Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 2. Sebatas Istri Kedua

Share

Bab 2. Sebatas Istri Kedua

Author: Silvania
last update Last Updated: 2025-02-11 10:27:16

Emily langsung terduduk begitu merasakan air dingin menerpa tubuhnya. Sarah, istri pertama Arnold, tengah berdiri di depannya dengan berkacak pinggang, matanya menyala penuh amarah. Penampilan wanita itu sangat glamor, dengan rambut pirang panjang, kulit putih, serta riasan dan pakaian mahal yang melekat di tubuhnya.

Sarah memandangi Emily dari atas ke bawah. "Kamu bukan nyonya di sini. Siapa yang menyuruhmu tidur sekarang?"

Tubuh Emily bergetar, bahkan giginya bergemeletuk. Ruangan ini sangat dingin, ditambah air yang membasahi tubuhnya juga tak kalah dinginnya. Padahal tubuh dan perasaannya baru saja dicabik-cabik oleh Arnold.

Emily mengulurkan tangan, mencari-cari selimut yang ada di sekitarnya untuk membungkus tubuh polosnya. Namun, Sarah tidak memberinya kesempatan. "Jangan berpikir bahwa kamu adalah nyonya di sini hanya karena tidur dengan Arnold. Kamu hanyalah alat penghasil anak! Bangun sekarang."

Setelah mengatakan itu, Sarah menatap Emily dengan jijik, seolah-olah menganggap dirinya sebagai sesuatu yang kotor.

Hati Emily terasa tersengat melihat tatapan itu. Ia hanya mampu menatap punggung Sarah yang pergi meninggalkannya.

Sepeninggal Sarah, Emily bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia menyalakan shower dan berdiri di bawah kucuran air, kedua tangannya bertumpu pada dinding, sementara kakinya terasa tak mampu menahan bobot tubuhnya.

Emily meringis menahan perih saat air mengalir di area pangkal pahanya. Apa yang dilakukan Arnold tadi malam sungguh mengerikan, meninggalkan trauma mendalam.

"Sabar, Emily. Dia belum mengenalmu. Suatu saat cintamu pasti akan berbalas!" Emily mencoba memberi semangat kepada dirinya sendiri, meskipun orang-orang di rumah ini terus menyakitinya.

Setelah merasa cukup bersih, Emily menyudahi mandinya. Dia kembali ke kamar dan melihat tempat tidurnya sudah rapi.

Ia menghela napas dalam-dalam, lalu mengambil pakaian dari dalam lemari. Semua itu sudah disiapkan oleh ibu mertuanya, Nyonya Ruby. Emily hanya membawa tubuhnya saja saat masuk ke rumah Arnold.

Tidak tahu harus melakukan apa, Emily keluar dari kamarnya. Rumah Arnold ternyata sangat besar. Kemarin ia bahkan tidak menyadarinya, mungkin karena terlalu gugup.

Emily menuruni anak tangga dengan tujuan dapur, tempat para pelayan biasanya berkumpul.

Di dapur, para pelayan sedang sibuk memasak.

"Hai!"

Sapaan Emily seketika menghentikan kegiatan mereka. Para pelayan menunduk hormat kepada Nyonya Muda Arnold.

Emily mengitari meja bar dan ikut bergabung. "Apa aku boleh membantu?" tanyanya ragu.

Sally, ketua pelayan, menghampirinya. "Boleh sekali, Nyonya. Apa Nyonya ingin belajar memasak?"

"Ya, bisa dibilang begitu. Aku ingin memasak untuk suamiku," jawab Emily berhati-hati.

Sally membuka laci dan mengambil apron, lalu memakaikannya kepada Emily. Senyum lebar terbit di wajah Sally. Baru kali ini ada nyonya rumah yang mau membantu di dapur.

"Kalau aku boleh tahu, apa makanan kesukaan Tuan Arnold?"

"Tuan Arnold suka sup kepiting, Nyonya," jawab Sally.

"Kalau begitu, bisakah kita membuatnya hari ini?"

Sally dengan ramah membimbing Emily ke kulkas, memperlihatkan bahan-bahan dan memberi tahu apa saja yang disukai Tuan Arnold.

Pengalaman pertama itu membuat para pelayan sangat antusias membantu Emily. Selama ini, Sarah hanya memberi perintah tanpa pernah membantu mereka.

Saat Emily sedang bercanda dengan para pelayan, Sarah muncul dan langsung menghentikan langkahnya. "Kurang ajar! Bisa-bisanya dia tertawa bahagia!" pikir Sarah, mengepalkan tangan menahan amarah. Namun, tak lama kemudian ia menyunggingkan senyum licik dan berbalik ke kamarnya.

Sore harinya, Emily memutuskan untuk melihat halaman rumah yang luas dan penuh bunga indah. Setelah puas, ia kembali ke dalam. Namun, langkahnya terhenti oleh suara Sarah yang memanggilnya dari belakang.

"Heh, jalang!"

Emily menoleh dengan tatapan tidak suka. "Maaf, Nyonya Sarah yang terhormat. Status saya di rumah ini sama dengan Anda. Jadi, tolong jaga bicara Anda."

Sarah terbelalak, tak menyangka Emily berani melawan. "Kau memang jalang! Jangan pernah bermimpi dipanggil nyonya!"

PLAK!

Sarah melayangkan tamparan ke pipi Emily hingga terhuyung. Saat Sarah hendak memukul lagi, Emily menepis tangannya.

"Berhenti!" teriak Emily.

Tiba-tiba, suara Arnold terdengar. "Ada apa ini?"

Emily terkesiap. Sarah langsung menangis dan mengadu. "Dia memukulku!" katanya sambil memegangi pipinya.

Arnold menatap Emily dingin. Ia lalu menarik tangan Sarah dan meninggalkannya sendirian.

Emily kembali ke kamarnya dengan air mata berlinang, lalu masuk ke kamar mandi dan menangis di bawah shower.

Setelah lama menangis, ia baru sadar lupa membawa handuk dan pakaian ganti. Dengan terpaksa, ia keluar tanpa sehelai benang pun.

Namun, langkahnya terhenti saat melihat Arnold duduk di sofa kamar.

"A-apa yang Anda lakukan di sini?" tanyanya terbata.

Arnold tidak menjawab. Tatapannya justru terpaku pada tubuh polos Emily. Desisannya membuat Emily gemetar.

"Lepas handuk itu!" perintah Arnold.

Deg!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 290. Happy Family

    Hari-hari berlalu dengan cepat. Emily menjalani kehamilan keduanya dengan kondisi fisik yang tidak semudah sebelumnya. Rasa lelah, mual di pagi hari, hingga perubahan suasana hati yang tiba-tiba sering membuatnya merasa rapuh. Namun kali ini, ia tidak merasa sendiri. Arnold jauh lebih sigap, bahkan sering kali lebih cerewet dari Nyonya Ruby dalam menjaga kesehatan istrinya.“Jangan makan pedas dulu, nanti perutmu mulas,” kata Arnold suatu sore ketika melihat Emily mencoba mengambil sambal di meja makan.Emily mendengus gemas. “Arnold, aku hanya ingin sedikit saja. Bayangkan, seharian aku muntah, ini satu-satunya yang bisa bikin nafsu makan kembali.”Arnold menghela napas panjang. “Baiklah, tapi hanya satu sendok, ya? Jangan lebih. Kalau sampai kamu sakit, aku yang panik setengah mati.”Nyonya Ruby yang duduk di seberang meja hanya tersenyum melihat keduanya. “Kalian berdua persis anak-anak. Saling ribut tapi tidak bisa dipisahkan.”Meski sering adu mulut kecil, Emily tahu betul bahwa

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 289. Cari Istri Baru

    “Bisa-bisa istrimu pingsan, Arnold!” Nyonya Ruby terkekeh sambil melirik sang cucu dan Arnold pun ikut tertawa. Setelah puas berbincang dan memastikan Cassie terlelap dengan tenang, Arnold akhirnya kembali ke kamarnya. Ia menarik napas lega ketika melihat Emily sudah tidur dengan posisi normal, tak lagi membelakanginya seperti beberapa malam sebelumnya. Wajahnya terlihat jauh lebih damai. Arnold mendekat, duduk di sisi ranjang, lalu menatap wajah istrinya yang tertidur. Dengan hati-hati ia mengusap helai rambut yang jatuh di kening Emily. “Terima kasih… karena sudah memberiku kebahagiaan yang berlipat,” bisiknya lirih. “Mungkin ini berat untukmu, tapi aku janji akan menemanimu melewati masa-masa sulit ini.” Dikecupnya kening Emily penuh kelembutan, lalu rasa lelah akhirnya menyeret Arnold ikut terlelap di sisinya. *** Keesokan paginya, Emily bangun lebih awal. Ada rasa rindu yang menuntunnya melangkah menuju kamar Nyonya Ruby, ingin segera menengok putri kecilnya. Ia mengetuk

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 288. Belum Bisa Menerima

    Emily lebih banyak diam setelah tahu dirinya kembali hamil. Pikirannya bercampur aduk, tubuhnya pun terasa lebih cepat lelah dari biasanya. Yang membuat hatinya makin sedih, Cassie menolak minum ASI langsung darinya. Setiap kali didekatkan, Cassie hanya merengek, lalu menepis lembut seolah enggan.Demi kebaikan Cassie dan juga Emily, Nyonya Ruby akhirnya memberikan saran."Lebih baik Cassie diberi susu formula saja, Em. Dengan begitu lebih mudah juga untuk babysitter nanti membantu merawat Cassie. Apalagi trimester pertama kehamilanmu pasti berat."Nada suara Nyonya Ruby lembut, penuh pertimbangan.Emily hanya mengangguk lemah. Ia tahu mertuanya benar, meski tetap saja ada perasaan bersalah dalam hatinya karena tak bisa lagi memberi ASI langsung."Ma, Emily mau istirahat dulu," ucap Emily lirih setelah selesai makan malam. Tubuhnya sudah benar-benar lelah."Istirahatlah, Nak. Cassie biar Mama yang jaga malam ini," jawab Nyonya Ruby dengan penuh kasih.Malam itu, Nyonya Ruby memutuskan

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 287. Emily Akhirnya Tahu

    "itu, ini maksudnya buat Cassie. Kan Cassie masih makan darimu, masih minum ASI-mu, jadi secara tidak langsung vitamin itu juga masuk ke dalam tubuh Cassie."Nada suara Nyonya Ruby lembut, penuh perhatian seperti biasa.Emily menganggukkan kepalanya pelan. Ia tahu betul, wanita paruh baya itu memang selalu begitu. Sejak dulu, sejak kehamilan pertamanya yang berakhir dengan kehilangan, Nyonya Ruby tidak pernah berhenti memperhatikannya. Hampir setiap bulan membawakan vitamin, suplemen, bahkan makanan bergizi, seolah ingin memastikan menantunya tidak kekurangan apa pun."lihat, cucuku kehausan. Beri ASI dulu," ucap Nyonya Ruby sambil menyodorkan Cassie kecil yang merengek.Emily segera menyambut bayinya. Dengan hati-hati ia menyusui Cassie. Tangisan mungil itu perlahan mereda, berganti dengan suara isapan kecil yang tenang. Emily tersenyum samar, perasaan lelahnya sedikit terobati setiap kali melihat wajah polos putrinya.Setelah Cassie tertidur dengan kenyang, Nyonya Ruby kembali menga

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 286. Bayi?

    Arnold keluar dari kamar dengan langkah terburu, perasaannya campur aduk, di sisi lain ia takut, tapi sisi lainnya Arnold juga bahagia. Ia segera mengambil ponsel dari meja ruang tamu, menekan nomor ibunya, lalu menempelkan ponsel ke telinga.“Mama, Emily… dia hamil lagi,” ucap Arnold pelan, nadanya terdengar hati-hati. Selain ingin memberi kabar, ia juga bermaksud bertanya bagaimana cara merawat istri yang sedang hamil dalam kondisi masih menyusui.Namun, belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, panggilan tiba-tiba terputus begitu saja. Arnold menatap layar ponsel dengan dahi berkerut.“Mama ini suka seenaknya,” desahnya pelan, menghela napas panjang.Ia pun kembali melangkah ke kamarnya. Saat masuk, pandangannya menyapu sofa kosong—Emily tidak ada di sana. Hatinya langsung berdesir cemas. Arnold bergegas menuju kamar mandi, mengetuk pintu dengan sedikit panik.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan Emily keluar dengan wajah pucat pasi, matanya sayu seakan menahan rasa lelah luar biasa.

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 285. Merahasiakannya

    Emily mengangguk pelan, bibirnya mengulas senyum tipis. "Ayo kita makan sekarang," ajaknya lembut sambil menggenggam tangan Arnold dan menariknya keluar dari kamar. Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan yang tampak hangat oleh cahaya lampu gantung berwarna kekuningan. Sesampainya di meja makan, Emily hendak menarik kursi untuk dirinya sendiri, namun Arnold segera bergegas mendahuluinya. Ia dengan cekatan menarik kursi itu dan menuntun Emily untuk duduk. Tidak hanya itu, ia juga mengambilkan sendok dan garpu, lalu menyendokkan makanan ke piring istrinya. Gerakan sederhana itu membuat Emily terdiam sejenak, matanya berkedip tak percaya. "Aku masih bisa mengambil sendiri, sayang," ujarnya dengan nada tersipu, pipinya bersemu merah karena sikap manis Arnold yang jarang ia lihat sebelumnya. Arnold tersenyum hangat, menatapnya penuh perhatian. "Tidak apa-apa. Sesekali aku melayanimu. Lagi pula kau baru keluar dari rumah sakit," katanya tulus. Ia lalu duduk di kursinya sete

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status