Share

7. Barak Militer

Penulis: Appachan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-26 15:19:01

Perjalanan ke wilayah barat memakan waktu lima jam. Saat mobil Lexus-nya memasuki gerbang kamp militer, udara pegunungan langsung menyambut dengan kesejukan yang berbeda dari atmosfer kota. Aroma tanah lembap dan pinus menyeruak.

Tiga pria menyambutnya di halaman markas, Komandan Aiden, Liam, dan Ethan. Mereka bertiga adalah agen pilihan Jenderal Jeremy—kakek Azena—dan hanya muncul saat keadaan sangat genting dan fokus mereka melatih para tentara pilihan di barak ini.

“Agen Azena,” sapa Aiden. Wajahnya tegas, sorot matanya penuh perhitungan.

“Komandan,” Azena membalas dengan anggukan. “Saya butuh bantuan kalian.”

Mereka masuk ke ruang brifing. Di dalam, Azena mengeluarkan dokumen, peta, dan foto-foto intelijen terbaru.

“Ini bukan kasus biasa. Jaringan mafia ini terhubung langsung dengan transaksi senjata di pelabuhan utara. Saya butuh tim pengintai komandan Aiden untuk bergabung dengan tim saya yang tengah mengintai pelabuhan utara.”

Aiden mengangguk tegas. “Ethan, panggil tim elang kemari.”

“Siap komandan,” balas Ethan, langsung keluar dari ruang briefing di barak itu.

Aiden mengeluarkan peta seluruh titik di pengunungan tempat barak ini berada dan menaruhnya di atas meja. Semua mata fokus pada peta itu, tanpa mengalihkan pandangan.

Aiden memerhatikan peta dan menunjukkan titik yang menjadi lokasi mencurigakan. “Kami sudah mencurigai tempat itu. Ada sinyal radio frekuensi rendah yang aktif tiap malam. Diduga jadi tempat koordinasi penyelundup. Dan di titik ini terdapat rumah terbengkalai yang sudah berpuluh tahun tidak di huni.”

“Kita harus bertindak malam ini,” potong Liam, semangat menyala di matanya.

“Tunggu dulu! Kalian sudah memastikan bahwa tempat ini mencurigakan?” Tanya Azena memastikan lagi.

“Ya, kami sudah memastikan semua, dan saya juga sudah mendiskusikan dengan Jenderal Jeremy,” jawab Aiden.

“Baiklah, kita bergerak malam ini,” putus Azena.

“Ethan, siapkan tim. Kita bergerak pukul dua puluh dua nol-nol. Pakai mode siluman penuh,” perintah Aiden.

Azena menatap mereka satu per satu. “Kita tidak tahu apa yang menunggu di sana. Tapi satu hal pasti, kita harus bongkar akar dari semua ini. Dan aku yakin, rumah itu menyimpan jawabannya.”

Pintu ruangan itu terbuka, Ethan bersama enam orang tim Elang dibelakangnya.

“Tim elang disini Komandan,” hormat ketua tim elang pada Aiden.

“Tugas kalian mengikuti apa yang di perintahkan oleh Agen Azena, mengerti?”

“Siap mengerti Komandan,” jawab mereka serempak.

“Silahkan Nona,” Aiden mempersilahkan Azena untuk memerintahkan anggotanya.

“Baik, terima kasih Komandan. Tugas kalian bantu tim saya untuk mengintai pelabuhan terbengkalai di Wilayah Utara. Kalian tidak perlu bergabung dengan tim saya, cukup intai dari jauh. Mengerti?”

“Siap, mengerti Agen Azena!” balas mereka serempak.

“Terima kasih, kalian boleh berangkat dari sekarang dan pastikan tim saya tidak tau keberadaan kalian!”

“Baik.”

Tim Elang bergegas keluar dari ruangan briefing dan berangkat menuju pelabuhan utara.

Azena kembali fokus dengan peta wilayah yang berada di atas meja, memperhatikan peta itu dengan seksama.

“Jarak barak ini dengan rumah terbengkalai itu, apakah cukup jauh, Komandan?” tanya Azena menatap serius Aiden sesekali melirik peta di atas meja.

“Jarak dari sini ke sini sekitar tiga kilometer menggunakan kendaraan, jika berjalan kaki bisa menempuh jarak lima kilometer,” jelas Aiden.

Azena mengangguk mengerti serta menatap peta itu dan memikirkan cara yang tepat untuk sampai ke tempat lokasi.

“Bagaimana kalau kita naik kendaraan, lalu sekitar satu kilometer kita akan berjalan kaki agar tidak ada yang tau keberadaan kita.”

“Dengan cara ini juga menghemat tanaga kita nantinya,” jelas Azena.

“Saya setuju dengan Agen Azena, Komandan,” timpal Liam.

Aiden terdiam sejenak, menimang keputusan yang tepat untuk tim ini.

Setelah terdiam akhirnya Aiden mengangguk setuju dengan usulan Azena. Sedangkan Azena tersenyum tipis.

“Baiklah, kita akan berangkat nanti malam, sesuai rencana kita tadi. Dan jangan lupa bawa senjata kalian nanti malam.”

“Siap Komandan,” jawab mereka serempak.

Mereka kembali membahas rencana-rencana untuk nanti malam dan mempersiapkan semuanya. Mereka menunggu waktu sampai malam tiba dengan beristirahat maupun mempersiapkan perbekalan mereka.

Angin gunung berdesir lewat jendela. Semilir angin menerpa wajah cantiknya yang kini tengah berdiri di depan jendela, dan pandangan matanya tertuju ke arah hutan. Pikirannya kini bercabang antara misi nanti malam dan kasus yang tengah ia tangani. Semakin memikirkan kasus, semakin berdenyut nyeri kepalanya dan itu semakin menyiksa Azena.

Tangan Azena bergerak lirih memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri. Ringisan kecil keluar dari mulut Azena.

“Astaga....” desahnya pelan.

Demi mengurangi rasa sakit di kepalanya, Azena mengistirahatkan tubuhnya di tempat tidur yang ada di ruangan itu. Azena berharap saat malam tiba, dirinya merasa lebih baik lagi. Untuk saat ini Azena tidak ingin memikirkan kasus mafia itu, Azena harus mengistirahatkan tubuhnya demi memulihkan tenaganya untuk nanti malam. Malam nanti akan menjadi malam yang panjang dan melelahkan bagi Azena dan timnya nanti.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Secret Agent Or Teacher   48. Kesialan Edward

    Di ruang dengan minim pencahayaan dan beberapa komputer yang menyala menampilkan data-data rumit, Edward begitu fokus dengan kegiatannya. Tangannya begitu sibuk menari diatas keyboard, sesekali sorot matanya akan fokus ke layar komputer."Tiga bayangan dan empat drone," gumam Edward.Edward bersandar pada kursi dengan tangan menyilang di dadanya. "Semua sesuai dugaan kakek Jeremy. Aku tidak menyangka sekolah itu hanya kamuflase dari sebuah rahasia besar," ucap Edward lirih.Edward langsung mengambil ponselnya yang berada tak jauh dari keyboard dan menghubungi Azena. Beberapa kali hanya terdengar suara operator saja. Edward mencoba menghubungi sekali lagi, beruntung panggilan terakhir ini Azena mengangkatnya."Katakan apa tujuanmu sekarang! Berani sekali kamu mengganggu ku."Belum juga Edward menyapa, begitu panggilan tersambung Edward lebih dulu mendengar suara dingin dari sepupunya itu., tanpa sadar Edward meneguk ludahnya kasar."Tenang Ze, a-aku hanya ingin memberitahu mu sesuatu.

  • Secret Agent Or Teacher   47. Menjadi Berbeda Demi Misi

    "Maaf tuan, saya ingin memberikan informasi tentang Nona,"Suara itu menghentikan kegiatan sang pria yang masih fokus pada berkas-berkas didepannya. Tangan kekar itu masih memegang pena ditangan dan mata tajam itu masih menatap berkas yang dikerjakan olehnya, namun pikiran pria itu langsung tertuju pada sosok gadis cantik yang selalu ia awasi keberadaannya."Katakan," jawab sang pria yang masih fokus pada pekerjaannya."Nona, sekarang sedang melakukan misi disebuah sekolah elit tuan," ucap pria yang menjabat sebagai sekertaris sekaligus tangan kanannya.Pria itu mendengarkan secara seksama apa yang sekertaris nya itu ucapkan.Sang sekertaris terdiam sejenak, dirinya bimbang antara memberitahu kepada bos nya itu atau tidak. Jika ia memberitahu disekolah mana sang Nona melakukan misi, bisa saja atasannya itu langsung mengeluarkan aura mengerikan.Sedangkan pria itu menyerngit saat tidak mendengar kelanjutan informasi dari sekertaris nya. Pria itu langsung mendongak menatap wajah sang se

  • Secret Agent Or Teacher   46. Charles

    Azena melangkah masuk ke dalam kelas. Udara di ruangan itu terasa dingin, dipenuhi bisik-bisik dan tatapan penasaran. Sebagai agen rahasia, Azena sudah terbiasa dengan berbagai misi berbahaya, tapi menyamar sebagai guru seni di sekolah yang mencurigakan ini adalah hal baru baginya.Ia melihat sekeliling. Beberapa pasang mata memperhatikannya dengan saksama, sementara yang lain tampak acuh tak acuh, tenggelam dalam obrolan mereka sendiri. Namun, Azena tidak memedulikan mereka. Matanya menyapu ruangan, mengamati setiap detail, mencari seseorang yang ia yakini ada di sekolah ini."Selamat pagi, semuanya," sapa Azena, suaranya terdengar lembut namun tegas. "Nama saya Eliana Juliette, dan mulai hari ini, saya adalah guru seni baru kalian. Panggil saja Miss Ana."Ia lalu mulai menjelaskan apa itu seni. "Seni, pada dasarnya, adalah cerminan dari jiwa kita," kata Azena. "Tapi, itu hanya definisi yang umum. Aku ingin tahu, menurut kalian, apa itu seni?"Azena menunjuk seorang siswi yang duduk

  • Secret Agent Or Teacher   45. Maudie

    "Perkenalan nama saya Maudie, selamat atas di terimanya anda mengajar di sekolah ini," "Terima kasih Miss Maudie, saya Eliana Juliette.""Anda sangat beruntung bisa diterima disini, karena jarang sekali ada yang diterima. Disini pemilihan guru baru sangat ketat," jelas Maudie.Azena menatap Maudie, "benarkah?"Maudie mengangguk mantap, "iya, bahkan ada beberapa dari orang yang melamar saat penyerahan CV, langsung ditolak oleh kepala sekolah.""Ini .... Kenapa terlihat sepi?" tanya Azena menunjuk koridor yang sangat sepi tidak ada siswa maupun siswi yang lewat lorong koridor itu.Maudie menoleh kearah yang ditunjukkan Azena. "Oh itu, menuju perpustakaan lama dan laboratorium lama yang sekarang tidak di pakai," jelas Maudie."Dan arah timur sana, ruang perpustakaan dan laboratorium baru," tunjuk Maudie pada lorong koridor yang berlawanan arah dengan laboratorium lama, dan tentu saja terlihat banyak siswa dan siswi yang berlalu lalang disekitar tempat itu.Mereka terus berjalan yang dis

  • Secret Agent Or Teacher   44. Hari Pertama Mengajar

    Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya, cahaya keemasan masuk melalui jendela rumah minimalis Azena. Pagi ini, Azena tengah bersiap-siap untuk mengajar di sekolah Silvergade. Setelah kemarin malam mendapat telepon dari staf sekolah itu bahwa ia telah di terima menjadi guru, Azena langsung menyiapkan semua perlengkapan yang akan dibutuhkannya.Di depan cermin rias, Azena mematut dirinya. Ia memilih blus berwarna krem dengan lengan panjang yang sedikit mengembang di bagian pergelangan, memberikan kesan anggun namun tetap santai. Dipadukannya dengan rok midi berwarna cokelat tua berpotongan A-line yang nyaman untuk bergerak. Sebuah kalung berbandul hati yang selalu ia pakai menghiasi lehernya, sentuhan personal yang menambah penampilannya. Rambut hitamnya yang panjang dibiarkan tergerai rapi, dan riasan wajahnya tampak natural dengan sentuhan lipstik berwarna nude. Namun, detail yang paling menarik adalah kacamata yang ia kenakan. Sekilas, kacamata itu tampak seperti kacamata baca biasa

  • Secret Agent Or Teacher   43. Peta Digital

    "Bagaimana hasil penyelidikanmu?" tanya pria dewasa yang tak lain Thiago."Dia bersih," jawab lawan bicaranya lugas.Thiago terdiam sejenak, "Baiklah, terus pantau untuk seminggu kedepannya, awasi dia. Dan jangan sampai dia tahu. Mengerti?!""Baik."Setalah pria yang menjadi suruhan Thiago pergi, ia terdiam sejenak di ruang kepala sekolah miliknya. Tak lama tangannya dengan cekatan mengambil ponselnya diatas meja, mengotak-atik ponselnya dan menghubungi seseorang yang sangat berpengaruh bagi hidup Thiago."Halo Tuan, dia bersih. Tidak ada yang mencurigakan," jelas Thiago."Baiklah Tuan." ~~~~~~~Di ruangan dengan pencahayaan yang minim, Azena tengah berkutat dengan komputer yang menampilkan data-data yang rumit. Rekaman-rekaman dari kacamata perekam yang ia gunakan saat wawancara guru seni kemarin kini terhubung ke layar, menampilkan sudut-sudut rahasia sekolah, bahkan beberapa video dan gambar yang ia abadikan. Kacamata bertengger manis di hidungnya, matanya terus fokus pada layar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status