Beranda / Thriller / Secret Agent Or Teacher / 8. Rumah Terbengkalai 1

Share

8. Rumah Terbengkalai 1

Penulis: Appachan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-26 15:26:27

Udara dingin malam semakin menusuk kulit mereka saat mendekati rumah terbengkalai itu. Setelah menempuh perjalanan menggunakan kendaraan dan berakhir berjalan kaki akhirnya mereka akan sampai di lokasi. Namun, semak belukar yang lebat di sepanjang jalan membuat perjalanan mereka semakin sulit, namun Liam dan Ethan dengan cekatan membuka jalan menggunakan senjata mereka. Liam mendengus, mengelap keringat di dahinya. "Jalan pintas ini memang pintas, tapi rasanya lebih panjang dari jalan biasa," keluhnya.

Ethan tertawa kecil. "Sabar, Liam. Setidaknya kita tidak ketahuan." Ia menunjuk ke arah rumah yang mulai terlihat di kejauhan. "Lihat, target kita sudah di depan mata."

Akhirnya, rumah itu terlihat. Bangunan tua yang kokoh berdiri tegak di tengah kegelapan, menampilkan siluet yang menyeramkan namun juga menarik perhatian. Di beberapa sudut rumah, Azena berhasil melihat beberapa CCTV yang masih berfungsi. Cahaya redup dari monitor CCTV itu berkedip-kedip di kegelapan.

"Ada CCTV," bisik Azena, suaranya hampir tak terdengar. Aiden mengangguk, mengerutkan keningnya. "Mereka cukup waspada."

Dan benar saja, gerakan mencurigakan terlihat. Beberapa orang berpakaian hitam berlalu-lalang di sekitar rumah, masuk dan keluar membawa sesuatu yang terbungkus rapi. Dua orang lainnya berjaga di luar, memantau keadaan sekitar dengan waspada. Salah satu penjaga tampak menguap, menggosok matanya dengan lelah.

Azena dan timnya bersembunyi di balik semak-semak yang lebat, mengamati setiap pergerakan orang-orang misterius itu.

"Mereka membawa sesuatu yang cukup besar," bisik Liam, menunjuk ke arah dua orang yang baru saja masuk ke rumah. "Sepertinya bukan barang ringan."

Ethan mengamati dengan binokular-nya. "Sepertinya peti kayu. Terbungkus kain hitam. Aneh."

Aiden berbisik, "Kita perlu tahu isinya. Azena, bagaimana menurutmu? Kita serang sekarang atau kita tunggu sampai mereka lengah?"

Azena mengamati situasi dengan cermat. "Serangan langsung terlalu berisiko. Kita belum tahu jumlah mereka di dalam. Lebih baik kita tunggu sampai mereka lengah," katanya. Ia melirik ke arah penjaga yang tampak mengantuk. "Itu kesempatan kita."

"Tapi kita harus cepat," kata Ethan. "Kalau mereka sadar, kita akan kesulitan."

"Jangan khawatir," Azena menenangkan. "Aku punya rencana." Ia berbisik menjelaskan rencananya kepada Aiden, melibatkan Liam dan Ethan dalam strategi penyusupan dan pengumpulan informasi.

Mereka terus mengamati, menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Kegelapan malam menjadi saksi bisu atas rencana mereka, menunggu saat yang tepat untuk mengungkap misteri di balik rumah terbengkalai itu. Detik-detik terasa berjalan lambat, ketegangan semakin meningkat. Malam ini, mereka akan berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan. Dan di antara mereka, terjalin kerjasama tim yang solid, diuji oleh tantangan yang semakin menegangkan.

Azena berbisik menjelaskan rencananya. "Kita manfaatkan kelemahan mereka. Penjaga yang mengantuk itu adalah celah kita. Liam, kau akan mengalihkan perhatian penjaga di pintu depan. Buat keributan kecil, cukup untuk menarik perhatiannya, tapi jangan sampai dia berteriak."

Liam mengangguk, matanya berbinar. "Aku mengerti. Tinggal tunggu perintah." Ia meraba pisau kecil yang terselip di pinggangnya.

"Ethan," Azena melanjutkan, "kau akan menyusup dari belakang. Cari celah di dinding, mungkin ada jendela atau pintu yang tidak terkunci. Setelah masuk, cari informasi sebanyak mungkin tentang apa yang mereka lakukan dan apa isi peti-peti itu."

Ethan memeriksa senjatanya. "Aku akan berhati-hati. Tidak akan meninggalkan jejak."

"Komandan Aiden," Azena menatap Aiden, "Anda dan saya akan mengamati dari sini. Kita akan memberikan bantuan jika diperlukan. Jika ada sesuatu yang tidak beres, kita langsung bertindak."

Aiden mengangguk, memahami rencana tersebut. "Baiklah. Kita mulai sekarang juga."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Secret Agent Or Teacher   48. Kesialan Edward

    Di ruang dengan minim pencahayaan dan beberapa komputer yang menyala menampilkan data-data rumit, Edward begitu fokus dengan kegiatannya. Tangannya begitu sibuk menari diatas keyboard, sesekali sorot matanya akan fokus ke layar komputer."Tiga bayangan dan empat drone," gumam Edward.Edward bersandar pada kursi dengan tangan menyilang di dadanya. "Semua sesuai dugaan kakek Jeremy. Aku tidak menyangka sekolah itu hanya kamuflase dari sebuah rahasia besar," ucap Edward lirih.Edward langsung mengambil ponselnya yang berada tak jauh dari keyboard dan menghubungi Azena. Beberapa kali hanya terdengar suara operator saja. Edward mencoba menghubungi sekali lagi, beruntung panggilan terakhir ini Azena mengangkatnya."Katakan apa tujuanmu sekarang! Berani sekali kamu mengganggu ku."Belum juga Edward menyapa, begitu panggilan tersambung Edward lebih dulu mendengar suara dingin dari sepupunya itu., tanpa sadar Edward meneguk ludahnya kasar."Tenang Ze, a-aku hanya ingin memberitahu mu sesuatu.

  • Secret Agent Or Teacher   47. Menjadi Berbeda Demi Misi

    "Maaf tuan, saya ingin memberikan informasi tentang Nona,"Suara itu menghentikan kegiatan sang pria yang masih fokus pada berkas-berkas didepannya. Tangan kekar itu masih memegang pena ditangan dan mata tajam itu masih menatap berkas yang dikerjakan olehnya, namun pikiran pria itu langsung tertuju pada sosok gadis cantik yang selalu ia awasi keberadaannya."Katakan," jawab sang pria yang masih fokus pada pekerjaannya."Nona, sekarang sedang melakukan misi disebuah sekolah elit tuan," ucap pria yang menjabat sebagai sekertaris sekaligus tangan kanannya.Pria itu mendengarkan secara seksama apa yang sekertaris nya itu ucapkan.Sang sekertaris terdiam sejenak, dirinya bimbang antara memberitahu kepada bos nya itu atau tidak. Jika ia memberitahu disekolah mana sang Nona melakukan misi, bisa saja atasannya itu langsung mengeluarkan aura mengerikan.Sedangkan pria itu menyerngit saat tidak mendengar kelanjutan informasi dari sekertaris nya. Pria itu langsung mendongak menatap wajah sang se

  • Secret Agent Or Teacher   46. Charles

    Azena melangkah masuk ke dalam kelas. Udara di ruangan itu terasa dingin, dipenuhi bisik-bisik dan tatapan penasaran. Sebagai agen rahasia, Azena sudah terbiasa dengan berbagai misi berbahaya, tapi menyamar sebagai guru seni di sekolah yang mencurigakan ini adalah hal baru baginya.Ia melihat sekeliling. Beberapa pasang mata memperhatikannya dengan saksama, sementara yang lain tampak acuh tak acuh, tenggelam dalam obrolan mereka sendiri. Namun, Azena tidak memedulikan mereka. Matanya menyapu ruangan, mengamati setiap detail, mencari seseorang yang ia yakini ada di sekolah ini."Selamat pagi, semuanya," sapa Azena, suaranya terdengar lembut namun tegas. "Nama saya Eliana Juliette, dan mulai hari ini, saya adalah guru seni baru kalian. Panggil saja Miss Ana."Ia lalu mulai menjelaskan apa itu seni. "Seni, pada dasarnya, adalah cerminan dari jiwa kita," kata Azena. "Tapi, itu hanya definisi yang umum. Aku ingin tahu, menurut kalian, apa itu seni?"Azena menunjuk seorang siswi yang duduk

  • Secret Agent Or Teacher   45. Maudie

    "Perkenalan nama saya Maudie, selamat atas di terimanya anda mengajar di sekolah ini," "Terima kasih Miss Maudie, saya Eliana Juliette.""Anda sangat beruntung bisa diterima disini, karena jarang sekali ada yang diterima. Disini pemilihan guru baru sangat ketat," jelas Maudie.Azena menatap Maudie, "benarkah?"Maudie mengangguk mantap, "iya, bahkan ada beberapa dari orang yang melamar saat penyerahan CV, langsung ditolak oleh kepala sekolah.""Ini .... Kenapa terlihat sepi?" tanya Azena menunjuk koridor yang sangat sepi tidak ada siswa maupun siswi yang lewat lorong koridor itu.Maudie menoleh kearah yang ditunjukkan Azena. "Oh itu, menuju perpustakaan lama dan laboratorium lama yang sekarang tidak di pakai," jelas Maudie."Dan arah timur sana, ruang perpustakaan dan laboratorium baru," tunjuk Maudie pada lorong koridor yang berlawanan arah dengan laboratorium lama, dan tentu saja terlihat banyak siswa dan siswi yang berlalu lalang disekitar tempat itu.Mereka terus berjalan yang dis

  • Secret Agent Or Teacher   44. Hari Pertama Mengajar

    Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya, cahaya keemasan masuk melalui jendela rumah minimalis Azena. Pagi ini, Azena tengah bersiap-siap untuk mengajar di sekolah Silvergade. Setelah kemarin malam mendapat telepon dari staf sekolah itu bahwa ia telah di terima menjadi guru, Azena langsung menyiapkan semua perlengkapan yang akan dibutuhkannya.Di depan cermin rias, Azena mematut dirinya. Ia memilih blus berwarna krem dengan lengan panjang yang sedikit mengembang di bagian pergelangan, memberikan kesan anggun namun tetap santai. Dipadukannya dengan rok midi berwarna cokelat tua berpotongan A-line yang nyaman untuk bergerak. Sebuah kalung berbandul hati yang selalu ia pakai menghiasi lehernya, sentuhan personal yang menambah penampilannya. Rambut hitamnya yang panjang dibiarkan tergerai rapi, dan riasan wajahnya tampak natural dengan sentuhan lipstik berwarna nude. Namun, detail yang paling menarik adalah kacamata yang ia kenakan. Sekilas, kacamata itu tampak seperti kacamata baca biasa

  • Secret Agent Or Teacher   43. Peta Digital

    "Bagaimana hasil penyelidikanmu?" tanya pria dewasa yang tak lain Thiago."Dia bersih," jawab lawan bicaranya lugas.Thiago terdiam sejenak, "Baiklah, terus pantau untuk seminggu kedepannya, awasi dia. Dan jangan sampai dia tahu. Mengerti?!""Baik."Setalah pria yang menjadi suruhan Thiago pergi, ia terdiam sejenak di ruang kepala sekolah miliknya. Tak lama tangannya dengan cekatan mengambil ponselnya diatas meja, mengotak-atik ponselnya dan menghubungi seseorang yang sangat berpengaruh bagi hidup Thiago."Halo Tuan, dia bersih. Tidak ada yang mencurigakan," jelas Thiago."Baiklah Tuan." ~~~~~~~Di ruangan dengan pencahayaan yang minim, Azena tengah berkutat dengan komputer yang menampilkan data-data yang rumit. Rekaman-rekaman dari kacamata perekam yang ia gunakan saat wawancara guru seni kemarin kini terhubung ke layar, menampilkan sudut-sudut rahasia sekolah, bahkan beberapa video dan gambar yang ia abadikan. Kacamata bertengger manis di hidungnya, matanya terus fokus pada layar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status