Share

Chapter 5. Dirty Politic

Dengan lincah Jean mengetik laporan dari tiap polisi dan detektif yang baru menyerahkan kasus yang sudah selesai. Wanita itu berperan cukup penting dalam departemen kepolisian yang Tim pimpin. 

Selain memasukkan setiap dokumen dan arsip, Jean juga sangat mahir dalam melacak lokasi dan bisa meretas jaringan rahasia.

Untunglah manusia seperti Jean bekerja di bidang hukum. Jika seseorang menemukan bakatnya untuk menggunakan dalam kejahatan, mungkin banyak pihak yang akan mengalami kerugian.

Maddox muncul dan meletakkan setumpuk dokumen Jimmy di mejanya.

“Case closed?” tanya Jean dengan wajah mengernyit. Kacamatanya membuat Jean semakin menarik. Meski lelaki bukan orientasi seksnya, namun banyak pria yang ingin mengajaknya berkencan.

“Terpaksa case closed! Aku menyesal tidak membunuhnya!” sahut Maddox geram. 

Pria itu menyambar gelas cappuccino yang ada di atas meja dan sementara meneguk serta tolak pinggang, matanya menatapa ke arah layar televisi yang tertempel di dinding kantor Jean.

“Wanita ini semakin berkibar! Aku heran, kenapa pengacara seperti dia sangat laku!” ucap Maddox masih melekatkan pandangannya pada layar televisi. 

Foxire Dawson sedang memberi keterangan pers mengenai rencana kampanye pamannya pada beberapa wartawan. Jean menoleh sekilas dan tersenyum nakal.

“Aku bersumpah ingin menidurinya dan menjadi lesbian paling bahagia!” timpalnya.

Maddox tertawa kecil, seperti mengejek.

“Aku ragu kau masuk dalam kategorinya! Dia pasti memiliki standar yang sangat tinggi! Kau bukan dalam hitungannya!” tukas Maddox.

Jean mengedikkan bahu.

“Siapa tahu? Aku butuh mencobanya, bukan?” 

“Kau butuh pria seperti Chris yang bisa membuatmu kembali pada kodrat, Lockey!” seru Maddox menggodanya sembari melenggang keluar dari kantor tersebut. 

“Jangan membuatku mual, Maddox!” bantah Jean kesal. 

Maddox sudah menjauh dan Jean mendengus makin jengkel.

**

“Semua rencana dan detail telah terkirim. Aku akan mengganti tim dan menyingkirkan beberapa manusia yang tidak berguna!” ucap Foxy pada pamannya.

Keduanya berdiri di jembatan buatan dalam area resort salah satu hotel termahal di Las Vegas dan Josh terlihat serius menikmati aliran sungai yang tenang.

“Tahukah kamu? Kasino pertama yang didirikan di Highway 91 adalah Pair-o-Dice Club pada tahun 1931; kontruksi pertama yang sekarang menjadi El Rancho Vegas, dibuka pertama kali pada tanggal tiga April 1941 dengan enam puluh tiga kamar dan berdiri selama 20 tahun sebelum dihanguskan kebakaran tahun 1960. Kakek kitalah yang mendirikan dan memiliki ide tersebut,” balas Josh sementara matanya memandang ke arah aliran air yang begitu tenang.

“Sulit dipercaya tempat itu kini berkembang menjadi Las Vegas Strip yang kini terkenal. Wilayah bisnis emas di Las Vegas Boulevard South sepanjang empat mil di Paradise dan Winchester. Sukses yang tidak sedikit pun keluarga kita nikmati!” cibir Foxy dengan sengit.

Josh tersenyum lalu menoleh ke arah keponakannya.

“Sekarang kau tahu apa maksud dari tujuanku menjadi gubernur, bukan? Aku akan merengkuh hak kita dan itu tergantung andilmu, Fox! Berusahalah yang terbaik dan kita akan menikmati bersama,” pinta Josh dengan serius.

Foxy mengabaikan perkataan itu dan siap menuju mobilnya kembali. Namun sebelum membuka pintu, dia kembali menoleh.

“Aku tidak pernah berminat menjadi pendampingmu dalam sukses politik, Josh! Aku menyukai duniaku sendiri!” 

Wanita itu melangkah menjauh dan Josh tertawa kecil. Suaranya terdengar sumbang. 

**

Claire membereskan semua dokumen yang akan dikirimkan ke kantor Josh atas permintaan Foxy, atasannya.

“Kupikir kita tidak terlibat dalam bisnis pamanmu, Bos!” sindir Claire.

Foxy yang baru masuk mendengus kesal.

“Demi ketenangan hidup aku harus melakukan ini!” sahutnya seraya menghempaskan diri di kursi.

“Kau menjilat ludahmu sendiri!” lanjut Claire masih belum puas.

Sekretarisnya memang memiliki lidah yang tajam, tapi Foxy menyukai kinerjanya. Dalam hal ketangkasan, kesetiaan juga menjaga rahasia, Claire bisa diandalkan.

“Aku melihat banyak sekali hal-hal bodoh dalam dokumen ini! Apakah tuan Harten akan menggunakan sebagai senjata pamungkas untuk lawan politiknya?” tanya Claire ingin tahu lebih dalam.

Foxy yang masih belum berminat untuk bergerak, terpaku dengan mata menerawang. Detik berikutnya ia kembali fokus dan melirik ke arah Claire sekilas.

“Jangan terlalu dangkal, Claire! Itu semua hanya gertakan ringan! Kau sudah bekerja untukku cukup lama dan gayaku jauh lebih berkelas dari yang kau pikirkan saat ini!” tukas Foxy seraya mengeluarkan laptopnya.

“Politik dan dunia pengacara memang sama-sama kotor dan kita semua tahu trik-triknya. Tapi, apakah menurutmu tidak terlalu riskan menerapkan ini dalam strategimu? Maksudku, terlalu banyak pemain yang mengaplikasikan hal serupa dan kita butuh taktik yang baru, Bos!”

“Aku tahu, Claire! Itulah sebabnya aku menyebutmu dangkal!”

Claire mengedikkan bahu dan mulai melanjutkan pekerjaannya memasukkan lembaran kertas ke dalam amplop.

“Kau pernah dengar Maddox?” Tiba-tiba Claire menyebut nama asing yang Foxy kurang sukai.

“Xander Maddox, maksudmu?” Foxy menyebut nama lengkap detektif yang ia ketahui dari namanya saja.

“Ya. Detektif yang terkenal dengan sepak terjangnya di Las Vegas ini.”

“Kenapa dengan manusia itu?” Foxy menghentikan ketikannya dan mulai penasaran. Jika Claire menyebut sesuatu, maka itu adalah informasi penting. Claire bukanlah wanita penggosip yang suka bicara hal-hal omong kosong dan tidak suka mengobrol topik sepele.

Itulah sebabnya Foxy sangat menyukainya.

“Berhati-hatilah dengannya! Jimmy sudah mendapat masalah serius dan tidak menutup kemungkinan, dia akan mengusikmu atau tuan Harten!” 

Usai mengucapkan kalimat terakhirnya, Claire melenggang keluar dan tidak lagi menyambung pembahasan mengenai detektif Maddox.

Foxy membeku dan mulai berpikir untuk waspada.

“Sudahkah kau lindungi arsip kita?!” teriak Foxy.

“Sudah kulakukan sejak zaman batu!” balas Claire sembari menutup pintu.

Foxy menghela napas lega dan bersandar.

Haruskah dia mulai mengambil langkah untuk menyelidiki seberapa jauh Maddox bisa menjangkau dirinya? Terlalu banyak rahasia busuk yang tersimpan dalam arsipnya. Jika terkuak, ia akan menyeret ratusan pejabat dan orang penting ke dalam penjara!

**

Dua tubuh tanpa busana itu saling mengayun dalam deru napas memburu. Josh menghentak si wanita berambut merah dari belakang, sementara meremas payudara silikon. 

“Puaskan aku, Josh! Lebih keras!” pekik si rambut merah yang notabene bekas sekretaris yang sekarang menjadi direktur pertambangannya.

Untuk ukuran pria setengah baya lebih, Josh masih memiliki stamina kuat. Ayunan pinggulnya semakin cepat, menciptakan bunyi dua kelamin berpadu nyaring, hingga menimbulkan gema di kamar hotel.

Perempuan itu akhirnya mengerang, menjerit keras saat menggapai orgasmenya. Josh melambatkan hentakan, tersenyum dengan seringai beringas.

“Berbaliklah!” Belum sedikit pun mendekati akhir permainan, Josh masih tampak bernafsu meski peluh mengalir di tubuhnya.

Perutnya yang sedikit buncit tidak menghilangkan pesona laki-laki garis keturunan Harten yang perkasa. Ia memegang kejantanan yang selalu dia banggakan bisa membuat para wanita bertekuk lutut, melesakkan kembali dengan kasar.

Si rambut merah kembali menggelengkan kepala dan meracau liar. Dia sanggup menjadi budak cinta seorang Josh, karena kenikmatan bercinta tidak pernah mengecewakan sama sekali.

“Pastikan kau menyelesaikan penutupan tambang, sebelum …. Ah! Tubuhmu nikmat sekali!” ringis Josh mulai merasakan puncaknya segera tergapai. “Sebelum polisi menyelidiki untuk keperluan politik!” Pria itu menghunjamkan berkali-kali senjatanya, hingga si perempuan memekik histeris atas jalaran rasa paling memabukkan.

Terkulai dengan napas tersengal, Josh memejamkan mata.  Di sampingnya wanita itu tersenyum puas, bahkan sanggup mengulangi lagi.

“Akan kulakukan, asalkan malam ini kau bersamaku,” bisik si rambut merah dengan lidah terjulur, untuk menjilat bibir Josh. “Semua akan kuamankan, pamanku pasti dengan senang hati memenuhi permintaan keponakannya.”

“Kau benar-benar gila, Gil! Kemarilah!” Josh menarik perempuan yang terkekeh geli, saat mulut lelaki itu mengecup lehernya.

Menindih tubuh sintal dengan tangan mulai meraba-raba, mulut Josh mengarah pada puncak benda kenyal buatan.

Desahan dan lenguh maksiat kembali terdengar. Josh memang pandai menempatkan diri dalam hal ini. Menggauli Gil dan memberikan posisi bagus dalam perusahaan adalah salah satu taktik cemerlang. Wanita yang masih notabene kerabat hakim agung wilayah mereka akan menjadi pendukung kuat untuk kiprah politiknya nanti.

Meski skandal itu menjadi konsumsi publik, tapi sejauh ini aman. Istri Josh tidak pernah menggugat, keluarga Gil juga memilih bungkam.

Politik memang sanggup mematikan segala insting manusia untuk lebih peka, sebuah jalur kesuksesan yang dipenuhi dengan gelimang intrik kotor!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status