Share

Part 3. Bidadari Tak Bersayap

"Ann, kamu harus tampil nanti malam," Bunda Nety ketua Yayasan tempat Anne bekerja mengabdikan diri, mencolek lengan Anne.

 

Seminggu yang lalu Bunda Nety sudah mengabari bahwa nanti malam Yayasan akan  bekerjasama dengan Perusahana Anugerah Karya mengadakan Konser Amal Galang Dana untuk tuna rungu. Konser Amal ini akan diadakan di Ballroom Hotel Santika Premiere Bintaro.

 

"Semua acara sudah di handle panitia, Ann. Hanya saja panitia meminta salah satu dari kita untuk tampil di atas panggung,"

 

"Aduh, Anne mau menampilkan apa ya, Bun?" Anne tampak bingung.

 

"Kamu pandai bermain piano, Ann. Bermainlah disana. Bermain musik adalah bakat yang sangat unik, tidak dimiliki orang tuna rungu."

 

"Itu karena Anne kehilangan pendengaran sudah cukup dewasa, Bun. Sejak kecil Anne sudah pandai bermain piano."

 

Penyandang tuna rungu adalah orang yang hidup dalam senyap. Tidak semua orang tuna rungu bisa memiliki alat bantu dengar. Bahkan sebagian dari mereka tidak bisa mendengar sama sekali. 

 

Kehidupan para penyandang disabilitas, terlebih penyandang tuna rungu. Memiliki kehidupan yang tidak bisa dibayangkan oleh orang normal. Hidup dalam senyap, tanpa suara. Jangankan mengenali nada, bahkan suara dentingan piano seperti apa saja mereka tidak bisa mendengar. Tidak terbayang ada orang yang tidak bisa menikmati harmoni musik yang indah dalam hidupnya.

 

"Iya. Bermainlah, Ann. Suaramu juga indah. Bernyanyilah sambil bermain piano."

 

"Baiklah, Bun."

 

"Bersiaplah, Ann. Persembahkan penampilan terbaikmu nanti malam. Bunda percaya padamu," Keduanya saling berpelukan.

 

Dari wanita separuh baya itu Anne merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang ibu. Selain Tante Merry ibunya Finn tentunya.

 

Konser Amal malam nanti akan menghadirkan beberapa artis untuk bernyanyi di atas panggung. Menghibur tamu undangan yang berasal dari para pengusaha relasi bisnis perusahaan Anugerah Karya.

 

Anne bersiap berlatih piano untuk tampil nanti malam. Mempersembahkan sebuah lagu untuk teman-teman tuna rungu.

 

 

***

 

 

Malam ini Ballroom Hotel Santika Premiere sangat ramai. Lalu lalang tamu undangan berdatangan untuk menghadiri acara konser amal untuk tuna rungu yang di selenggarakan malam ini.

 

Tampak dari penampilan mereka yang datang, para donatur  yang hadir didominasi orang-orang penting, diantaranya para pengusaha dan ada juga Ibu Menteri Sosial. 

 

Semua ini karena konser amal malam ini di sponsori oleh PT. Anugerah Karya. CEO Perusahaan Anugerah Karya adalah donatur tetap dari yayasan tuna rungu tempat Anne bekerja. Perusahaan yang bergerak di bidang Ekspor impor ini mengundang serta relasi-relasi bisnis mereka. 

 

Anne dan beberapa teman tuna rungu yang mendapat tugas segera bersiap di ruangan khusus yang telah disediakan.

 

"Ann, acara akan segera dimulai. Kalian bersiaplah membaur dengan tamu undangan seperti yang lainnya," Bunda Nety memberi instruksi. 

 

"Baik, Bun,"

 

"Ohya, sudah siap kan untuk tampil di panggung?" 

 

Anne mengangguk percaya diri. Bunda Nety tersenyum dan menepuk bahu Anne, mencoba menyalurkan kekuatan dan energi positif. 

 

Anne segera membaur dengan hadirin di tempat acara, ketika MC memanggil nama CEO PT. Anugerah Karya untuk memberi sambutan.

 

"Kepada yang Terhormat Bapak Federick Adi Wijaya, kami persilahkan memberi sambutan ...."

 

Seorang pria muda melangkah dengan penuh percaya diri ke atas panggung. 

 

"Selamat malam. Mohon maaf, Nama saya Hanzel Adi Wijaya. Papa saya Federick Adi Wijaya mengutus saya untuk menggantikan beliau hadir disini malam ini, karena beliau ada acara mendadak yang mendesak untuk diselesaikan ... " 

 

Semua mata menatap pemuda kharismatik  itu, selain masih muda dia memiliki ketampanan diatas rata-rata. Kulit putih, jenggot tipis dan sepasang iris berwarna biru, menandakan dia memiliki darah bule.

 

" ... Bahagia sekali saya bisa berada di tempat ini. Diantara para dermawan yang memiliki hati yang begitu mulia membantu teman-teman penyandang disabilitas,"

 

Berkali-kali tampak Anne mengerjapkan matanya melihat orang yang memberi sambutan di atas panggung.

 

"Ha-hanzel,"

 

"Apa kau mengenalnya, Ann?"

 

Anne mengangguk, tapi setelah itu menggeleng pelan. Membuat Kesya yang ada di sampingnya menatapnya penuh tanya.

 

Tidak mungkin Anne menceritakan tentang perjodohannya dengan Hanzel. Dia hanya takut itu hanya akan mempermalukan Hanzel. Karena dia menyadari dirinya, hanya seorang gadis penyandang tuna rungu.

 

Anne mendesah panjang. Mungkin lebih baik baginya berpura-pura tidak mengenal Hanzel di tempat ini. Semua demi kebaikannya.

 

"Ohya Keysa. Nanti saat aku bernyanyi. Kamu peragakan pake bahasa isyarat ya. Jadi kamu ikut naik diatas panggung,"

 

"Siap, Ann,"

 

Lalu keduanya tersenyum.

 

Obrolan mereka terhenti ketika nama Anne dipanggil oleh MC.

 

" ... Kita saksikan penampilan Anne Putri Atmaja ... "

 

Anne tergagap kaget ketika MC di depan panggung menyebut namanya. Disambut dengan riuh tepuk tangan dari hadirin seluruh tamu undangan. Membuat Anne berdiri dari duduknya dengan memamerkan senyuman indahnya.

 

"Perkenalkan, nama saya Anne Putri Atmaja. Saya adalah salah seorang penyandang tuna rungu," 

 

Anne memperkenalkan diri dengan bahasa verbal juga bicara dengan bahasa isyarat. Karena yang hadir di situ ada teman-temannya yang tidak bisa mendengar suara.

 

"Saya akan mempersembahkan sebuah lagu dengan judul 'Bidadari tak bersayap'. Lagu ini spesial untuk kalian yang hidup dalam sunyi. Jangan pernah putus asa dengan hidup kalian. Karena meskipun Tuhan telah mengambil pendengaran kita, hidup kita tetap berharga."

 

"Kalian semua adalah 'Bidadari Tak Bersayap' ... "

 

Denting piano mengalun perlahan, jemari Anne yang lentik lincah memainkan tuts piano. Sehingga tercipta melody yang mengalun lembut. Sebuah lirik Bidadari Tak Bersayap terlantun, suara merdu Anne mampu menyihir semua yang hadir.

 

Suara merdu mengalun indah diantara dentingan piano.

 

 

Bidadari tak bersayap datang padaku

Dikirim Tuhan dalam wujud wajah kamu

Dikirim Tuhan dalam wujud diri kamu

 

Sungguh tenang kurasa saat bersamamu

Sederhana namun indah kau mencintaiku

Sederhana namun indah kau mencintaiku

 

Sampai habis umurku

Sampai habis usia

Maukah dirimu jadi teman hidupku?

 

Kaulah satu di hati

Kau yang teristimewa

Maukah dirimu hidup denganku?

 

Diam-diam aku memandangi wajahnya

Tuhan, kusayang sekali wanita ini

Tuhan, kusayang sekali wanita ini

 

Sampai habis nyawaku

Sampai habis usia

Maukah dirimu jadi teman hidupku?

 

Kaulah satu di hati

Kau yang teristimewa

Maukah dirimu hidup denganku?

Katakan "Yes I do"

Jadi teman hidupku

 

Katakan "Yes I do"

Jadi teman hidupku

 

(Lagu ini sangat terkenal ya, aku nulis sambil dengerin lagu ini dengan versi yang dinyanyikan oleh Hanin Dhiya, otewe nyari di yutube deh bidadari tak bersayap versi Hanin Dhiya wkwkwk)

 

Suara tepuk tangan riuh terdengar, ketika Anne mengakhiri lagu Bidadari Tak Bersayap.

 

"Kita akan berjuang bersama, Teman. Sesungguhnya kondisi kita hari ini lebih mulia. Daripada mereka yang sempurna tapi tidak bisa mendengar kata hatinya sendiri,"

 

Anne mengakhiri dengan motivasi bagi teman-temannya sesama penyandang tuna rungu. Kemudian turun dari panggung diiringi dengan tepuk tangan semua orang.

 

Tanpa disadari semua orang, ada sepasang mata elang yang sedari Anne naik ke atas panggung tak melepaskan tatapan matanya padanya.

 

Pemilik tatapan elang itu Hanzel pria beriris biru terus lekat menatap wanita cantik yang kecantikan wajah dan kecantikan suaranya berhasil memukau semua orang. Tak terkecuali Hanzel, begitu terpukau dengan penampilan Anne.

 

Hanya saja dia masih merasa geram ketika ingat perkataan Miska tadi pagi. Dia merasa Anne telah menolak perjodohan dengannya. Sehingga dia harus lari dengan pria lain.

 

"Oh Shitttt, kita bertemu lagi disini, Ann. Kejutan luar biasa. Aku tak perlu susah-susah mencarimu. Penjelasan apa yang akan kau berikan padaku,"

 

Hanzel tersenyum miring menatap Anne dari kejauhan. 

 

Matanya hampir tak bisa melepaskan pandangan dari Anne. Melihat Anne begitu ceria bersama dengan teman-temannya penyandang tuna rungu. Pemandangan yang begitu berbeda dengan semalam saat makan malam dengan keluarganya.

 

Kenapa semalam dia tampak sangat konyol. Seolah tidak punya sopan santun? 

 

Malam ini dia tampak sangat berbakat. Bagaimana dia mampu memilih diksi yang mampu menggugah semangat teman-teman sesama tuna rungu. Itu sangat mengesankan bagi Hanzel. 

 

Hanzel sebenarnya ingin mendekati Anne. Ingin berbincang lebih dekat terlebih persoalan tadi pagi, harus diselesaikan segera. Tapi tidak mungkin dalam kondisi seperti malam ini. Ada banyak mata dan banyak telinga di sini.

 

Tatap matanya melebar saat ada seorang pria mendekati Anne. Anne tampak sangat ramah menyambut uluran tangan pria itu. Membuat dada Hanzel seperti dipukul dengan palu godam yang sangat besar. 

 

Nyesek. Ga rela. Duh ... Apa ini ...

 

 

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ovie Maria
apa itu Finn? kalau iya.. pertarungan akan segera dimulai!...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status