Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)

Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)

Oleh:  LlamaTail  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
136Bab
5.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Terus menerus dihina karena dirinya seorang black blood, membuat kemarahan Anastazja memuncak. Seolah sesuatu dalam dirinya meledak dan memintanya untuk mencari tahu kebenaran dari black blood itu sendiri. Kebenaran yang membawanya pada kenyataan memilukan. Batu sandungan terbesar dalam hidupnya adalah ketika ia jatuh cinta dengan Helio. Keturunan dari musuh abadi klan Alastor. Anastazja paham, bahwa memelihara cintanya sama dengan mati. Namun, meski harus berkali-kali melanggar peraturan klan, ia tetap akan menyimpan rasa itu dalam hatinya.

Lihat lebih banyak
Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood) Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
rin
baguss ceritanyaa kasian anastazja terkena racism sama ras-nya sendiri... semangat anastazja, u are worth......
2021-11-29 23:57:31
1
user avatar
rin
baguss banget ceritanya fantasi banget......
2021-11-22 01:31:38
1
user avatar
LlamaTail
Love this story .........
2021-11-11 10:56:20
3
user avatar
Aryo
what a good story, i can't stop reading.
2021-11-05 15:17:52
1
136 Bab
Act. 00 Permulaan
"Lepaskan aku!" jerit Anastazja memberontak.    Ia menggoyangkan tubuhnya keras ke samping, berharap tambang kasar yang mengikatnya kendur dan melepaskan jeratannya. Sayang, dengan sigap dua petugas polisi Alastor kembali mengencangkan ikatan tambang yang melingkari tubuh Anastazja.    "Kalian tidak boleh memperlakukanku seperti ini!" Kembali ia mempertahankan dirinya.    Namun, bukannya berubah lembut, para polisi justru menamparnya dengan keras. "DIAM!" balas salah satu dari mereka keras.    Anastazja terdiam menunduk. Pasrah dengan keadaannya sekarang. Ia hanya berharap, Helio sudah sampai ke tempat asalnya dengan selamat. Dua petugas kepolisian menarik simpul yang mengikat tubuh dan tangannya sehingga Anastazja mengaduh kesakitan.    "Jalan!" Perintahnya kasar. Petugas itu mendorong pundak kiri Anastazja, memberinya isyarat untuk jalan menuju sky ship
Baca selengkapnya
Act. 01 Bangga
Anastazja menggebrak meja tempat menaruh sayur dengan kasar. "Kita tidak bisa diam saja! Ini sudah keterlaluan!" Amarahnya meluap hingga rasanya sesuatu dalam dirinya meledak tidak karuan. Pemandangan yang di badapannya kini bukanlah suatu pemandangan indah yang hangat seperti dalam lukisannya.    Melihat barang dagangan Agacia, ibunya, tercecer ke segala tempat dengan kondisi rusak, isak tangis Agacia yang terdengar pilu juga kios kecilnya yang mengalami kerusakan di sana-sini membuat hatinya teriris-iris pedih. Niat hati, ia ingin memamerkan akan keberhasilannya pada keluarganya agar mereka semakin bersemangat dalam berdagang, apadaya, suasana lebih dulu rusak.    "Ibu, tidak apa-apa, Bu. Aku akan menyelamatkan sayur dan buah yang masih bagus. Ibu tenang saja, ya," ucap Aldephie menenangkan ibunya. Aldephie menarik tangan Anastazja. Memintanya untuk membantu memungut sayur dan buah yang masih bisa diselamatkan.  &nbs
Baca selengkapnya
Act. 02 Badmood
Bel tanda masuk menjerit-jerit di seluruh halaman sekolah. Menjadi pengingat bagi siswa yang masih berada di luar kelas untuk segera masuk ke dalam kelas. Semua siswa bersemangat, karena esok adalah karyawisata bersama sekolah di akhir pekan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Anastazja. Ia melangkah murung. Rasa marah yang tersimpan dalam dirinya kembali terusik.    Sudah bertahun-tahun lamanya sejak polisi Alastor menghancurkan kios milik ibunya. Saat itu, segala rencananya untuk membanggakan keluarganya hancur total. Ditambah, pertengkarannya dengan Aldephie yang terjadi setelahnya. Sejak saat itu, segalanya terasa bertambah runyam. Anastazja makin sulit untuk membuka dirinya pada orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri.    "Hei, Tuan Putri. Apa gerangan yang sedang menganggu pikiranmu?" Cleon mengejutkan Anastazja dengan tepukan pundaknya yang lembut.    "Oh, Astaga. Rupanya itu kau? Pantas saja tid
Baca selengkapnya
Act. 03 Perpustakaan
"Terima kasih ..."    Sebuah pernyataan dengan nada yang sinis, akan tetapi penuh rasa malu di dalamnya. Cleon tersenyum lembut. Telapak tangannya yang besar menepuk puncak tertinggi kepala Anastazja. "Aku akan selalu ada untukmu, Anastazja. Ingatlah itu baik-baik," bisiknya di telinga Anastazja. Tanpa bisa Anastazja hindari, rona merah muncul di kedua pipinya yang berkulit cerah.    "K-kereta kudamu sudah menunggu. Pergilah!" Tidak seperti Anastazja yang selalu tersenyum mengantar kepulangan Cleon. Kali ini, gadis itu menunduk, menyembunyikan rona merah yang muncul di wajahnya. Melihat sang Dewi dalam kehidupannya malu-malu membuat Cleon merasa gemas. Cleon bermaksud menggodanya dengan menempelkan keningnya ke kening Anastazja.    "Aku pamit, ya. Hati-hatilah selama perjalanan pulang," ucapnya tenang. Tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang, ia hanya ingin memastikan pada mereka semua bahwa Anastazja
Baca selengkapnya
Act. 04 Ruangan Rahasia
"Apa maksudmu? Kau gila, ya?"    Pertanyaan tanpa aba-aba. Meski Aldephie memancarkan aura keanggunan, tetapi ia tidak sepenuhnya anggun. Begitulah pendapat Anastazja mengenai kakak satu-satunya itu.    "Dalam buku ini, terdapat sebuah cerita mengenai asal mula black blood dan bagaimana nasib orang-orang yang memiliki darah black blood." jelas Anastazja panjang lebar.    Berbeda dengan Anastazja yang penuh dengan impian, Aldephie memilih untuk tetap realistis dan melihat pada kenyataan. "Hentikan, Anastazja. Aku tahu, kau mengambil buku itu tanpa izin dari mana pun, bukan?"    "A-aku hanya meminjamnya. Besok akan kukembalikan ke tempat semula. Apa untuk meminjam saja, aku tidak boleh?"    Aldephie menghela napas panjang. Entah mengapa hingga saat ini, Anastazja masih belum juga sadar bahwa black blood berbeda dengan penduduk setempat lainnya. "Ayo, aku ak
Baca selengkapnya
Act. 05. Meledak
Untuk sesaat, suasana tegang menyelimuti kedua kakak beradik itu. Aldephie menatap Anastazja dan buku bersampul hijau beludru secara bergantian. Detak jantungnya seolah ingin mengikat napas yang terus memburunya. Andai Aldephie memiliki penyakit jantung, ia yakin sekali napasnya akan terhenti beberapa saat mendengar ocehan tidak jelas Anastazja. “Haaah ... kau, apalagi buku yang kau baca kali ini, huh? Sebuah cerita fantasi yang mendebarkan? Seperti seorang putri yang jatuh cinta pada pengkhianat negara maksudmu?” Aldephie berkacak pinggang. Tangannya dengan cepat meraih buku yang diacungkan oleh Anastazja, lalu ia mengacungkannya kembali ke hadapan adiknya. “Secret of Five Gods? Kau tahu seberapa norak judulnya, kan? Lihat sampulnya yang ketinggalan zaman. Astaga, Anastazja! Ada apa dengan pikiranmu?” Anastazja kembali merebut buku itu dengan kasar dari tangan kakakn
Baca selengkapnya
Act. 06. Hitam Pekat
Apakah keberadaan Dewa benar-benar ada di dunia ini? Sebuah pertanyaan yang terus menerus bergelayut di dalam otak kecil ini. Aku tahu kalau ayah dan ibu tidak akan menyukai gagasanku. Namun, sepertinya ‘dia’ akan menyukainya. Yah, dia memang menyukai segalanya tentang diriku, termasuk keanehan dan keganjilan yang menurut Alastor tidak layak disandang oleh keturunannya. Darah murni katanya? Cerberus memang bajingan lihai ketika berbicara! Apa memang ia hidup hanya untuk berlatih bicara omong kosong? Aku bahkan tahu bahwa ia sangat bodoh! Aku tidak mengerti bagaimana pohon keabadian bisa lebih memilih Cerberus dari pada aku? Bocah bodoh itu bahkan hanya bisa mengayunkan senjata tanpa memikirkan dampak dan risiko jangka panjangnya. *** “Tidak, Anastazja! Harus berapa kali kukatakan padamu kalau aku tidak akan menuruti permintaan anehmu! Lebih baik kau memban
Baca selengkapnya
Act. 07. Pohon Keabadian
“Apa maksudmu? Kau sedang merundungku, ya?” tantang Anastazja kesal. Ia tidak mengerti apa yang membuat kakaknya menjadi seperti orang gila yang meringkuk ketakutan karena diteriaki oleh seorang polisi. Sangat tidak masuk akal ketika dia menuduh dongeng itu sebagai hal yang menakutkan.
Baca selengkapnya
Act. 08. Cemburu
Pada satu malam di musim gugur, aku mengingat bagaimana Cerberus mengetuk pintu rumahku dengan sangat kasar. Dengan perlengkapan perang yang masih menempel di badannya, ia datang dan memintaku untuk bergabung bersamanya. Membentuk persatuan dari klan Alastor untuk memboikot dia. Aku mulai mengerti. Mungkin saja Cerberus lelah menjadi bayangannya terus menerus. Sedangkan dia selalu mengandalk
Baca selengkapnya
Act. 09. Menjanjikan
Langkah kakinya terasa berat. Penghujung musim gugur memang sedikit mengerikan bagi Anastazja. Segalanya terasa suram dan menyedihkan saat musim dingin tiba. Anastazja tidak mengerti, kenapa banyak anak-anak yang suka bermain dan bergembira ketika musim dingin tiba? Apa mereka tidak tahu bahwa tumpukan butiran salju jahat itu bisa membekukan mereka?  
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status