia karena belum juga dihajar hingga detik itu."Anna," ucap Niko. "Mau jadi pacarku, nggak?"Ia mungkin akan dihajar di detik selanjutnya.

  • Scarred Hearts   Hasrat untuk Melindungi

    "Jadi, Anna." Mahesa bertanya padanya ketika pesanan mereka telah terhidang di meja. "Menurutmu, Arga bagaimana?""Keras kepala dan agak gila," sahut Annanda cepat. "Juga sangat menyebalkan. Bukan kombinasi sifat yang bagus."Sebastian terkekeh senang. "Ini pertama kali aku mendengar pendapat semacam itu tentang Arga. Biasanya, orang akan berkata ia ramah, baik hati, tidak sombong, blablabla.""Ini juga pertama kali Arga mengejar-ngejar seseorang sampaiseperti itu," timpal Ren.Sebastian mengangguk setuju. "Biasanya dia yang dikejar-kejar.""Arga masih dikejar-kejar, kok." Ren mengunyah roti melon miliknya. "Kemarin sekitar empat atau lima kali ke belakang gedung. Pas

  • Scarred Hearts   Overprotektif?

    Orang yang terakhir muncul adalah Mahesa Saputra. Ia membawa duacup cappuchinodi masing-masing tangan. Ia tinggi, tenang dan kalem. Pembawaannya dewasa dan tampak seperti tidak banyak bicara. Ia mengulurkan salah satucuppada Annanda dengan senyum kecil yang teduh. Annanda otomatis menerimanya karena entah kenapa orang ini seperti memiliki aura lembut seperti ia tidak akan mencelakai bahkan seekor nyamuk pun. "Thanks," ucap Annanda pelan. "Sama-sama, Annanda." "Panggil saja Anna," ralat gadis itu. Mahesa mengangkat sebelah alis, namun memutuskan untuk tidak berkomentar. "Anna,

  • Scarred Hearts   Alasan untuk Membela Diri

    "Arga," panggil Ren. "Orang yang kamu kejar-kejar setiap hari itu benar-benar parah." Ren melihat bagaimana Annanda menyeret seorang siswi lain tanpa ampun sepanjang koridor sekolah. Di siang bolong. Gadis liar macam apa yang bisa berlaku seperti itu? "Hm?" Arga menggumam tidak peduli. "Oh, dia pasti punya alasan sendiri, kok." "Meski begitu, tetap saja dia itu barbar sekali," bantah Ren. Arga mengangkat sebelah alisnya. "Ren, apa kamu pernah di-bully?" "Tentu saja enggak! Kalau ada yang berani berpikir begitu, ia bakal menyesal seumur hidup dan-" Kesadaran nampak di wajah remaja berwajah imut itu. "Dia di-bully

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status